LARANTUKA, FLORESPOS.net-Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hingga Rabu (20/11/2024), masih merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 7 Kilo Meter (KM) dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, serta sektoral 8 KM pada arah Barat Daya-Barat Laut.
Namun faktanya, rekomendasi ini terkesan hanya berlaku bagi masyarakat yang selama ini menghuni Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura yang berada di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki.
Betapa tidak. Dalam beberapa hari terakhir ini, jalur jalan Trans Larantuka-Maumere yang melintasi Desa Dulipali, Desa Nobo di Kecamatan Ile Bura serta Desa Klatonlo, Hokeng Jaya, dan Desa Boru di Kecamatan Wulanggitang berada dalam radius 4 KM dari puncak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, kendaraan umum dan pribadi, baik roda dua maupun roda empat ‘cuek’ alias bebas lalu lalang di jalur yang dilarang itu.
Sebagaimana diketahui, jalur jalan Trans Larantuka-Maumere yang melintasi desa-desa terdampak langsung dan radius 4 KM atau zona bahaya itu hanya boleh dilalui kendaraan Tim SAR, Ambulance, Kendaraan Logistik, Kendaraan BBM, dan Kendaraan Operasional Penanganan Bencana Erupsi Lewotobi Laki-laki.
Sementara lalu lintas Trans Larantuka-Maumere dialihkan ke jalan alternatif melalui Pantai Utara dari Pertigaan Wairunu, Kecamatan Titehena dan akan keluar di Pertigaan Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, dan sebaliknya.
Seperti disaksikan Florespos.net, Rabu (20/11/2024) sejak pagi hingga malam, tepatnya di pertigaan Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, ada begitu banyak kendaraan umum, angkutan (bus) penumpang antara kabupaten dan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat bebas lalu lalang di jalur jalan yang dilarang tersebut.
Di pertigaan Nobo tersebut, terdapat sebuah baliho besar dengan tulisan “Anda Berada di Radius 4 KM Gunung Lewotobi Laki-laki—Dilarang Masuk” dilengkapi peta kebencanaan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
“Sudah beberapa hari ini, kendaraan umum lewat di jalan ini pak. Jadi kami juga ikut karena mau ke Maumere, Kabupaten Sikka. Lewat Pantura terlalu jauh dan jalan sempit,” kata sejumlah pengendaran roda dua dan roda empat yang melintas di pertigaan Nobo, Rabu sore, sambil terus melajukan kendaraannya.
Ketika Florespos.net berada di Pertigaan Nobo, Gunung Lewotobi Laki-laki sedang erupsi dan terdengar suara gemuruh yang begitu kuat. Puncak Gunung Lewotobi Laki-laki tidak terlihat dengan jelas, karena sedang tertutup kabut.
Selain itu, di lokasi pertigaan tersebut juga tidak ada petugas lalu lintas atau aparat lainnya yang memantau dan melakukan pengawasan terhadap lalu lintas kendaraan tersebut.
Kondisi yang sama, juga tampak di Pertigaan Wairunu. Pertigaan Wairunu merupakan jalur atau titik Pengalihan Lalu Lintas Kendaraan di wilayah Kabupaten Flores Timur, meski ada Pos Lalu Lintas, namun tidak ada petugas yang mengatur dan mengawasi lalu lintas kendaraan.
Informasi yang diperoleh Florespos.net, Rabu malam dari Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, di Pertigaan Nebe melintas jalur Pantai Utara, selama beberapa hari terakhir ini, juga tidak ada petugas atau aparat di Pos Pengalihan Lalu Lintas yang bertugas mengatur dan mengawasi lalu lintas kendaraan. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Wall Abulat