Oleh: Walburgus Abulat
ENDE dan Roma. Bukan sekadar dua locus atau nama tempat yang hanya bermakna tunggal, yakni Ende sebagai Ibu Kota Kabupaten Ende, dan Roma sebagai Ibu Kota Negara Italia.
Dua nama kota itu juga dikenal secara luas sebagai nama yang memiliki filosofi mendalam.
Sejarah mencatat, bahwa Kota Ende dikenal sebagai Kota Pancasila. Penamaan ini terlahir ketika fakta Proklamator Bung Karno yang kemudian menjadi Presiden Pertama RI pernah merenungkan lima mutiara falsafah hidup yang kemudian dijadikan sebagai Idiologi atau dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang disebut Pancasila.
Mgr. Paul datang dari Roma yang dikenal dengan Nama Kota Abadi menuju Kota Pancasila Ende mengingatkan kita untuk mengenal lebih dalam Ende sebagai Kota Pancasila dan Roma sebagai Kota Abadi.
Ende Kota Pancasila
Cikal bakal Ende sebagai Kota Pancasila tidak terlepas dari fakta sejarah di mana Proklamator RI Bung Karno pernah menjalani masa pengasingan di Kota Ende sejak 14 Januari 1934 hingga 18 November 1938.
Selama tenggang waktu pengasingan ini, Bung Karno aktif berkomunikasi dengan para imam dari Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah di Ende.
Mereka berkomunikasi aktif terkait aneka hal kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, termasuk berdiskusi seputar falsafat negara yang kemudian menjadi pilar kebangsaan yang dinamakan Pancasila.
Selama berada di Ende Bung Karno merawat dialog kehidupan yang beradab dengan para pastor dari Kongregasi SVD.
Dalam pelbagai literatur sejarah bangsa dan sejarah gereja disebutkan ada beberapa pastor yang menjadi teman diskusi Soekarno selama ia menjalani pengasingan di Ende di antaranya Pastor Paroki Katedral Ende saat itu Pater P.G. Huijtink SVD.
Konon, Misionaris asal Belanda ini memberikan seluas-luasnya kepada Soekarno untuk menggunakan gedung Imakulata demi pementasan beberapa karya drama yang dihasilkan Soekarno.
Pater Huijtink juga menyerahkan kunci perpustakaan Biara Santo Yosef Ende-tempat ia dan anggota Kongregasi SVD biasa menimba ilmu melalui aneka buku dan bacaan lainnya milik SVD saat itu.
Pastor SVD lainnya yang menjadi teman diskusi Soekarno yakni Pater Doktor Bouma SVD. Pater Bouma SVD adalah Superior Regional SVD selama periode 1932-1947, dan pendiri Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero pada tahun 1937.
Para pastor SVD yang menjadi teman diskudi Bung Karno lainnya Pater Dr. M. Van Stiphout SVD, Pater Adriaan Moomersteeg SVD, Pater Johannes va der Hijden SVD, Pater Antoine Hubert Thijssen SVD yang waktu Bung Karno berada di Ende, ia menduduki jabatan Vikarius Apostolik Ende. Pater Hubert Thijssen SVD kemudian menjadi Uskup Larantuka.
Bung Karno sering berdiskusi dengan para pastor ini terkait aneka soal, tak hanya berlokasi di Rumah Pengasingan, tetapi juga di bawah sukun yang ada di Taman Pancasila Ende saat ini dan atau di Biara Santo Yosef dan Rumah Situs Pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira saat ini.
Berkat diskusi yang bermakna dan beradab dengan tokoh-tokoh agama di atas, semakin melahirkan inspirasi bagi Presiden Pertama RI untuk merenungkan lima butir mutiara yang kemudian dijadikan Dasar Negara Pancasila ini, sebagaimana pemaknaannya tertuang dalam monumen bersejarah yang ada di Taman Pancasila Ende saat ini yang bertuliskan “Di Kota ini kutemukan lima butir mutiara di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila”.
Monumen ini diresmikan oleh Wakil Presiden RI Profesor Boediono bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila pada 1 Juni 2013.
Roma Kota Abadi
Penyair Albius Tibullus yang hidup pada masa pemerintahan Octavianus Augustus antara tahun 55 hingga 18 sebelum Masehi konon menyebut Roma sebagai Kota Abad atau Urbs Aeterna atau The Eternal City.
Sebutan ini erat kaitannya dengan dinamika Kota Roma saat itu yang memiliki nilai-nilai kehidupan dan selalu bertahan meskipun pelbagai tantangan selalu datang menghadang.
Sementara sejarahwan Imron (2015: 64) dalam buku berjudul Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia antara lain mengemukakan bahwa Roma didirikan oleh dua orang yang merupakan kakak beradik. Mereka adalah Romulus dan Remus, cucu dari Raja Numitor.
Kota Roma didirikan secara bertahap. Kota tersebut mula didirikan pada tanggal 21 April 753 SM dan dihuni oleh seratus ribu penduduk.
Selama ribuan tahun keberadaannya, Kota Roma mengalami berbagai perubahan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi berbagai bidang termasuk pemerintahannya. Roma yang semula merupakan kerajaan, berubah menjadi republik, hingga menjadi kekaisaran.
Seiring dengan perubahan-perubahan tersebut, muncul juga berbagai serangan dan konfrontasi terhadap Roma. Namun, Kota Roma masih tetap bertahan hingga saat ini.
Rangkaian perjuangan Kota Roma tersebut menjadi salah satu bukti bahwa Roma berhasil mempertahankan dirinya. Oleh sebab itu, kata-kata Kota Abadi pun melekat bagi Kota Roma.
Tinggalkan Kota Abadi Menuju Kota Pancasila
Perihal Roma Kota Abadi, dan Ende Kota Pancasila di atas juga disentil kembali oleh Uskup Denpasar Mgr, Silvester San dalam khotbahnya saat misa tahbisan Uskup Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden dalam perayaan yang berlangsung di Gereja Katedral Ende, Kamis (22/8/2024).
Uskup Silvester San dalam khotbah di hadapan empat puluhan uskup, termasuk 4 uskup dari luar negeri yakni Uskup Santiago Chili Mgr. Jorgo Patricio; Uskup Papua New Guinea Mgr. Joseph Tarefe Durero; Uskup Niigata Jepang Mgr. Daisuke Narui; dan Uskup Brisbane Australia Timoty Norton; menyebut Uskup Paul Budi Kleden, yang sebelumnya menjabat Superior General SVD yang berkantor pusat di Roma, rela meninggalkan Kota Abadi Roma dan memilih mengemban tugas baru sebagai Uskup Agung Ende yang bermarkas di Kota Pancasila Ende.
“Tidak diragukan lagi Uskup Agung Ende terpilih memiliki iman dan kerendahan hati kira-kira mirip Bunda Maria. Dia menyerahkan diri dan taat kepada kehendak Allah juga ketika terpilih menjadi Uskup Keuskupan Agung Ende. Sebelum terpilih atau pun sesudah terpilih, Mgr. Budi tetap sama yaitu suka tersenyum dan rendah hati. Dia mau meninggalkan Kota Roma Kota Abadi menuju Kota Ende Kota Non abadi tapi Kota Pancasila untuk mengembalakan umat di tempat ini,” kata Uskup Silvester San.
Setelah 6 tahun menjadi anggota Dewan Jenderal SVD dan 6 tahun menjabat sebagai orang nomor satu di Kongregasi SVD sebagai superior General, lanjut Uskup Silvester San, Mgr. Paul Budi Kleden pulang ke tanah air karena menerima pilihan untuk menjadi Uskup Agung Ende menggantikan Mgr. Vincentius Sensi Potokota yang telah berpulang.
“Memang pulang kampung Mgr. Budi disambut gembira dan sukacita khususnya oleh umat Keuskupan Agung Ende. Kekayaan pengalaman Mgr. Budi dalam memimpin SVD sejagat serta berbagai kemampuan yang dimiliki, berdampak luas terhadap penggembalaannya nanti,” katanya.
Menurut Uskup Silvester San, Mgr. Budi dikenal sebagai pendengar yang baik dan setiia mendengar suara mereka yang tak mampu bersuara khususnya umat Keuskupan Agung Ende.
“Mgr. Budi dikenal sebagai tokoh intelektual yang andal, pemikir, teolog, dosen dan penulis yang kreatif maka tidak berlebihan jika umat menaruh harapan besar di pundaknya agar pada masa kepemimpinannya ada dampak positif untuk pengembangan iman umat dan perkembangan masyarakat.”
“Dia (Uskup Paul Budi Kleden, Red) diharapkan mampu menyuarakan suara kritis kenabian bila terjadi ketidakadilan, dan tindak pidana perdadangan orang yang menjadi salah satu persoalan besar bagi masyarakat Pemprov NTT juga pemberdayaanumat di pelbagai bidang terutama sosial ekonomi, penguatan nilai-nilai moral umat Katolik, penguatan keluarga sebagai gereja rumah tangga dan pemerintahan yang bersih dari praktik korupsi juga menjadi perhatian dan tanggung jawab Uskup Agung terpilih dalam semangat kasih persaudaraan bersama umat Katolik yang adalah mayoritas di Pulau Flores,” kata Uskup Silvester San seraya mengimbau umat agar semua para pengikut Kristus diajak untuk menghayati iman kita dengan berupaya hidup lebih baik hidup yang taat, setia dan berkenan kepada Allah.
“Sebab iman yang tidak direalisasikan dalam hidup yang baik, yang berkenan kepada Allah adalah iman yang mati. Dalam hal ini iman kita harus diwujudkanyatakan antara lain dalam kasih persaudaraan. Itulah harapan Mgr. Budi melalui motonya,” kata Uskup Silvester San.
Persudaraan Kekuatan Bersama Kita
Uskup Agung Ende, Mgr. Paul Budi Kleden dalam sambutannya usai ditahbiskan menjadi dibuka dengan “Salam Kasih Persaudaraan.”
Yubilaris menggrisbawahi pentingnya memelihara kasih persaudaraan.
“Peliharalah kasih persaudaraan sebab kasih persaudaraan adalah nilai dan memeliharanya merupakan amanat yang kita dengar di rumah-rumah keluarga dan di rumah-rumah adat kita, di kampung-kampung kita. Itulah pesan yang disampaikan para guru dan pendidik kita. Itulah petuah yang kita terima dari para pemimpin agama-agama kita,” kata Uskup Paul Budi Kleden.
Menurutnya, kasih persaudaraan adalah warisan yang kita terima, sebuah kekayaan kultural dan religius yang menjadi kekuatan bersama kita.
Kasih persaudaraan lintas batas agama, batas usia, batas kelas ekonomi, batas idiologi, kasih persaudaraan dengan alam lingkungan rumah kita bersama.
“Sebagai insan berbudaya dan makhluk yang beriman, dan sebagai pengikut Yesus sadar bahwa iman mestinya iman yang terlibat, yang sadar konteks, yang peka terhadap bahaya polarisasi personal dan kelompok gampang mempolarisasi, kita semua diajak untuk memelihara kasih persaudaraan dan untuk merawat alam,” katanya.
Ia menegaskan bahwa di tengah situasi gereja, bangsa dan dunia, yang kian mudah terancam perpecahan karena ambisi pribadi, kita perlu membaharui tekad dan meneguhkan komitmen untuk menghidupi secara lebih sadar warisan luhur itu dari tanah ini kasih persaudaraan.
“Kehadiran Anda semua baik di dalam maupun di luar gereja katedral Keuskupan Agung yang tercinta ini dan partisipasi anda semua yang mengikuti perayaan ini melalui live streaming dan media sosial saya sampaikan banyak terima kasih,” katanya.
Menurut Uskup Paul Budi Kleden. keterlibatan semua tokoh dan umat semua agama dalam rangkaian acara ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kasih persaudaraan tertanam kuat di daerah kita ini.
“Jangan kita gadaikan persaudaraan itu dengan isu-isu yang merusak nama baik agama dan peristiwa-peristiwa politik yang sesaat.Kasih persaudaraan kita warisi dari orang tua dan leluhur kita, kita hidupi di antara keluarga dan di tengah umat paroki kita,” katanya.
Uskup menggarisbawahi pentingnya melangkah bersama untuk mewujudkan gereja kita yang tumbuh dalam kasih persaudaraan.
“Kiranya Anda semua rela memberi bahumu untuk memikul bersama tanggung jawab dan utusan ini, mengulurkan tanganmu untuk membangun bersama rumah keuskupan ini dan menggerakkan kakimu agar kita melangkah bersama mewujudkan gereja kita yang tumbuh dalam kasih persaudaraan. Saya adalah saudaramu yang bertekad mengasihimu semua dan memohon agar kiranya saya diterima dan disapa sebagai saudara yang dikasihi. Sudah dari sekarang saya sampaikan banyak terima kasih,” katanya.
Menutup sambutannya, Uskup Paul Budi Kleden mengutip kata-kata salah seorang tokoh agama Islam Ende, Bapak Ismail Ibrahim yang disampaikan kepadanya saat tiba di Ndona depan Rumah Keuskupan pada 10 Agustus 2024, demikia petikannya. “Tinggallah dengan hati yang tenang, dan laksanakan pelayananmu dengan jiwa yang dipenuhi dengan kegembiraan.”
“Ini pun harapan dan doa saya bagi kita semua terutama kita yang berada di sini, umat dan seluruh perangkat pastoral di keuskpupan ini. Semoga kita semua merasa dan mengalami dan menjadi bagian dari keluarga besar Keuskupan kita. Kita tinggal dengan hati yang tenang dan dengan gembira dan tulus menjalankan tugas kita masing-masing menghayati iman yang terlibat dalam memelihara kasih persaudaraan lintas dan membangun masyarakat kita menjadi semakin sejahtera. Tuhan memberkati. Bunda Maria Mendoakan,” kata Pemimpin Tertinggi Kongregasi SVD Sejagat ini optimistis.
NTT Teladan Pengakuan Iman Katolik
Sementara Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo dalam sambutannya antara lain menyampaikan apresiasi dan salam hangat dari Sri Paus Fransiskus kepada Uskup Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden.
“Salam dan berkat dari Bapak Suci untuk Bapak Uskup dan umat Keuskupan Agung Ende,” kata Duta Besar Vatikan.
Bapak Suci. Lanjut Duta BesarVatikan, mengutus Uskup Paul Budi Kleden ke tengah-tengah umat untuk melanjutkan sabda ilahi melalui iman dan sakramen-sakraman yang menghidupkan, mewujudkan perdamaian, dan membuka pintu harapan.
Mgr. Piero Pioppo pada kesempatan ini menyentil bagaimana andil gereja Nusa Teggara dalam semangat misionaris dan teladan dalam ziarah iman Katolik.
“Nusa Tenggara adalah teladan dalam pengakuan iman katolik dan dalam semangat misionaris. Yang tidak mengenal perbedaan bahasa, ras, budaya, agama dan cita-cita,” katanya.
Ketua KWI Serahkan Kado
Sementara Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin pada kesempatan ini menyerahkan cinderamata dari para uskup yang bergabung dalam KWI kepada Uskup Agung Ende.
Ketua KWI juga mengucapkan selamat bertugas kepada Uskup Agung Ende Mgr. Paul Budi Kleden dan selamat bergabung ke KWI.
“Selamat kepada Uskup Paul Budi Kleden atas tugas yang baru,” kata Ketua KWI.
Hadir dalam rangkaian acara penahbisan ini di antaranya 44 orang uskup dari Indonesia, dan 4 uskup dari luar negeri yakni Uskup Santiago Chili Mgr. Jorgo Patricio; Uskup Papua New Guinea Mgr. Joseph Tarefe Durero; Uskup Niigata Jepang Mgr. Daisuke Narui; dan Uskup Brisbane Australia Timoty Norton.
Juga hadir Superior General Kongregasi Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD) yang Berkantor Pusat di Roma Italia, RP. Anselmo Ribeiro, SVD (asal Brasil) dan belasan utusan provincial SVD dari empat zona misionaris SVD di dunia di antaranya Provinsial SVD Congo Afrika asal Congo RP. Godefroid Lukokisa, SVD;
Provinsial SVD Jepang asal Filipina RP. Edgardo Jr. Raagas Santiago, SVD; Provinsial SVD Paraguay-Amerika Latin asal Kalikasa Lembata RP. Kornelius Dominikus Boli Udjan, SVD; Provinsial SVD Chile Amerika Latin asal Jopu RP. Yuventus Patrisius Yohanes Kota, SVD; Provinsial SVD Hungaria Eropa asal Wajur-Manggarai Barat RP Fransiskus Xaverius Magung, SVD; Regional Timor Leste asal India RP Manoj Manuel Kharady, SVD.
Itulah gambaran sekilas sosok Mgr. Paul Budi Kleden, SVD yang mengemban tugas baru sebagai Uskup Agung Ende sejak 22 Agustus 2024. Uskup Metropolitan ini berkantor/Istana di Ndona-Kota Pancasila Ende.
Untuk mengemban tugas mulia ini, Mantan Superior General SVD Sejagat yang berkantor pusat di Roma, rela meninggalkan Kota Abadi Roma dan memilih berbaur bersama ratusan ribu umat Katolik yang digembalakannya dalam semangat Peliharalah Kasih Persaudaaan atau Caritas Fraternitatis Maneat in Vobis yang diambil dari Surat kepada Jemaat Ibrani pasal 13 ayat 1.
Selamat bertugas Mgr. Paul Budi KLeden, Pelihalah Kasih Persaudaraan Dari Kota Abadi Roma ke Kota Pancasila Ende. Tuhan memberkati. *
Penulis: Wakil Pemimpin Redaksi Florespos.net, Jurnalis & Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati
Penulis : Wall Abulat
Editor : Wentho Eliando