RUTENG, FLORESPOS.net-Uskup Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden, SVD diagendakan membedah dan melaunching buku Berjudul Praedica Verbum Opportune Importune (Wartakanlah Firman, Baik atau Tidak Baik Waktunya) di SMA Katolik Regina Pacis Bajawa, Kabupaten Ngada pada Sabtu (23/11/2024).
Buku ini dipublikasikan secara khusus untuk mengenang setahun wafatnya Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota. Launchiung buku diawali perayaan Ekaristi yang dipimpin Mgr. Paul Budi Kleden, SVD.
Buku ini dibedah oleh tim pembedah yakni Uskup Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden; RD. Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil, M.Si (Han); RD. Dr. Yoseph Aurelius Woi Bule; Gregorius Patty Pello, B.A; dan RD. Silverius Betu, S.Fil, M.Han.
Buku setebal 360 halaman ini memuat 29 tulisan dari sejumlah penulis yang diteropong dari pelbagai aspek. Ada pun artikel dan penulis yang berkontribusi dalam enam bagian/pembabakan dalam buku ini yakni.
Bagian I SPIRITUALITAS PRAEDICA VERBUM OPPORTUNR IMPORTUNE memuati lima tulisan yakni: Membaca Edukasi Spiritual Dalam Moto Tahbisan Mgr. Vincentius Sensi Potokota ditulis oleh Dr. Imelda Oliva Wissang; artikel Uskup Sensi Nyalakan Spirit Praedica Verbum Opportune Importune Tolak Hukuman Mati di Indonesia ditulis oleh Walburgus Abulat; Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa dalam Spirit Praedica Verbum Opportune Importune ditulis oleh RD. Silverster Betu, S.Fil, M.Han; Komitmen Pendidikan Dalam Semangat Praedica Verbum Opportune Importune ditulis oleh Sr. Yosefina Itu, OSU; dan Penyambung Lidah Allah Dalam Pusaran Tantangan Evangelisasi di Milenium Ketiga oleh RD. Dr.Petrus Sina.
Bagian II USKUP PERTAMA KEUSKUPAN MAUMERE memuat empat artikel yakni Pemberdayaan Untuk Kemandirian (Kepemimpinan Uskup Sensi di Keuskupan Maumere) ditulis oleh RD. Richardus Muga Buku; Mgr. Sensi Sosok Gembala Pegiat Literasi, Orator Ulung, dan Komunikator Andal ditulis oleh Walburgus Abulat; Aggiornamento Kenangan Bersama Mgr. Vincentius Sensi Potokota (di TOR Lela-Maumere 1989) ditulis oleh RD. Dus Duka, Lic.Theol; dan ShocK Therapy Pastoral Kehadiran, dan Catatan Harian ditulis oleh RD. Richardus Muga Buku.
Bagian III USKUP KEUSKUPAN AGUNG ENDE memuat 8 tulisan yakni Pulang ke Katedral ditulis oleh Dr. Maria Matildis Banda; Bapa Uskup Vincentius Sensi Pemimpin yang Lembut Hati ditulis oleh RP. Dr. Lukas Jua, SVD; Mgr. Sensi Seorang Uskup dan Konselor ditulis oleh RD. Benny Lalo; Pemimpin Pemberani dan Baik Hati Sejumlah Kenangan Pribadi ditulis oleh RD. Nani Songkares; Uskup Sensi Pendamping Spiritual dan Jembatan Fidei Donum ditulis oleh RD. Stef Wolo Itu); Diksi-Diksi Inspiratif dan Meneguhkan ditulis oleh RD. Yos Liwu; Kenangan yang Terkasih Bapa Uskup Sensi Gembala yang Peduli dan Pejuang untuk SDM Pertanian Unggul ditulis oleh Dr. Nicolaus Noywuli; dan Puisi-Puisi Untuk Mgr. Sensi (Fabian Thomas).
BAGIAN IV KARYA PELAYANAN DI LINGKUP KWI dan TINGKAT NASIONAL memuat lima artikel yakni Mgr. Sensi Pembina, Pemimpin dan Pejuang Kemanusiaan ditulis oleh Mgr. Maksimus Regus; Mgr. Vincentius Sensi Potokota: Sang Pastor Bonus Dengan Keunggulan Spirit Kebangsaan ditulis RD. Dr. Rofinus Neto Wuli; Mgr. Sensi dan Kerasulan Awam Sinodal ditulis RD. Hans Jeharut; Gembala Dengan Hati Kebapaan yang Melampaui Batas Wilayah Keuskupan Agung Ende: Mgr. Vincentius Sensi Potokota dan Pastoral Migran Perantau ditulis RD. Dr. Eduardus Raja Para, dan Jadilah Imam (dan Awam) yang Sungguh-Sungguh (Sekeping Memori tentang Mendiang Bapa Uskup Sensi ditulis oleh Valens Daki Soo.
BAGIAN V: KENANGAN AKHIR memuat 7 artikel yakni Uskup Sensi di Mata Uskup Manokwari Sorong ditulis Mgr. Hilarion Datus Lega; Mgr. Sensi dan Kesunyian Hidup ditulis oleh RD. Gabriel Idrus; Lima Puluh Dua Malam di Getsemani Bersama Mgr. Sensi ditulis oleh RD. Felix Djawa; Dia yang Berbagi Luka ditulis oleh RD. Emanuel Natalis; Mgr.Sensi dan Kantong-Kantong Penderitaannya ditulis oleh RD. Daniel Aka; Mgr.Vincentius Sensi Potokota: Ikhtiar Kasih dan dan Pembalikan Derita ditulis oleh Dr. Anselmus Dore Woho Atasoge; Berpastoral di Tengah Arus Migrasi “The Last Supper” (Kenangan Terakhir Kehadiran Mgr. Sensi Dalam Munas XIV Unindo (Paulus Yanuarius Azi)
BAGIAN VI KESAN REKAN IMAM, BIARAWAN DAN TOKOH AWAM KATOLIK: Kesan-kesan rekan imam, biarawan dan tokoh umat Keuskupan Agung Ede.
Buku ini juga memuat secara sekilas tentang Editor dan tentang Penulis. Buku ini dilengkapi dengan riwayat hidup Mgr.Vincentius Sensi Potokota, Sambutan Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden, Pengantar oleh tim Editor RD.Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil, M.Si (HAN); RD.Dr. Petrus Sina; dan RD. Silverius Betu, S.Fil, M.HAN dan ditutup dengan profil singkat tim editor dan tim penulis.
Warisan Amat Berharga
Salah seorang editor RD. Dr.Rofinus Neto Wuli, S.Fil, M.Si (Han) kepada media ini, Rabu (20/11/2024) mengatakan, judul buku ini diambil dari Moto Uskup Sensi Praedica Verbum Opportune Importune (Wartakanlah Firman, Baik atau Tidak Baik Waktunya) dari 2 Timotius 4:2 .
Romo Roni Neto Wuli menggarisbawahi bahwa untuk memperingati setahun wafatnya Mgr. Sensi diterbitkan buku ini di mana materi buku ini ditulis oleh para pihak yang mengenal sosok Mgr.Sensi.
“Berbagai refleksi tentang kepribadian, gaya kepemimpinan dan kesaksian hidup ditulis oleh mereka yang mengenal beliau, yang berjalan bersamanya. Bersama mereka, Mgr.Sensi sungguh menghayati moto episkopalnya Praedica Verbum Opportune Importune dalam hidup dan pelayanannya sebagai Uskup Keuskupan Agung Ende”.
“Mgr. Sensi tidak hanya mewartakan Sabda Tuhan melalui inisiatif pastoral dan kegiatan-kegiatannya, tetapi juga terlebih dalam masa sakitnya, dalam perjuangannya menghadapi dan menerima kondisi batas kehidupannya seorang manusia. Mgr. Sensi mewartakan Sabda itu kepada kita. Kematiannya merupakan sebuah bentuk pewartaan sabda itu”.
“Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan warisan amat berharga bagi siapa saja yang mengenalnya. Semoga tulisan-tulisan ini semakin meneguhkan kita untuk terus memelihara kasih persaudaraan baik atau tidak baik waktunya,” kata Romo Roni.
Dijelaskannya, moto Uskup Sensi ini menyadarkan kita bahwa Gereja mengemban tugas mewartakan Sabda Allah, apa pun dan bagaimana pun kondisi dirinya sendiri. Gereja tidak boleh menunggu sampai segala sesuatu dalam dirinya dibereskan, baru boleh mulai berbicara tentang Allah kepada orang lain.
Juga pada saat Gereja sendiri dililit berbagai permasalahan, dia tidak pernah dibebaskan dari tugas pewartaan ini. Gereja harus terus berbenah diri karena berbagai kepincangan dalam dirinya. Tetapi sebagai jemaat Kristus, dia harus mewartakan Sabda Allah dalam kerapuhannya sendiri. Di bawah terang Sabda itu, Gereja menempatkan dirinya dan terus berusaha memperbaiki dirinya bersama semua orang lain.
Gereja berhenti menjadi Gereja Kristus ketika dia berhenti mewartakan Kristus, bukan saat dia dililit berbagai masalah dan kekurangan. Gereja adalah Gereja Misioner, yang tidak dapat memaafkan dirinya dengan berbagai kekurangannya sendiri.
Informasi yang diterima Florespos.net menyebutkan bahwa pelaksanaan launching dan bedah buku ini mendapatkan dukungan penuh dari Unio Keuskupan Agung Ende, Stiper Flores Bajawa, dan SMA Katolik Regina Pacis Bajawa.*
Penulis : Walburgus Abulat
Editor : Anton Harus