BAJAWA, FLORESPOS.net-Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, Senin (14/10/2024) melakukan kunjungan perdana ke Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ngada (Yasukda) dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB).
Uskup Budi Kleden diterima oleh Ketua Yasukda RD.Silverius Betu dan segenap pimpinan STIPER-FB serta para dosen. Lembaga pendidikan tinggi ini bernaung di bawah Yasukda milik Keuskupan Agung Ende.
Kunjungan Uskup Budi Kleden juga dipadukan dengan dialog bersama dengan segenap civitas akademika STIPER-FB, pengurus Yasukda, Sekretaris Daerah Kabupaten Ngada Theodisius Yosefus Nono, anggota DPRD Ngada Yohanes Don Bosco Ponong dan Thomas Djawa, inisiator dan dewan penyantun STIPER-FB, Vikep Bajawa Romo Gabriel Idrus juga para pemerhati pendidikan di Kabupaten Ngada.
Ketua Yasukda RD Silverus Betu dalam sambutan mengatakan Yasukda merupakan yayasan milik gereja lokal Keuskupan Agung Ende yang berdiri pada tahun 1912 bertepatan dengan berdirinya sekolah rakyat pertama di Bajawa yang mana hingga saat ini ada dalam SDK Tanalodu.
Yasukda saat ini, kata RD Silverius menyelenggarakan pendidikan untuk 95 sekolah, yakni 30 TKK, 58 SD, 3 SMP, 3 SMA dan 1 Perguruan Tinggi, yakni STIPER -FB. Jumlah siswa TK 649 orang, SD 6.425 orang, SMP 585 orang, SMA 1.724 orang dan Perguruan Tinggi 505 orang sehingga total 6.693 orang.
Untuk meningkatkan mutu para guru yayasan, maka yayasan bekerja sama berbagai pihak terutama berkaitan dengan kurikulum merdeka belajar. Sekolah seperti SMA Regina Pacis Bajawa mengirimkan gurunya untuk mengambil pendidikan S2 juga bagi yang berpendidikan diploma dikirim untuk mengambil jenjang S1.
Selain keberhasilan juga ada kendala yang dihadapi seperti kesejahteraan guru dan pegawai karena masih banyak yang dibayar dengan standar di bawah UMR. Persoalan lain, banyak guru yayasan yang lulus menjadi PNS maupun PPPK ketika lulus harus pindah ke sekolah negeri.
Kata RD Silverius, juga persoalan tentang status tanah sekolah di mana ada yang telah memiliki sertifikat namun ada juga yang belum memiliki sertifikat karena masih bermasalah status tanah.
Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden pada kesempatan tersebut mengatakan dirinya senantiasa menegaskan komitmen gereja terutama Gereja Keuskupan Agung Ende untuk terus mempromosikan pendidikan sebagai pilar penting di wilayah tersebut.
Menurutnya, sudah sejak awal Gereja Keuskupan Agung Ende mempunyai komitmen untuk hal ini dan itu ditunjukkan dengan kehadiran lembaga atau Yayasan Pendidikan di wilayah-wilayah Keuskupan yang lebih dari 100 tahun usianya.
Ia sangat bersyukur karena dalam usia yang panjang sampai saat ini dan di Kevikepan Bajawa menjalani dari TK hingga Perguruan Tinggi. STIPER-FB merupakan lembaga pendidikan tinggi kedua milik Keuskupan Agung Ende setelah STIPAR Ende.
Menurutnya pula bahwa komitmen tersebut tentunya banyak pihak yang turut mengambil bagian seperti pemerintahan alam itu sendiri.
Hal penting yang menjadi kekuatan dalam pengelolaan pendidikan Katolik di Keuskupan Agung Ende, kata Uskup Budi Kleden, yakni identitas di mana Gereja menyelenggarakan perannya dalam lembaga-lembaga pendidikan selain untuk pengetahuan anak didik juga membentuk keterampilan untuk itu diharapkan kepada semua tingkatan pendidikan aspek nilai harus terus menjadi perhatian utama.
Sementara soal kesejahteraan, kata Uskup Budi Kleden, merupakan tantangan yang sangat serius sehingga harus terus bekerja sama untuk mencari solusi terkait masalah kesejahteraan dan kolaborasi bersama pemerintah sangat diperlukan.
Kata Uskup Budi Kleden, masalah yang kompleks juga tentang jumlah siswa yang mungkin saja terkait masalah biaya namun juga jumlah siswa yang memang harus semakin kurang terutama anak usia sekolah sehingga menjadi tantangan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Legalitas sekolah dan asetnya juga peran yayasan yang harus juga memiliki solidaritas sistem sehingga tidak tergantung pada kemurahan hati satu pihak saja. *
Penulis : Wim de Rozari
Editor : Wentho Eliando