Oleh: Gregorius Ngai Sia
TAK hanya Danau Kelimutu yang mendunia, Kabupaten Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki banyak sekali obyek wisata alam, atraksi budaya yang menarik dan sangat kuat.
Salah satunya, adalah Bukit Kezimara yang menjadi Spot Destinasi Olahraga Paralayang. Kezimara, adalah sebuah bukit yang berada di pinggir Pantai Ende, letaknya persis di samping SPBU Ndao, Kabupaten Ende.
Sejatinya memiliki 2 jalur pendakian untuk bisa ke puncaknya. Jalur yang pertama, adalah melalui Kolabari, sedangkan yang kedua adalah melalui Ndao.
Kezimara adalah salah satu titik terbaik untuk melihat keindahan bentangan alam Kota Ende. Kezimara menjadi destinasi yang memberi tawaran atraksi wisata baru di Kota Ende.
Keindahan bentang alam kota tempat lahirnya Pancasila ini tampak sangat mempesona dari titik tringulasi. Mentari pagi terbit menghangatkan bentang kota, dan matahari terbenam jatuh di ujung Pulau Ende.
Gunung Iya, Gunung Meja, dan Gunung Wonge berdiri kokoh dibawah kaki langit. Laut Sawu menghampar sejauh mata memandang.
Salah satu sudut bumi tempat Soekarno pernah diasingkan ini tampak begitu memukau. Pemandangan alam yang sungguh sangat menawan.

Menjangkau Kezimara, tidaklah sulit. Dari Kota Ende, perjalanan diarahkan menuju Kelurahan Roworena Barat, Kecamatan Ende Utara. Tempat ini bisa dikunjungi menggunakan mobil atau motor.
Setibanya di Kampung Kolibari yang menjadi pintu masuk, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter menuju kaki bukit.
Lalu, dilanjutkan dengan pendakian sejauh 75 meter untuk sampai ke puncak bukit Kezi Mara yang terletak di ketinggian 235 mdpl, bersebelahan dengan Bukit Kolibari yang tampak serupa dari kejauhan.
Badan Pelaksana Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOPLBF) yang bertanggung jawab mengkoordinasi percepatan pengembangan pariwisata mulai dari Bima hingga Alor berusaha memperkenalkan Spot Destinasi Olahraga Paralayang Kezimara melalui akun facebooknya.
Kezimara resmi menjadi titik lompat para penerbang sejak diresmikan sebagai Spot Olahraga Paralayang pada 12 Agustus 2020 lalu oleh Marsekal TNI Fadjar Prasetyo bersama Wakil Gubernur NTT, Josef A NaeSoi.
Saat ini, Kezimara menjadi destinasi yang memberi tawaran atraksi wisata baru yang ada di Kota Ende. Keindahan bentang alam kota tempat lahirnya Pancasila ini tampak sangat mempesona dari titik tringulasi.
Paralayang
Paralayang adalah olahraga terbang bebas dengan menggunakan sayap kain (parasut) yang lepas landas dengan kaki untuk tujuan rekreasi atau kompetisi.
Pilot duduk di suatu sabuk yang menggantung di bawah sayap kain yang bentuknya ditentukan oleh ikatan tali dan tekanan udara yang memasuki ventilasi di bagian depan sayap.
Olahraga ini mulai muncul pada sekitar tahun 1980-an dan kejuaraan dunia pertamanya dilangsungkan pada tahun 1989 di Kössen, Austria.
Olahraga paralayang lepas landas dari sebuah lereng bukit atau gunung dengan memanfaatkan angin.
Angin yang dipergunakan sebagai sumber daya angkat yang menyebabkan parasut ini melayang tinggi di angkasa terdiri dari dua macam yaitu, angin naik yang menabrak lereng dan angin naik yang disebabkan karena thermal (thermal lift).
Dengan memanfaatkan kedua sumber itu maka penerbang dapat terbang sangat tinggi dan mencapai jarak yang jauh. Yang menarik adalah bahwa semua yang dilakukan itu tanpa menggunakan mesin, hanya semata-mata memanfaatkan angin.
Terdapat dua jenis angin yang membantu memberikan daya angkat tersebut yakni ‘Dinamyc Lift’ atau angin naik yang menabrak lereng dan ‘Thermal Lift’ atau angin naik yang disebabkan karena suhu panas.
Kedua jenis angin ini kemudian dimanfaatkan oleh penerbang untuk bermain Paralayang.
Jika berkunjung, sempatkan mengujungi pesona keindahan alam Kota Ende dari Bukit Kezimara.*
Penulis adalah Mahasiswa PBSI Uniflor