LABUAN BAJO, FLORESPOS.net – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar) NTT melalu Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) terus membasmi Wereng Batang Coklat (WBC) yang menyerang tanaman padi di Manggarai barat. Jika tidak dibasmi, bisa saja petani Mabar gagal panen. WBC (nilaparvata lugens) hama padi paling berbahaya.
Demikian Vitalis Anselmus Syukur, Koordinator POPT-PHP pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Mabar ketika memimpin gerakan pengendalian (gerdal) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jenis WBC di persawahan irigasi Tiwu Nampar Kecamatan Komodo, Mabar, Senin (24/6/2024).
Gerdal yang dipusatkan Kelompok Tani (Poktan) Kembang Mbuhung, lokasi Mbot 2 itu diikuti Tarsisius Pion Rinca (Koordinator BPP Komodo), Ahmad Kasing (PPL Desa Tiwu Nampar), Serka P.D.Yohanes Suhardi (Babinsa/Koramil 1612-02 Komodo/mitra), Ketua Poktan Kembang Mbuhung Muhamad Kisman serta belasan anggota poktan lainnya.
Sebelum gerdal, Vitalis Anselmus Syukur yang akrab disapa Seli itu mengingatkan peserta, antara lain gunakan masker dan mencuci bersih semua tangki alat semprot demi menghidari hal-hal yang tak diinginkan. Waktu gerdal, pagi jam 7.00-11.00 Wita dan sore mulai jam 3.00 Wita.
Dilibatkannya TNI-AD dalam kegiatan ini, kata Seli, bukan untuk takut-takuti petani, masyarakat, tapi karena mitra, ada kerja sama antara Kementerian Pertanian RI dan Mabes TNI-AD khususnya.
Menurut Seli, WBC merupakan salah satu hama tanaman padi paling berbahaya dan merugikan petani padi, karena bisa berakibat gagal panen. WBC menyerang pangkal batang padi. Tak hanya itu, WBC juga menjadi vektor bagi penularan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.
Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu kurang dari 35 hari. Seekor WBC betina mampu beranak sampai 300 ekor. Kemampuan terbang WBC yang bersayap selama 30 hari bisa mencapai 200 kilometer (km). WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua umur, termasuk menjelang panen.
“Oleh karena itu pengendaliannya harus tuntas pada generasi I (sebelum telur WBC menetas) atau selambat-lambatnya pada generasi II (sebelum anak WBC terbang),” ujar Seli.
Penyebab terjadinya ledakan populasi OPT WBC, ungkap Seli, yakni kemarau basah (La.nina), suhu naik 1, A dan kelembaban naik 25% serta tersedianya makanan sepanjang tahun juga pemicu perkembangan WBC, dan itu yang terjadi di Mabar saat ini.
Pengendalian WBC meliputi preventif dan responsif, termasuk rotasi tanaman dan lainnya. Penggunaan insektisida pilihan terakhir apabila populasi sangat tinggi tetapi disarankan tidak berulang-ulang, harus kombinasi dengan agen hayati. Penggunaan pestisida harus penuhi anjuran 6 T (tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, tepat dosis, dan tepat mutu).
Masih Seli, sebelum di Kembang Mbuhung, gerdal hama serupa juga (WBC) dilakukan di Poktan Bangun Bersama di Desa Golo Pongkor Kecamatan Komodo 21 Juni 2024. Petani yang ikut 30 orang. Petugas Pendamping 10 orang, termasuk dari TNI-AD. Luas pengendalian WBC 15 hektare (ha) dari total luas lahan sawah di desa tersebut 120 ha. Tingkat serangan WBC di Golo Pongkor dan Tiwu Nampar saat ini masuk kategori sedang.
Sedangkan jumlah petani yang ikut gerdal di Kembang Mbuhung 15 orang, 5 petugas pendamping, termasuk PPL, Koordinator BPP, Babinsa, dan dirinya, ujar Seli.
Pada kesempatan yang sama Serka Yohanes, juga senada. Dia meminta para petani mengikuti petunjuk pihak Dinas Pertanian (TPHP) jika ingin pertaniannya sukses, termasuk dalam hal pengendalian WBC. Ini demi ketahanan pangan nasional dan utamanya untuk pemenuhan stok pangan masyarakat/petani itu sendiri, tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ahmad Kasim (PPL), mengatakan total luas areal sawah pada daerah irigasi Tiwu Nampar yakni 89 ha, irigasi telnis. Saat ini umur tanaman padi setempat 2 minggu sampai 1 bulan. Setahun dua kali musim tanam/panen. Adapun tanam/panen ketiga lebih pada serangan ternak, karena di daerah itu banyak sapi dan kerbau milik masyarakat/petani setempat, katanya.
Muhamad Kisman, Ketua Poktan Kembang Mbuhung saat itu mengaku bersyukur kepada Pemiab Mabar yang selama ini sering membantu cuma-cuma bibit padi, obat-obatan dan berbagai hal terkait pertanian lainnya. Ke depannya, dibantu atau tidak oleh pemerintah, dia tetap bersyukur, tutupnya. *
Penulis: Andre Durung I Editor:Anton Harus