BAJAWA, FLORESPOS.net-Bertepatan dengan puncak perayaan 95 tahun atau Perayaan Pesta Family (Pesfam) berdirinya Seminari St. Johanes Berkhmans Todabelu Mataloko, Mgr. Paulus Budi Kleden SVD mencanangkan gerakan menyongsong satu abad Seminari St. Johanes Berkhmans Todabelu Mataloko.
Pencanangan Gerakan Satu Abad Seminari Todabelu Matalako dilakukan, Minggu (15/9/2024).
Pencanangan diawali perayaan ekaristi dan disusul pernyataan pencanangan oleh Mgr. Paulus Budi Kleden SVD didampingi, Vikep Bajawa, RD. Gabriel Idrus ,Vikep Ende RD. Edy Dopo, Ketua Panitia Perayaan 1 Abad, Paulus Soliwoa, Ketua Komite Seli Djawa, Praeses Seminari Mataloko, perwakilan alumni serta disaksikan sejumlah Imam, perwakilan orang tua, panitia dan anak-anak Seminari Mataloko.
Dalam khotbahnya, Mgr. Paul Budi Kleden mengatakan, 95 tahun berdirinya Seminari Mataloko dan pencanangan satu abad berdirinya Seminari tersebut, merupakan tempat persemaian dan pertumbuhan benih panggilan untuk menjadi imam.
Setiap kali datang ke tempat seperti ini, menurut Uskup hatinya dan juga tentunya hati semua orang diliputi rasa syukur sambil mengenang tempat atau lembaga dan orang-orang yang telah mengambil peran penting dalam mendidik calon imam.
Seminari, ibarat seorang ibu di mana tempat mengalami kasih pertama selama 9 bulan.
Sebuah pengalaman yang begitu menentukan watak seorang anak manusia di mana lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya disebut almamater di mana merupakan tempat belajar memperoleh nilai-nilai penting juga wawasan, melatih diri dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup.
“Kita kenang dengan rasa syukur pada orang-orang yang mengorbankan dirinya membentuk kepribadian Seminaris,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Uskup Budi merumuskannya dalam 7C . Tujuh C dalam bahasa Inggris tersebut adalah, Conektif yaitu terkoneksi dengan Tuhan dimana berakar dalam iman yang mendalam akan Allah.
Orang-orang yang dibentuk kepribadiannya di Seminari adalah manusia beriman dan sadar akan dirinya sebagai yang tercipta dan terpilih Allah.
C yang kedua adalah, Copassion atau bela rasa yang dimaksudkan bahwa orang tidak tinggal oleh kenyamanan diri sendiri tetapi mempunyai bela rasa terutama bagi mereka yang miskin dan sederhana.
C ketiga adalah, Commitmen di mana merupakan orang-orang yang memiliki komitmen terhadap janji-janjinya.
Janji yang diikrarkan sebagai seorang Imam maupun sebagai suami istri, pejabat publik haruslah mempunyai komitmen untuk menghidupi apa yang sudah dijanjikan.
C keempat adalah Community, di mana berpikir tentang komunitas. Berpikir dengan tidak memaksakan kehendak sendiri namun untuk kepentingan umum.
Tidak membiarkan diri terkurung dalam kesempitan untuk kepentingan diri sendiri namun berpikir untuk kepentingan komunitas.
C yang kelima adalah, Comunikatif yang berarti orang-orang yang bisa berkomunikasi.
“Iman itu untuk kita bagikan dan komunikasikan. Seorang Imam adalah pewarta dan mengkomunikasikan kedalaman kerohaniannya kepada orang,” ungkapnya.
Komunikasi harus dilakukan dengan bahasa yang gampang dimengerti dan tidak melukai orang lain serta memungkinkan orang untuk memiliki rasa percaya diri dan ada rekonsiliasi bila terjadi perpecahan.
C keenam adalah, Competen di mana harus berkompeten dalam pendidikan intelektual dan spiritual juga keterampilan sehingga menjadi orang yang berkompetensi.
Bukan hanya dengan kata-kata, namun yang terutama adalah dengan tingkah laku.
C yang terakhir, adalah Credible di mana merupakan orang yang dapat dipercaya.
Harus ada keserasian antara apa yang dihidupi dan dilakukan di mana serasi antara kata dan tindakan.
Dies Natalis Ke 95 dan Pencanangan 1 Abad Seminari St. Johanes Berkhmans Todabelu Mataloko perlu dimanfaatkan sebagai satu ungkapan syukur pada semua yang telah menjadi bagian dari keluarga besar Seminari St. Johanes Berkhmans Todabelu Mataloko dan semua yang telah berkontribusi dalam sejarah panjang kehadiran lembaga tersebut.
“Kita bulatkan tekad agar 5 tahun mendatang perayaan 100 tahun nanti merupakan kesempatan istimewa untuk membaharui komitmen menjadikan Seminari Mataloko menjalankan 7 C tersebut,” harapnya.
Gereja dan masyarakat membutuhkan orang-orang yang sungguh sadar akan pentingnya relasi dengan Tuhan, memiliki bela rasa, memiliki komitmen terhadap apa yang telah dijanjikan, berpikir lebih luas daripada kepentingan dirinya sendiri.
Manusia yang komunikatif, mempunyai kompetensi dan yang dapat dipercaya karena ada keserasian dengan apa yang dikatakan dan yang dilakukan.*
Penulis : Wim de Rozari
Editor : Anton Harus