MAUMERE, FLORESPOS.net-SMPK St. Antonius Boganatar merayakan pesta perak, 25 tahun kehadiran sekolah ini dan mengawali serangkaian kegiatan lewat acara peluncuran dan bedah buku, “Merefleksi Diri, Menatap Masa Depan”.
Dalam bedah buku tersebut terdapat dua nara sumber yang berbicara terkait dengan buku tersebut yakni Wakil Rektor I Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere Dr. Hendrikys Pedro, SFil,MA dan Dosen IFTK Ledalero Pater Dr.Sefrianus Juhani, SFil,Lic.
Wakil Rektor I Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Dr. Hendrikus Pedro, S. Fil.,M.A dalam bedah buku menyebutkan, SMPK St. Antonius Boganatar didirikan di tahun Yubelium Agung 2000.
SMPK St. Antonius Boganatar merupakan sekolah Yubelium, direfleksikan dan dirayakan di tahun Yubelium 2025 yang dikatakan RD Stefanus Wolo Itu sebagai Pintu Suci Kerahiman Pengampunan dan Belas Kasih.
Hendrikus membagi beberapa bagian yakni pertama Merefleksi Diri, ada dua bagian yakni Aktor Kasih dan Yang Dikasihi.
Dalam Aktor Kasih ada gereja, identitas pendidikan Katolik di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Identitas pendidikan Katolik harus dipertahankan seperti apa yang disampaikan Uskup Maumere Mgr. Ewaldus Sedu dan RP. Fidelis Dua pada halaman 252 dan berkarakter unggul perspektif gereja Katolik seperti disampaikan RP. Sefrianus Juhani di halaman 170,” ungkapnya.
Hendrikus tambahkan ada juga Misi SVD dan Keuskupan Maumere lewat Yayasan Persekolahan Umat Katolik (Sanpukat).
Ia mengatakan, ada juga Pater Anton Kappler,SVD dan DPP Paroki Boganatar yang mana dengan tekad yang kuat dari sang gembala P. Anton Kappler SVD tidak terhenti di sini.
“Beliau ingin menyiapkan rumah masa depan anak di paroki ini tak kunjung padam (Yoseph Niessen, 2). Pilar utama pembangunan bersama DPP dan Umat Paroki Boganatar,” ucapnya.
Selain itu tambah Hendrikus, dalam aktor kasih ada Pater Bollen,SVD dan YLPM-Bang WITA ada Bapak Rafael Raga yang secara konkrit dan teknis ikut terlibat dalam pembangunan sekolah.
Dalam bagian Yang Dikasihi ada warga Tana Ai, mereka yang miskin dan terpinggirkan, kurang pendidikan dan semangat bersekolah rendah serta tidak mampu membiayai pendidikan.
Hendrikus melanjutkan, bagian kedua terkait Menatap Masa Depan yang mana dalam tantangan dirinya membaginya atas beberapa permasalahan yakni digitalisasi, perubahan karakter, ketidaksetaraan gender dan pendidikan yang meninggalkan kearifan lokal.
“Ketimpangan akses teknologi, terbatas pada keluarga tidak mampu, kualitas pendidikan rendah, ketrampilan dan literasi digital rendah pada guru dan siswa (Fidelis Dua halaman 84-89). Mengabaikan proses dalam pendidikan (Hendrianto, E. Ndiwa halaman 291),” paparnya.
Hendrikus menerangkan, pada bagian ketiga terkait menatap masa depan ada potensi yang terdiri atas AI dan digitalisasi itu sendiri dan akses tanpa sekat.
Ada juga Personalized learning, Skill-Based Learning, Komunitas dan Kolaborasi Global, Kecerdasan emosional dan sosial dalam dunia digital (Dwi Sulisworo, halaman 74) serta empati (Maria Kristina Melinda,halaman 296).
Terkait metode, jelas Hendrikus, ada STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Matematics) (Ambros Maksi, halaman 102-119) serta kooperatif tipe Jigsaw (Mersiana Nogo, halaman 120-129).
Ia menambahkan, ada juga pembelajaran berbasis nilai (kejujuran dan lainnya), proyek, kompetensi, pendekatan emosi dan sosial, diferensiasi pengajaran, teknologi, ekperensial, refleksi, lintas disiplin dan model keteladanan (Noywuli & Maria A.D. Uran, halaman 131-140).
“Membangun karakter sebagai gerakan, integrasi karakter dengan visi misi sekolah, penerapan sistem keteladanan dan holistik (Nikolaus Salo, halaman 141-165),” ungkapnya.
Hendrikus tambahkan, ada kearifan lokal sebagai identitas yang harus diwariskan juga melalui pendidikan formal (Simplysius Yuvenalis, halaman 214) juga termasuk Gren Mahe yang selaras dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara (Irene Sidok,halaman 222).
Ada juga mitigasi bencana yang ada dalam kearifan Lokal (Bertholomeus J,. Bhaga, halaman 235) dan semangat kesetaraan gender (Elisabet Luju, halaman 316,Rosalina, A.M. Lewar, halaman 331).
“Ada alumni yang menyebar dengan kesan positif dan cita-cita yang tinggi untuk SMPK St. Antonius Boganatar,” jelasnya.
Hendrikus memaparkan, ada Roh Kudus dan spirit yang ada dalam diri guru dan ditularkan kepada peserta didik seperti disampaikan RP. Sefrianus Juhani, SVD, di halaman 208 serta sekolah katolik sebagai lembaga pendidikan yang inklusif (Gregorius We,u, halaman 280).
Dirinya dalam penilaian terhadap buku mengatakan, kesan umum buku ini Rumpu Rampe, banyak tulisan dan beragam serta enak dibaca karena kejeniusan editor mengatur sehingga lebih mudah dipahami.
“Ada ketidakseragaman format penulisan namun tidak masalah karena yang lebih penting adalah isinya.Buku ini sebuah warisan yang indah dan akan menjadi kenangan yang tidak lekang oleh waktu,” ungkapnya.
Hendrikus mengakui, buku ini sebuah refleksi hebat yang melihat masa lalu sebagai kenangan yang menguatkan sehingga optimis mengatasi masalah saat ini untuk terus melaju ke depan.
Ia mengatakan, buku ini juga memuat isu saat ini mengenai pendidikan digital dan negara maju sudah mulai kembali seperti awal, kembali kepada buku.
“Apakah kita terus bergelut dengan Pendidikan berbasis digital dengan segala kompleksitasnya atau kembali pada pola awal?,” ucapnya mengakhiri pembicaraan.
Sementara itu, Pater Dr. Sefrianus Juhani, SFil,Lic mengapresiasi penerbitan buku yang digagas SMPK St.Antonius Boganatar dan menekankan pentingnya pendidikan karakter.
Pater Sefri menyebutkan, tantangan dunia pendidikan saat ini yakni bukan saja menghasilkan lulusan yang berkualitas, anak didik yang pintar tapi mempunyai karakter yang bagus.
“Pentingnya pendidikan karakter di tengah tantangan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah bukan saja menghasilkan siswa yang pintar tapi berkarakter baik terkait moral dan etika,” ucapnya.
Pater Sefri menekankan,ada banyak budaya lokal yang bisa diadopsi dalam dunia pendidikan untuk diajarkan kepada para siswa dan jangan meniru budaya dari luar karena belum tentu budaya tersebut cocok dengan kita. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando