MAUMERE, FLORESPOS.net– Sekolah Manengah Atas Swasta Katolik (SMASK) Bhaktyarsa Maumere merayakan ulang tahun ke-35 tepatnya tanggal 15 Oktober tahun 2025 dengan mengusung tema, “35 Tahun Dalam Kasih, Tumbuh Dalam Sukur“.
SMAS Katolik Bhaktyarsa yang menyandang status Terakreditas A (unggul) ini lahir tanggal 15 Oktober 1990 dimana sebelumnya merupakan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) diaman setelah SPG tutup tahun 1990 dan beralih ke SMA.
“Hari Rabu ini tanggal 15 Oktober 2025 kami merayakan ulang tahun ke-35. Ultah ini berarti hitung dari 35 tahun lalu, dari SPG beralih ke SMA. Kalau gedung dan spiritualitas dari lembaga ini, sudah dari tahun 60-an,” ujar Kepala Sekolah SMASK Bhaktyarsa Maumere, Sr. Marcelina Lidi, SSpS, S.Fil, Lic, Senin (13/10/2025).
Suster Marselina mengatakan, ketika bicara tentang ulang tahun, itu soal tahun,soal angka tapi sesungguhnya lembaga ini pengabdiannya kepada masyarakat sejak tahun 60-an yang mengganti nomenklatur ke SMA.
Ia mengatakan, untuk memperingati ulang tahun SMAS Katolik Bhaktyarsa Maumere selalu membuat acara sederhana sebagaimana layaknya setiap tahun dilakukan sekolah ini.
Menurutnya yang paling penting karena Bhaktyarsa itu rumah sehingga kalau ada momen seperti ini, lebih ke interen ke anak didik sementara kalau soal pelayanan ke publik dan seterusnya itu biasanya terintegrasi dengan mata pelajaran.
“Misalnya kami pergi live in atau bertemu dengan anak-anak susah dimana kegiatan itu bukan pada momen seperti ini. Karena kita ingat orang-orang kecil saat membutuhkan itu bukan tunggu pada saat kita bersyukur. Tapi bersyukur itu, seperti ini, kami benar-benar hanya ke dalam,” ucapnya.
Suster Marselina menyebutkan, hari ini Senin (13/10/2025) kegiatan diawali dengan jalan sehat bersama menyusuri jalanan di Kota Maumere yang dilanjutkan dengan makan pagi bersama.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan gladi bersih dan penarikan undian untuk besok Selasa (14/10/2025) hari kedua ada lomba paduan suara antar kelas dimana ada 17 kelas dan semuanya terlibat.
Dirinya menyebutkan semua peserta didik di setiap kelas terlibat, tidak membatasi layaknya paduan suara sekian orang tapi semua anak didik di setiap kelas ikut terlibat.
“Jadi besok lomba tentu ada hadiah-hadiah untuk anak-anak. Lalu hari Rabu, kita misa jam 08.30 Wita. Kami tidak biasa undang orang, paling hanya pengawas, pembina sekolah dan para suster,” ucapnya.
Suster Marselina mengatakan, hari Rabu (15/10/2025) secara ofisial pihaknya melepaskan satu guru yang pensiun dini yang seharusnya dilaksanakan sejak beberapa bulan lalu namun ia minta dilaksanakan dalam momen syukur.
Ia menambahkan, selain ada syukuran bersama juga ada satu guru negeri yang mencapai pesta perak pengabdian di sekolah ini yang juga dirayakan tanpa membedakan guru negeri dan swasta.
“Ada 12 guru ASN dan kita tidak membedakan itu,mau negeri atau swasta. Kita ada hadiah, biasanya kami kasih cincin 25 tahun pengabdian dengan piagam dan seterusnya. Lalu juga, hari Rabu ini juga, secara ofisial, hadir pengawas pembina yang baru,” ujarnya.
Suster Marselina menerangkan, pengawas pembina yang lama sudah pensiun sehingga dalam kegiatan tersebut pihaknya juga mengundang pengawas lama untuk ikut perayaan ekaristi bersama.
Dirinya menyebutkan, momen apapun yang terjadi di rumah Bhaktyarsa biasa disyukuri pada momen satu tahun sekali saat ulang tahun termasuk syukur soal berkat yang diperoleh dan prestasi yang diraih.
Program Live In
Prestasi yang disyukuri mulai dari Oktober tahun 2024 lalu dimana Suster Marselina terjun langsung membawa 9 anak didik ke Filipina bulan November 2024 untuk kegiatan pertukaran pelajar.
“Sebelum berangkat, kami bertemu Bapak Uskup, dan Bapak Uskup mengatakan, belum pernah ada sekolah yang seberani ini pergi dalam rombongan yang begini.Jadi 9 anak didik ini tinggal selama sebulan disana,” ucapnya.
Suster Marselina menerangkan, selama sebulan anak didik kunjungi sekolah, mereka masuk kelas lalu melakukan pentas budaya.
Ia menerangkan, mungkin karena dirinya mempunyai pengalaman di beberapa negara, jadi tidak memilih program YES, program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat yang didanai penuh oleh Pemerintah AS untuk siswa SMA/SMK/MA di Indonesia.
Alasannya karena anak-anak pergi satu tahun sehingga merugikan anak didi dan orang tua rugi sebab kurikulum di negara tersebut dan di Indonesia berbeda.
“Kalau dia pergi satu tahun ke negara orang, pulang, dia nanti harus lanjut sekolah kembali sehingga empat tahun di SMA sebab kurikulum di negera kita berbeda dengan hampir semua negara,” terangnya.
Suster Marselina mengaku lebih memilih anak didiknya kuliah ke luar negeri atau studi banding selama satu bulan karena tidak mengganggu proses belajar yang mana bisa dilakukan secara online.
Menurutnya dengan live in selama sebulan anak didik memiliki pengalaman dan ada pertukaran budaya dan mengasah bahasa Inggris peserta didik karena mereka akan tinggal di rumah warga.
“Jadi kita punya program live in. Contohnya bulan September 2025 lalu itu kami live in di Magepanda. Saya bawa 50 anak didik dan tinggal di rumah-rumah untuk merasakan kehidupan di tempat tersebut,” ungkapnya.
Suster Marselina menegaskan dengan live in dirinya bisa mendapatkan penilaian yang obyektif tentang anak didik dari keluarga yang mereka tempati selama kegiatan. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando











