LARANTUKA, FLORESPOS.net-Gunung Api Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) meletus dahsyat, Minggu (3/11/2024) malam hingga Senin (4/11/2024) dini hari.
Gunung Lewotobi Laki-laki ini berada di antara dua kecamatan, yakni Wulanggitang dan Ile Bura.
Akibat letusan dasyat disertaikan muntahan lahar panas, belerang, pasir, batu kerikil dan bebatuan besar itu, 9 orang meninggal dunia, sekitar 57 orang luka ringan, sedang dan berat, serta puluhan rumah rusak berat.
Dari 9 orang korban letusan Gunung Lewotobi yang berlokasi di Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura tersebut, 5 orang di antaranya dimakamkan dalam satu liang lahat Senin petang.
Lima orang korban itu dimakamkan di areal halaman rumahnya di Dusun Goliriang, Desa Klatonlo, Kecamatan Wulanggitang.
Kepala Desa Klantonlo Petrus Muda Kuran kepada wartawan di Dusun Goliriang, tempat pemakaman lima korban, Senin petang mengatakan, 9 orang warganya meninggal dunia akibat letusan dahsyat Gunung Lewotobi Laki-laki.
“Desa Klantonlo 9 orang korban meninggal dunia. Dari 9 orang ini, 5 orang kami makamkan di Dusun Goliriang, 2 orang dibawah ke Nebe (Sikka), 1 orang suster juga dibawah ke Kewapante (Sikka) dan 1 orang dimakamkan di Ile bura. Ini masih data sementara,” katanya.
Pantauan Florespos.net, Senin pagi hingga petang, wilayah Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura dalam kondisi yang sangat parah.
Selain abu vulkanik, belerang, pasir, batu kerikil, dan batu besar yang berserakan, sebagian besar tanaman seperti pohon pelindung juga tumbang, dahan dan ranting terlepas dan berserakan.
Sebagian besar rumah warga terutama terparah mulai dari Dusun Goliriang, Desa Klantonlo dan Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang.
Atap dan dinding rumah warga dan fasilitas umum di Desa Klatonlo, Desa Hokeng Jaya dan Desa Dulipali, jebol akibat dihantam lahar panas, pasir, batuan besar dan kerikil.
Selain puluhan rumah warga, ada 4 sekolah, yakni SDI Klatonlo, SDI Wolorona, SMPK Santisima Trinitas dan Seminari Hokeng, dan Biara Susteran SSpS Komunitas Sesabanu, dalam kondisi rusak berat.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur, Fredi Moat Aeng kepada wartawan di Dusun Goliriang mengatakan, untuk data sementara total korban meninggal dunia berjumlah 9 orang.
“Gunung Lewotobi Laki-laki meletus Minggu (3/11/2024) malam sekitar pukul 00.00 Wita. Ada 9 orang warga Desa Klantonlo meninggal termasuk seorang suster (biarawati). Dari 9 orang ini, 1 orang anak-anak. Kondisi rumah warga dan fasilitas umum sangat parah karena gunung meletus dengan pijar api, pasir, batu dan kerikil,” katanya.
Fredi Aeng mengatakan, saat ini sebagian besar warga terdampak, yakni Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura mengungsi baik secara mandiri maupun melalui evakuasi dari Tim Gabungan Penanggulangan Bencana.
“Pemda Flores Timur telah menetapkan tiga lokasi untuk Posko Pengungsian, yakni di Desa Lewolaga, Desa Konga dan Bokang. Semuanya di Kecamatan Titehena. Lokasi Posko Pengungsian ini berada di luar radius 7 km,” katanya.
Fredi Aeng yang saat itu turut memakamkan 5 jenasah korban letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Dusun Goliriang menyampaikan turut berduka cita yang mendalam kepada korban dan keluarga.
“Atas nama Pemda Flores Timur, kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Semoga bencana ini cepat berlalu. Pemda terus berkoordinasi dan melakukan yang terbaik untuk menangani bencana ini,” katanya.
Adapun korban yang meninggal akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki. (1) Kanisius Laga Lajar (Laki-laki), (2) Agustina Luo Luon (Perempuan), (3) Andreas Baha Lajar (Laki-laki), (4) Paskalis Yohanes Goe Lajar (Laki-laki), (5) Theresia Toja (Perempuan), (6) Yohanes Baha Buto Lajar (Laki-laki), (7) Yosefina Kedang (Perempuan), (8) Suster Nikolin Pajo, SSpS (Perempuan), (9) Yohanes Witin (Laki-laki).
Saat ini atau pasca letusan dasyat, Badan Geologi Pusa Vulkanologi dan Mitigasi Bencana menaikan status Gunung Lewotobi Laki-laki dari Level III Siaga ke Level IV Awas dengan rekomendasi, masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas dalam radius 7 km dari pusat erupsi.
Selain itu, masyarakat di sekitarnya mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Serta memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada system pernapasan. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Anton Harus