LARANTUKA, FLORESPOS.net-Anggota DPRD Flores Timur, Yakobus B. Lewar mendesak Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk lebih konkrit melakukan tindakan nyata mengatasi berbagai masalah terutama kesehatan bagi warga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
“Tidak bisa kerja biasa-biasa. Tapi harus kerja ekstra atau kerja luar bisa atasi masalah kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ilebura yang menjadi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki,” kata Yamin Lewar—begitu Anggota DPRD dari Perindo ini kepada Florespos.net, Senin (23/9/2024).
Sejak Januari 2024 hingga saat ini, Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura terus meletus atau erupsi mengeluarkan material berupa abu vulkanik yang begitu tebal dan pasir halus. Tinggi kolom abu vulkanik setiap kali letusan 500 hingga 1.200 meter di atasu puncak kawah.
Yamin Lewar mengatakan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tidak saja berdampak pada kerusakan infrastruktur, perumahan dan fasilitas umum, tetapi juga kesehatan masyarakat sekitarnya terutama yang terdampak langsung.
“Material yang dikeluarkan saat letusan, tidak saja berupa batu, kerikil, pasir, debuh/abu vulkanik, awan panas tapi juga gas baik karbon dioksida, Sulfur, Klorin dan Fluorin yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri,” kata mantan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur itu.
“Materil-material tersebut sangat membahayakan kehidupan masyarakat termasuk ancaman serius terhadap masalah kesehatan baik perorangan maupun secara kelompok dan masyarakat umum,” tambah Yamin Lewar.
Sekretaris Program Khusus D 3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang itu mengatakan, persoalan-persoalan kesehatan yang muncul sebagai dampak erupsi tersebut tidak saja menyebabkan gangguan kesehatan ringan berupa Infeksi Saluran Pernapasan Akut tetapi juga bisa menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Kronis hingga menyebabkan Bronchitis, Pneumonia dan iritasi pada paru-paru.
“Lansia-lansia serta masyarakat dengan kondisi sering mengalami penyakit saluran pernapasan sangat rentan. Saya menjadi sangat prihatin ketika menyaksikan di tengah erupsi tidak terlihat satupun anak sekolah saat berangkat ke sekolah dan pulang menggunakan masker atau pelindung mulut dan hidung.”
“Pemandangan ini membuat saya harus turun dari mobil sekedar merasakan polusi udara sekitar ternyata belum sampai 5 menit saya mendapatkan pandangan yang begitu mengagetkan ketika tisu yang saya pakai untuk usap wajah begitu hitam,” tambah Yamin Lewar.
Yamin Lewar menghimbau Pemerintah dan pihak terkait lain memberikan edukasi secara terus menerus untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa sedang terjadi ancaman kesehatan serius di tengah kehidupan mereka.
“Secara pribadi saya berharap lembaga dewan bersama pemerintah sesegera mungkin mengambil langkah preventif serta upaya lain untuk meminimalisir persoalan-persoalan yang dihadapi hari-hari belakangan ini,” katanya.
Tutup Yamin Lewar, “Kita prihatin, bayi balita serta anak-anak sekolah. Mereka yang mestinya jadi harapan masa depan Lewotanah hari ini menjadi kurang sehat dan cemerlang karena situasi ini apalagi akibat intervensi yang tidak terus kita lakukan di tengah erupsi yang juga tidak menentu ini. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Anton Harus