ENDE, FLORESPOS.net-Modus penipuan dengan tawaran pekerjaan melalui media sosial (medsos) belakangan telah makan korban dan meresahkan masyarakat.
Beberapa kasus telah terjadi. Korban yang tergiur dengan modus penipuan tawaran pekerjaan via online terlantar di daerah tujuan dan sebagiannya dipulangkan baik oleh pemerintah, pemerhati perdagangan orang dan keluarga.
Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran Perantau Keuskupan Agung Ende (KAE), RD Reginal Piperno kepada Florespos.net, saat perayaan hari buruh 1 Mei 2025 lalu mengatakan penipuan ini mulai marak.
Kata Romo Perno dalam catatan pihaknya yang paling banyak terjebak dengan penipuan berkedok tawaran pekerjaan di media sosial yaitu para lulusan sarjana.
“Justru yang banyak terjebak itu lulusan sarjana. Mereka tergiur dengan tawaran pekerjaan di media sosial pada hal itu penipuan,” katanya.
Pastor yang konsen dengan urusan Human Traficking ini mengingatkan kepada kepada generasi muda di Flores agar tidak terjebak dengan penipuan seperti ini.
“Kita jangan muda terjebak dengan penipuan seperti ini. Kalau mau pergi kerja di luar, cek baik-baik dan sebaiknya ikut prosedur. Banyak yang sudah terjebak dengan penipuan seperti ini,” katanya.
Romo Perno menambahkan orang Flores generasi sekarang muda terjebak karena faktor mentalitas. Saat ini anak -anak lebih suka yang instan, gampang dapat uang.
“Data kami, banyak yang merantau lewat jalur ilegal kebanyakan dari daerah subur. Ini bukan lagi soal ekonomi tapi ini soal mental karena mau yang gampang,” katanya.
Pastor Perno mengatakan saat ini sekitar 29 ribu lebih umat di Keuskupan Agung Ende yang berada di perantauan dan sebagian besarnya merantau tanpa prosedur.
Menurut data, sejal awal Januari hingga April 2025 ada sembilan PMI asal Ende, Nagekeo dan Ngada yang meninggal di tanah rantau, delapan berhasil dipulangkan dan satu jenazah tertahan di sana.
Dari jumlah tersebut tujuh orang asal Ende, satu dari Nagekeo dan satu lagi dari Ngada.*
Penulis : Willy Aran
Editor : Wentho Eliando