MAUMERE, FLORESPOS.net-Uskup Keuskupan Larantuka Mgr. Frans Kopong Kung, bertempat di Aula Santo Petrus Ritapiret, Minggu (9/6/2024), menahbiskan 23 fratres Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret menjadi diakon.
Usai ditahbiskan, Uskup Frans Kopong Kung didampingi Praeses Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret RD. Guidelbertus Tanga mengutus 23 diakon tamatan Seminari Diosesan terbesar di dunia ke empat keuskupan yang berada di Flores yakni Keuskupan Ruteng, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, dan Keuskupan Larantuka.
Inilah para diakon yang diutus itu masing-masing 10 orang asal Keuskupan Ruteng, yakni Diakon Leonardus Libertus Mere, Diakon Urbanus Gara, Diakon Ignasius R. Haryanto, Diakon Jimmy Y. Hyronimus; Diakon Arisanto Masipri Ehok, Diakon Julius K. Hatom Jebau; Diakon Eulogius Semarto; Diakon Yoselan Dadus; Diakon Hironimus Apul, dan Diakon Rivanius Sayan.
Selain itu, ada 8 diakon asal Keuskupan Agung Ende, yakni Diakon Albertus Dau Djanggo. Diakon Rupertus Bidho; Diakon Viktor Dan; Diakon Kuirinus Moda Wawa; Diakon Vinsensius Sele; Diakon Yeremias Wagho Gado; Diakon Lukas N. Lago Suka; dan Diakon Gerald Chrislay Rato.
Ada diakon berasal dari Keuskupan Maumere yakni Diakon Anjelus Ariyanto; Diakon Yohanis Sepu Soba dan Diakon Paulus J. Ostin Cawa.
Sementara dua diakon lainnya berasal dari Keuskupan Larantuka, yakni Diakon Arnoldus S. Boli Erap dan Diakon Emanuel T. Kumanireng.
Pelayaan Itu Sangat Penting
Uskup Frans Kopong Kung dalam homilinya antara lain mengemukakan, pelayanan gereja mengeskspresikan suatu tugas dari seluruh anggota gereja yang saat ini diperpercayakan secara khusus pada pelayanan diakonia seorang diakon.
Menurut Uskup Kopong Kung, diakonia, pelayan mengekpresikan bahwa inilah tugas dari seluruh anggota gereja yang saat ini dipercayakan secara khusus kepada pelayanan diakonia seorang diakon sehingga melalui pelayanan ini semua orang disatukan, dan semua kita diingatkan dan disadarkan bahwa pelayanan ini adalah tugas gereja dan murid-murid Tuhan dipanggil untuk melayani siapa pun dan apa pun posisinya di keluarga, di tengah masyarakat entah sebagai seorang politisi, seorang bekerja sebagai birokrat, seorang religius.
Siapa pun dia, kita semua terlibat di dalam pelayaan gereja. Dan ketika tahbisan seorang diakon menegaskan bahwa menegaskan pelayanan itu penting dan seorang diakon sebagai pelayan khusus dan nanti kalau menjadi imam, dan kita harapkan menjadi imam kemudian, pelayanan-pelayanan tertahbis adalah pelayan-pelayanan yang mengekpresikan pentingnya pelayanan gereja menjadi panggilan semua orang yang terwujud dalam kesaksian hidup seorang tertahbis.
Dan mudah-mudahan dengan tahbisan ini seorang diakon dan bahkan siapa pun yang ditahbisakan pelayanannya menjadi lebih unggul, menjadi kesaksikan maka di sana diamatkan menjadi contoh pelayanan Kristus yang rendah hati, yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, kata Uskup.
Puncak Formasi Panjang
Sementara Praeses Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret, RD. Guidelbertus Tanga dalam sambutan pada kesempatan ini antara lain mengemukakan bahwa tahbisan diakon merupakan puncak dari proses formasi panjang yang harus dilalui orang seorang calon imam diosesan sebelum menerima urapan imamat suci.
Proses panjang ini, urainya, dilewati dengan penuh dinamika yang diwarnai pengalaman suka dan duka, ada tawa dan air mata, ada kepastian tapi juga kebimbangan, ada tekad yang bulat untuk maju namun adakalanya muncul keragu-raguan menyelimuti hati, ada kebanggaan sebagai orang terpanggil namun kadang juga kecut tatkala mendengar dan menyaksikan tantangan dan aneka problem yang terjadi berkaitan dengan penghayatan imamat dari para imam seperti penghayatan selibat,dan tantangan lainnya.
Di tengah dinamika hidup dan panggilan serta berhadapan dengan polarisasi hidup dunia dan tuntutan Gereja, ke-23 diakon, anak-anak, saudara-saudara, kakak dan adik-adik kita ini telah membuat keputusan yang besar dalam dan untuk hidup mereka.
Mereka bertekad untuk terus maju membaktikan diri dan hidup mereka demi melayani Tuhan dan sesama. Atas keberanian, ketegasan dan keteguhan hati mereka untuk membuat keputusan yang besar ini, kita patut berbangga dan mengucapkan selamat, proficiat, kata Praeses.
Praeses pada kesempatan ini juga menyampaikan terimakasih kepada para pihak di antaranya Uskup Pentahbis Mgr Frans Kopong Kung yang telah berkenan menahbisakan ke 23 saudara kami menjadi diakon dan untuk pesan dan nasihat bijak yang meneguhkan; dan para pihak, baik pemerintah maupun swasta, Lembaga maupun perorangan, para donatur, penderma dan pemerhati yang dengan caranya yang khas membantu keseluruhan proses formasi di seminari tinggi Ritapiret ini.
Terima saya haturkan secara khusus kepada semua alumni Bunda Rita untuk dukungan dan partisipasi dan perhatian terhadap proses formasi di Almamater ini, katanya.
Terima Kasih
Sementara Diakon Leonardus Liberto Mere atau yang akrab disapa Diakon Berto dalam sambutannya mewakili para diakon antara lain mengemukakan menyampaikan syukur dan pujian kepada Tuhan atas atas rahmat rahmat panggilan khusus kepada ke-23 diakon sehingga mereka dengan bulat hati dan mantap memutuskan untuk ditahbiskan menjadi diakon pada momen berahmat itu.
“Rahmat panggilan khusus yang telah kami terima pada hari ini tidak terlepas dari rentetan kisah dan pengalaman yang telah kami kami rajut bersama di tempat ini selama ini,” kata Diakon Berto.
Menurut Diakon Berto, rahmat panggilan khusus yang telah mereka peroleh dan cahaya yang tak pernah redup dalam diri mereka selama ini merupakan karya Allah yang dikerjakan melalui dekapan kasih dari pelbagai pihak.
Diakon Berto pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kami atas pelbagai pihak yang telah memberi makna pada panggilan khusus ini, terutama kepada para bapa Uskup dalam cakupan wilayah Gerejawi Ende yang telah menerima lamaran kami untuk menjadi seorang calon imam diosesan pada keuskupan kami masing-masing.
Kami juga menyampaikan terima kasih kepada romo Praeses dan kepada para romo formator Seminari Tinggi Interdiosesan Santu Petrus Ritapiret mulai sejak kami berproses di Tahun Orientasi Rohani hingga saat ini yang telah memupuk, menyemai, menumbuhkan dan menyegarkan segala aspek yang ada di dalam diri kami, sehingga kami mampu menjawabi panggilan Tuhan dengan bulat hati. Teima kasih juga kami tujukan kepada para dosen IFTK Ledalero yang telah menyuplai kami dengan pelbagai input dan pengetahuan yang berharga sehingga kami memiliki basis pengetahuan yang memadai tentang panggilan hidup yang tengah kami jalani saat ini, katanya.
Sangat Meriah
Media ini mencatat, acara tahbisan diakon ini berlangsung sangat meriah. Kemeriahan ditandai dengan kemasan acara liturgis yang disiapkan panitia dan para frater, dan aneka tarian kreasi bernuansa religius yang dibawakan para frater dan mitra kerja mereka. *
Penulis: Wall Abulat I Editor Wentho Eliando