MAUMERE, FLORESPOS.net-Ratusan hektar tanaman jagung di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), diserang ulat grayak. Serangan ulat grayak, tersebar pada 17 kecamatan di atas luas lahan tanam 5.352.75 hektar (ha).
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan mengatakan, sejak Januari 2024 hingga kini, tanaman jagung di Kabupaten Sikka diserang ulat grayak.
Berdasarkan data, kata Kadis Emil Satriawan, hama ulat grayak menyerang tanaman jagung pada 17 wilayah kecamatan dengan total luas serangan hama ulat grayak 783.75 ha dari 5.352.75 ha luas lahan tanaman.
Dia menyebutkan sebaran serangan hama ulat grayak pada 17 kecamatan tersebut.
Di Kecamatan Alok, ulat grayak menyerang 60.00 ha dari 257.00 ha luas lahan tanam dan Kecamatan Alok Timur menyerang 55.50 ha dari 578.00 ha luas lahan tanam.
Seterusnya Kecamatan Alok Barat, menyerang 105.00 ha dari 381.25 ha luas lahan tanam, Kecamatan Nita, menyerang 22.00 ha dari 140.00 ha luas lahan tanam. Kecamatan Nelle, terserang ulat grayak 62.50 ha dari 230.00 ha luas lahan tanam.
Kecamatan Koting, terserang ulat grayak 37.00 ha dari 284.50 ha luas lahan tanam, Kecamatan Lela, terserang ulat grayak 40.25 ha dari 349.00 ha luas lahan tanam, Kecamatan Mego, terserang ulat grayak 21.00 ha dari 149.75 ha luas lahan tanam.
Kecamatan Paga, terserang ulat grayak 85.00 ha dari 263.00 ha luas lahan tanam, Kecamatan Magepanda, terserang ulat grayak 90.00 ha dari 130.00 ha luas lahan tanam.
Kecamatan Kangae, terserang ulat grayak 85.50 ha dari 599.00 ha luas lahan tanam, Kecamatan Kewapante, terserang ulat grayak 91.00 ha dari 553.75 ha luas lahan tanam.
Kecamatan Hewokloang, terserang ulat grayak 16.00 ha dari 50.50 ha luas lahan tanam, Kecamatan Bola, terserang ulat grayak 1.50 ha dari 693.00 ha luas lahan tanam.
Kecamatan Waigete, terserang ulat grayak 8.00 ha dari 618.00 ha luas lahan tanam, Kecamatan Doreng, terserang ulat grayak 2.50 ha dari 46.00 ha luas lahan tanam, Kecamatan Mapitara, terserang ulat grayak 1.00 ha dari 30.00 ha luas lahan tanam.
Kata Emil Satriawan, dari total serangan hama ulat grayak tersebut, yang sudah dilakukan pengendalian oleh Dinas Pertanian Sikka, yakni 403.50 ha.
Pihaknya terus melakukan pengendalian agar hama ulat grayak tidak muncul lagi.
“Pengendalian hama ulat grayak dilakukan dengan menggunakan insektisida Siklon 5,7WG,” kata Emil Satriawan kepada Florespos.net di kantornya, Jumat (16/2/2024).
Penelusuran Florespos.net, Kamis (15/2/2024), di Dusun Wairhubing, Desa Watuliwung, Kecamatan Kangae, tanaman jagung baik di tanam di pekarangan rumah maupun kebun di wilayah setempat tumbuh kerdil dan diserang ulat grayak.
Tinggi tanaman jagung yang ditanam Desember 2023 dan Januari 2024, tidak lebih dari lutut orang dewasa. Ada yang tumbuh lebih dari lutut orang dewasa sudah berbunga dan berbuah, tapi tidak ada isi.
“Saya tanam bulan Januari lalu. Mestinya sekarang sudah lebih dari lutut. Tanaman jagung ini tidak tumbuh dengan baik karena terlalu panas. Belum lagi sekarang, banyak ulat makan daun dan batang,” kata Monika Grasiana (50), warga Desa Watuliwung ketika ditemui Florespos.net di kebunnya, Kamis siang.
Monika mengatakan, ulat grayak tidak hanya menyerang tanaman jagungnya. Tapi sebagian besar tanaman jagung di wilayah itu sudah diserang ulat grayak.
“Di sini, hampir semuanya diserang ulat. Kami sudah obati dengan cara kampung. Campuran jeruk nipis, tapi sampai sekarang masih ada ulat,” katanya.
Monika mengaku, sampai sekarang belum ada intervensi dari dinas terkait. Dia berharap selain mengatasi serangan hama ulat grayak, dinas terkait bisa membantu bibit jagung yang kebal dengan ulat grayak. *
Penulis: Wentho Eliando I Editor: Anton Harus