LABUAN BAJO, FLORESPOS.net – Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi mengalami kelaparan pada Tahun 2024, khususnya di wilayah-wilayah tertentu di daerah itu.
Selain dampak curah hujan tidak menentu, juga akibat serangan hama belalang kembara terhadap tanaman jagung setempat yang sudah dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti lansir media ini sebelumnya.
Wakil Ketua DPRD Mabar, Darius Angkur menanggapi media di Labuan Bajo, Selasa (23/1/2024) mengatakan, sampai sekarang beberapa persawahan di wilayah Wol- Datak, Kecamatan Welak Mabar belum ditanami padi gegara kesulitan air akibat curah hujan tidak menentu.
“Ada yang sebagian sudah tanam, tetapi ada juga yang sebagiannya belum tanam. Itu tadi, curah hujannya tak tentu. Di situ sawah tadah hujan (tadahan),” kata Angkur.
Kondisi tersebut, demikian Angkur, bakal gagal tanam, akan berpotensi kelaparan di wilayah-wilayah itu, ujar pria yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Mabar tersebut.
Sehubungan dengan KLB tanaman jagung di Mabar akibat serangan hama belalang kembara, seperti di Kecamatan Welak dan Kecamatan Lembor Selatan, itu juga berpengaruh pada ketersedian pangan di daerah-daerah bersangkutan.
Kalaupun bisa dikendalikan oleh petani setempat dan Pemkab Mabar, dalam hal ini Dinas Pertanian, mungkin itu tetap saja berpengaruh pada hasil panennya kelak, produktivitas jagungnya bakal menurun, apalagi kalau serangan terjadi pada saat jagungnya sedang berbunga, kata Angkur yang asal Kecamatan Welak itu.
Dengan serangan hama belalang dan curah hujan tak menentukan itu, di 2024 ini di Mabar dikewatirkan akan berpotensi mengalami kelaparan, khusus di wilayah- wilayah yang terdampak dua hal tadi, ujar Angkur.
Menyentil anggaran 2024 untuk membantu masyarakat yang terdampak serangan hama belalang dan curah hujan tak menentu, dimana 2 hal ini dikewatirkan berpotensi kelaparan, Angkur mengatakan bahwa itu ada, mungkin di atas Rp. 5 miliar, namanya bantuan tak terduga (BTT), karena bencana itu tak terduga seperti hama belakang dan lainnya, katanya. *
Penulis: Andre Durung/Editor: Anton Harus