Gereja Tua Rekas dan Wisata Minat Khusus Flores Barat

- Jurnalis

Selasa, 16 Juli 2024 - 14:15 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gereja Tua Rekas dan Wisata Minat Khusus Flores Barat. Foto: Dok. BPOLBF

Gereja Tua Rekas dan Wisata Minat Khusus Flores Barat. Foto: Dok. BPOLBF

LABUAN BAJO, FLORESPOS.net-Gereja Katolik tertua di ujung barat pulau Flores adalah gereja Rekas. Umurnya 100 tahun. Kelak itu bakal jadi wisata religi minat khusus setempat.

Lokasi gereja berusia 1 abad itu di Kampung Rekas, Desa Kempo, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Flores barat Nusa Tenggara Timur (NTT).

Merupakn bagian dari Keuskupan Ruteng, gereja tua tersebut hanya berjarak tempuh sekitar 1,5 jam berkendaran mesin dari Labuan Bajo ibu kota Mabar yang adalah kota super premium.

Didirikan 1925 oleh misionaris Jerman Pater Franc Eickman SVD, Gereja Tua Paroki Rekas menjadi saksi sejarah awal masuk agama Katolik di tanah Mabar, kemudian menjadi pusat misi penyebaran agama Katolik di wilayah barat Keuskupan Ruteng.

Setidaknya sejarah tersebut yang menetapkan Gereja Tua Rekas menjadi salah satu situs Wisata Religi pada tahun 2019 oleh bupati Mabar saat itu.

Seiring pengembangan dan pertumbuhan pariwisata minat khusus di Indonesia, wisata religi salah satu yang dikembangkan sesuai karakteristik masing- masing daerah.

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini tengah mendorong dan menargetkan Pulau Flores menjadi Destinasi Utama Wisata Religi Katolik di Indonesia.

Dalam pengembangannya tentu kolaborasi 4 otoritas gereja lokal Flores, yaitu Keuskupan Agung Ende (KAE), Keuskupan Maumere, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Ruteng, dan juga Kevikepan Labuan Bajo.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah kolaborasi aktif dengan Dinas Pariwisata di 9 Kabupaten yang ada di Daratan Pulau Flores, Komunitas Basis Umat (KBG), dan pelaku pariwisata dari semua elemen industri yang terintegral.

Fransiskus Xaverius Teguh, Plt. Dirut BPOLBF saat kunjungan ke kampung Rekas, Sabtu-Minggu (13-14/07/2024), menyampaikan bahwa kedatangan dia dan jajaran untuk melihat lebih jauh potensi wisata religi di Rekas, agar kelak dapat dikemas dan dikelola lebih maksimal.

Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari “FGD Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores” yang telah dilaksanakan pada 5 Juli 2024 lalu, dihadiri para pemangku kepentingan di Wilayah KAE, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng, dan Dinas Pariwisata 9 Kabupaten di pulau Flores.

Baca Juga :  Ketua KPU Ende Ingatkan PPS Sukseskan Penyelenggaran dan Tuntas Admistrasi

Kunjungan dua hari tersebut juga merupakan bagian dari cara BPOLBF untuk menggali potensi ekonomi kreatif yang ada di sekitar Rekas yang merupakan bagian dari pendukung industri kepariwisataan.

Masih menurut Frans Teguh, pengembangan wisata religi adalah menggali potensi-potensi religi dan aspek spiritual yang ada dan disisi lain juga mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi yang memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat di daerah.

“Masyarakat Flores mayoritas katolik, sehingga Flores bisa menjadi tempat orang datang untuk mendapatkan pengalaman spiritual. Namun wisata religi ini tidak hanya dikembangkan pada aspek spiritualitasnya saja, tetapi juga dari aspek ekonomi, dimana pengembangan harus berdampak dan bermuara bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Frans Teguh.

Rekas, masih dia, dinilai telah memenuhi Konsep Sadar Wisata, yaitu Sapta Pesona: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan. Konsep ini sangat penting ketika sebuah destinasi akan dikembangkan dan juga merupakan modal sosial untuk menarik orang datang dan tinggal lebih lama di Rekas.

Penguatan narasi dan penguatan SDM melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi, pengembangan eco-homestay dan gastronomi juga bisa digali agar dapat melahirkan destinasi wisata dan event religi yang berkelanjutan. Berbagai peningkatan dan pengembangan ini diharapkan dapat berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Pater Yeremias G. Bero, SVD, Pastor Paroki Gereja St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita Rekas, juga menyampaikan bahwa saat ini parokinya telah bekerja sama dengan beberapa donatur yang kebanyakan berasal dari pelaku pariwisata untuk merenovasi Gereja Tua Rekas. Tahun depan merupakan ulang tahun Gereja Tua Rekas yang ke 100 tahun, dan akan dijadikan Situs Cagar Budaya.

“Gereja tua ini nanti akan dijadikan Situs Cagar Budaya, terutama karena usianya yang sudah hampir seratus tahun pada 2025. Kami berharap kawasan ini dapat dikembangkan sebagai spot pariwisata dan di lain sisi juga bisa makin mengembangkan industri kreatif bagi masyarakat, yang nantinya akan mendukung perekonomian masyarakat di sini,” jelas Pater Yerem.

Pada kesempatan itu BPOLBF juga menggelar pertemuan lintas komunitas yang ada di Paroki Rekas soal upaya memajukan pariwisata, khususnya wisata religi Katolik.

Baca Juga :  Pemuda Peduli Desa di Alor Deklarasi Dukung Muhaimin Iskandar Presiden 2024

Adrianus Taur, pemilik UMKM Sari Toga juga hadir dalam pertemuan  bersama komunitas tersebut. Dia bercerita tentang pengalaman serta perkembangan usaha yang ditekuninya selama ini.

Taur mengungkapkan, banyak program peningkatan kapasitas, baik yang diselenggara BPOLBF maupun dari Kementerian dan melalui program tersebut mereka mendapatkan banyak bimbingan untuk pengembangan produk.

Mereka juga dibantu untuk aktif dalam berbagai event sehingga produknya semakin dikenal luas dan penjualan produk meningkat, mendapat pesanan dari Malaysia dan mereka siapkan produknya.

“Dibutuhkan ketekunan dan sabar berproses mengikuti berbagai program pelatihan yng diberikan,” ujar Taur.

Selain label gereja tua, Rekas juga memiliki sejarah dalam dunia pendidikan di Manggarai Barat. Di tahun 1921 seorang misionaris Eropa membangun satu sekolah dasar, yaitu SDK Rekas 1, salah satu sekolah tertua di Mabar.

Di 2024 ini sekolah yang dikelola oleh Yayasan Sukma Keuskupan Ruteng tersebut telah berusia lebih dari se-abad.

Bukan cuma itu, kampung Rekas juga memiliki banyak produk ekraf yang dikembangkan sejak lama oleh masyarakat setempt, seperti gerabah compang (kerajinan tangan dari tanah liat), tenun, anyaman topi re’a, anyaman pandan dan lain-lain.

Hal menarik lain di Rekas adalah pasar tradisional yang cuma dibuka sekali seminggu, tepatnya tiap hari Rabu. Kesempatan itu bisa melihat berbagai produk ekraf serta hasil bumi setempat lainnya seperti umbi umbian, sayur sayuran, buah, minuman khas tuak, dan masih banyak lagi.

Begitupun potensi gastronomi, Rekas juga memiliki makanan khas “Songkol”. Bahan dasar makanan yang satu itu singkong parut dan dicampur dengan hasil parutan kelapa, lalu dikukus dalam bambu menggunakan api dari kayu bakar.

Ada juga “bobo”, yaitu masakan dari berbagai jenis daging atau ikan yang diolah dengan menggunakan bumbu tradisional dan dimasukan dalam bambu dan didekatkan dengan bara api selama hampir 4 jam. Selebihnya makanan olahan keripik dari ubi ubian dan pisang.

Pada kunjungan tersebut, BPOLBF juga melakukan pelayanan koor dan liturgi di Paroki Gereja Katolik St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita-Rekas pada Minggu (14/07/2024). *

Penulis: Andre Durung I Editor: Wentho Eliando

Berita Terkait

5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo
Dewan Minta Pemkab Manggarai Barat Evaluasi Perumda Bidadari
Reses di Desa Nuaone Detusoko, Nando Watu Dorong Pemdes Selesaikan Masalah Adminduk
Pemungutan Suara Ulang Pilgub NTT di Flores Timur, Ini Jumlah DPT Dua TPS Pukentobi Wangibao
Pandangan Mariana Lusia Tentang Permaculture
FLC: Pengembangan Pertanian Regeneratif dan Permaculture Dukung Pariwisata Berkelanjutan
Kantor KPU Nagekeo Didatangi Kasat Intelkam, Ada Apa?
KPU Flores Timur Lakukan Pemungutan Suara Ulang di Dua TPS, Ini Alasannya
Berita ini 96 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 3 Desember 2024 - 19:23 WITA

5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo

Selasa, 3 Desember 2024 - 18:55 WITA

Dewan Minta Pemkab Manggarai Barat Evaluasi Perumda Bidadari

Selasa, 3 Desember 2024 - 13:02 WITA

Reses di Desa Nuaone Detusoko, Nando Watu Dorong Pemdes Selesaikan Masalah Adminduk

Selasa, 3 Desember 2024 - 12:09 WITA

Pemungutan Suara Ulang Pilgub NTT di Flores Timur, Ini Jumlah DPT Dua TPS Pukentobi Wangibao

Selasa, 3 Desember 2024 - 08:14 WITA

Pandangan Mariana Lusia Tentang Permaculture

Berita Terbaru

Peserta tes PPPK 3 Manggarai NTT 2024 sedang menunggu giliran tes di ruang tunggu Kantor Bupati Mabar di Labuan Bajo, Selasa (3/12/2024).

Nusa Bunga

5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo

Selasa, 3 Des 2024 - 19:23 WITA

Anggota DPRD Manggarai Barat, Bernadus Ambat

Nusa Bunga

Dewan Minta Pemkab Manggarai Barat Evaluasi Perumda Bidadari

Selasa, 3 Des 2024 - 18:55 WITA

Peserta Floratama Learning Center pose bersama  usai kegiatan yang digelar secara hybrid pada 29 November 2024 pagi di Labuan Bajo. (dokumen bpolbf).

Advertorial

Pandangan Mariana Lusia Tentang Permaculture

Selasa, 3 Des 2024 - 08:14 WITA