RUTENG,FLORESPOS.net – Bekerja dengan banyak elemen, JPIC Keuskupan Ruteng, Flores, NTT, melakukan aksi nyata dalam mengimplementasikan tahun ekologi integral berupa penanaman anakan pohon.
Kali ini sasaran kegiatan di kawasan lingkaran tambang di Luwuk, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Matim yang beberapa tahun lalu mau dijadikan pusat pabrik semen Singa Merah oleh Pemprov NTT.
Dalam aksi tanam pohon, JPIC Keuskupan Ruteng tidak sendiri, melainkan bekerja sama dengan Paroki Reo, plus umat stasi setempat, dan anak-anak dari kelompok pencinta lingkungan SMAK St. Gregorius Reo.
Menurut Koordinator JPIC Puspas Keuskupan Ruteng, RD. Marthin Chen per telepon kepada Florespos.Net, Minggu (7/4/2024), semua kegiatan dilakukan bersama Vikep Reo, RD. Herman Ando, Pastor Paroki Reo, RD. Mansu Hariman bersama unsur JPIC, anak sekolah dan unsur di stasi.
“Kita tanam anakan kayu baik di lingkungan kapela, tanah stasi, dan area mata air bagi masyarakat,” katanya.
Anakan kayu yang ditanam itu jenis mahoni, ketapang kencana, dan anakan Merbau. Khusus untuk area mata air, itu pohon Sau.
Anakan mahoni tidak saja ditanam di area publik, juga, sebagian diberikan kepada umat stasi untuk ditanam di kebunnya.
Aksi peduli lingkungan ini bisa dilakukan karena ada pasokan bibit anakan kayu dari pusat pembibitan milik Kementerian Lingkungan Hidup RI di Nggorang, Labuan Bajo, Mabar.
Penanaman anakan kayu itu sendiri selalu diawali dengan kegiatan rohani Katolik seperti katekese tentang lingkungan untuk umat dan anak-anakan, dan misa ekologi.
Katekese lingkungan untuk anak-anak kali ini menjadi perhatian guna menanamkan jiwa mencintai alam dan lingkungan sejak usia dini.
Kesadaran itu harus ditanam dalam hati anak-anak karena yang merusak alam dan lingkungan itu adalah manusia.
Maka pedagogi pendidikan penting untuk merubah cara pikir dan perilaku sehingga menumbuhkan jiwa dan semangat merawat alam dan lingkungan sejak usia dini.
“Apa yang dilakukan ini merupakan aksi nyata untuk melaksanakan tahun ekologi integral yang jadi program pastoral Keuskupan Ruteng tahun ini,” ujar Romo Chen yang juga Direktur Puspas Keuskupan Ruteng ini.
Dalam aksi ini, umat atau siapapun digerakkan untuk merawat alam dan lingkungan.
Perawatan alam dan lingkungan itu tentu lahir dari spiritualitas bahwa syukur dan puji atas karya agung penciptaan Allah untuk manusia.
Sebelumnya, ketika menanam anakan pohon di kawasan geothermal Poco Leok, belum lama ini, Vikjen Keuskupan Ruteng, RD. Alfons Segar mengatakan, penanaman pohon yang dilakukan sekarang ini adalah tindakan nyata dalam mewujudkan tahun ekologi integral Keuskupan Ruteng.
“Bentuknya tanam pohon dan bagi bibit kayu kepada umat,” katanya.
Tentu semua tahu bahwa fokus kegiatan pastoral Keuskupan Ruteng tahun ini adalah bergerak bersama untuk menjaga alam dan lingkungan hidup.
Tujuannya untuk melestarikan alam ciptaan Tuhan. Dan, hal itu adalah tugas dan tanggung jawab bersama.
Dalam kitab suci yang dibacakan dalam ibadat ini, ada perintah untuk menguasai. Tetapi, hal itu bukanlah dalam arti supaya manusia menggunakan dan mengeksploitasi alam semau dan sesuka hatinya.
Tetapi, hal itu lebih pada perintah untuk menjaga dan memelihara semua yang telah diciptakan Tuhan supaya tetap baik adanya sampai kapanpun. *
Penulis: Christo Lawudin/Editor: Anton Harus