Oleh: Anselmus Dore Woho Atasoge
PELUNCURAN program “Future School” oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur pada 23 Juli 2025 menandai babak baru dalam sejarah pendidikan daerah.
Inisiatif ini, yang dipimpin langsung oleh Bupati Antonius Doni Dihen, tidak sekadar memodernisasi ruang belajar melalui teknologi digital dan penguatan literasi, tetapi juga menyatakan bahwa pendidikan harus kembali pada hakikat filosofisnya: membentuk manusia yang utuh, berpikir kritis, berkarakter, dan berakar kuat dalam nilai-nilai budaya lokal.
Dalam kerangka filsafat pendidikan, program ini mencerminkan semangat paideia Yunani, sebuah jalan pembentukan karakter dan akal budi, yang bertemu dengan nilai-nilai konstruktivisme modern (Bruner, 1966) dan pendidikan pembebasan ala Paulo Freire (1970).
Konsep cerdas majemuk, penguasaan bahasa Inggris, dan literasi digital yang diusung Future School Flores Timur menandakan keberanian daerah ini untuk menjadi pionir transformasi pendidikan.
Namun, kekuatan sejatinya terletak pada integrasi nilai-nilai Lamaholot dalam karakter peserta didik, sebuah pendekatan yang menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus mengorbankan lokalitas.
Model pembelajaran berbasis proyek (4C) dan pelatihan guru sebagai agen perubahan mempertegas bahwa pendidikan bukan sekadar instruksi, melainkan transmutasi nilai dan identitas.
Sejalan dengan Delors Report dari UNESCO (1996), Future School menghidupkan empat pilar pendidikan: belajar untuk mengetahui, melakukan, hidup bersama, dan menjadi.
Sementara itu, empat pilar pendidikan menurut Delors Report UNESCO (belajar untuk mengetahui, melakukan, hidup bersama, dan menjadi) mewakili fondasi holistik bagi pengembangan manusia seutuhnya.
Belajar untuk mengetahui mendorong penguasaan pengetahuan melalui rasa ingin tahu dan pemahaman mendalam; belajar untuk melakukan membekali individu dengan keterampilan praktis dan kemampuan beradaptasi di dunia kerja; belajar untuk hidup bersama menanamkan nilai toleransi, dialog, dan kerja sama dalam keberagaman; sementara belajar untuk menjadi menekankan pembentukan kepribadian dan karakter yang integral, memungkinkan setiap orang berkembang sesuai potensi dirinya sebagai insan yang bermartabat dan bermakna. Pilar-pilar ini menjadi napas dari pendidikan masa depan yang inklusif dan transformatif.
Pembelajaran berbasis 4C menekankan pengembangan keterampilan penting abad ke-21, yaitu kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis dan memecahkan masalah secara logis; kreativitas dalam menciptakan gagasan baru yang relevan dan inovatif; kolaborasi dalam bekerja sama secara harmonis dan menghargai keragaman; serta komunikasi yang efektif dalam menyampaikan dan menerima pesan melalui berbagai media dan situasi.
Keempat unsur ini saling menguatkan guna membentuk peserta didik yang adaptif, reflektif, dan siap menghadapi tantangan dunia nyata.
Halaman : 1 2 Selanjutnya











