BAJAWA, FLORESPOS.net-Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI menggnadeng Dewan Kopi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Timur menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Ekosistem Kopi di Propinsi NTT diselenggarakan di Hotel Korina Bajawa, Kamis (13/6/2024).
Ketua Partai Nasdem Kabupaten Ngada, Moses Jala Watu mengatakan, ia membangun komunikasi dengan Julie Sutrisno Laiskodat guna terselenggaranya Bimtek kopi NTT bersama masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Bajawa.
Moses Jala Watu yang anggota DPRD Kabupaten Ngada mengatakan untuk pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Ngada termasuk pengembangan tanaman Kopi butuh penguatan ekosistem kopi di Provinsi NTT.
Menurutnya, Kabupaten Ngada sudah sangat dikenal dengan Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB). Namun demikian, saat ini populasi Kopi AFB di Kabupaten Ngada mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Melalui Bimtek tersebut ekosistem Kopi Bajawa yang dahulu dikenal dengan hutan kopi karena terdapat di mana-mana dengan jumlah yang banyak dapat kembali hadir dalam kehidupan masyarakat Ngada khususnya wilayah-wilayah yang memiliki potensi tanaman Kopi.
“Bimtek yang dihadiri oleh pegiat kopi ini diharapkan ekosistem kopi kembali dihidupkan,” katanya.
“Kalau minum air panas berarti yang dihidangkan adalah Kopi. Kopi dengan kehidupan orang Ngada sudah sangat menyatu,” tambahnya.
Masyarakat Ngada tidak sekadar penikmat kopi namun merupakan peminum kopi. Penikmat kopi biasanya secangkir bisa berjam-jam namun peminum kopi sehari bisa bergelas-gelas kopi yang diminum.
Melalui Bimtek ini juga diharapkan ada solusi mempertahankan ekosistem kopi di Kabupaten Ngada termasuk produktivitas dan kualitas kopi Bajawa.
Kopi Bajawa juga suatu saat akan menjadi ekowisata sehingga tidak sekadar kopi Bajawa diekspor keluar, namun perlu ada solusi di mana tidak saja biji kopi yang menghasilkan uang namun pohon kopi juga menjadi ekowisata atau ecotourism yang dapat menghidupkan masyarakat di sektor Pariwisata.
Bimtek ini menghadirkan pemateri, Pied Yusuf Chandra selaku Manager Direktur East Pearl, Ketua Dewan Kopi Indonesia Propinsi NTT, Bony Oldam Romas, Plt.Direktur Perbenihan Perkebunan, Hendatmojo Bagus Hudoro serta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngada, Edeltrudis Ngole.
Edeltrudis Ngole dalam pemaparannya tentang Kopi AFB menjelaskan, Kabupaten Ngada merupakan salah satu daerah penghasil kopi utama di NTT dengan luas areal pertatanaman kopi di Ngada 1.807,47 Ha dengan tingkat produktivitas 600 sampai 1000 kg/ha.
Kata dia, tantangan pengembangan kopi AFB adalah eksistensi tanaman kopi yang sudah tua juga kebun dan tanaman kopi di dalamnya belum terawat secara baik serta adanya alih fungsi lahan.
Tantangan lainnya adalah berkurangnya jumlah petani kopi sebanding dengan berkurangnya lahan, pengelolaan panen dan pasca panen yang belum selesai dengan standar operasional serta SDM petani kopi itu sendiri.
Peran pemerintah dalam mendukung pengembangan kopi AFB adalah menambah luas areal juga peremajaan tanaman kopi yang telah tua atau rusak serta pemeliharaan tanaman kopi itu sendiri seperti bantuan pupuk, hand sprayer, gunting pangkas juga bantuan modal kerja yang dianggarkan pada tahun 2025 dari Dana Alokasi Umum (DAU).
Ketua Dewan Kopi Indonesia Propinsi NTT, Bony Oldam Romas pada kesempatan tersebut mengatakan, Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) mempunyai visi sebagai mitra strategis pemerintah dan pemangku kepentingan perkopian.
Peran Dekopi adalah mempersatukan dan mensinergikan upaya-upaya pengembangan perkopian untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil kopi terunggul di dunia serta meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perkopian di Indonesia.
Kata Romas, rendahnya produktivitas kopi di NTT dikarenakan umur tanaman yang sudah tua di atas 25 tahun dan tidak ada peremajaan atau pemeliharaan yang intensif.
Menurutnya, luas lahan kopi di NTT adalah 76.600 ha dan total produksi per tahun 28.600 ton dan produksi rata-rata kurang dari 300 kg/ha.
Pied Yusuf Chandra selaku Manager Direktur East Pearl pada kegiatan tersebut membawakan materi tentang ekowisata Kopi Bajawa.
Plt.Direktur Perbenihan Perkebunan Hendatmojo Bagus Hudoro kepada Florespos.net di sela-sela kegiatan tersebut mengatakan, kopi Bajawa yang sudah mendunia saat ini usia tanaman telah tua yang butuh peremajaan.
Dengan Bimtek yang dilakukan ini petani kopi lebih semangat dengan membuat ekosistem yang baik demi kelangsungan tanaman kopi Bajawa.
Pihaknya juga akan melakukan pengembangan pohon induk kopi. Pihaknya membeli kopi yang mempunyai legalitas atau bersertifikat akan diberikan kepada petani kopi dengan jumlah yang banyak dan hal tersebut telah diusulkan dan akan dilakukan di Kabupaten Ngada.
“Kita juga berupaya agar tidak hanya menjual kopi namun ada benih kopi yang berlabel dan dibudidayakan di Ngada,” katanya. *
Penulis: Wim de Rozari I Editor: Anton Harus