LEWOLEBA, FLORESPOS.net-Pemerintah dan masyarakat Desa Watodiri, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), resmi melaunching beroperasinya Pasar Tradisional Wule Badu.
Pasar Tradisional Wule Badu yang lokasinya persis berdampingan dengan Kantor Desa Watodiri yang dilaunching langsung oleh Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Tapobali, mempunyai keunikan tersendiri.
Dimana para penjual dalam hal ini masyarakat Desa Watodiri dan para pembeli bertransaksi jual-beli barang hanya dalam satu harga yang disepakati pada setiap hari pasar.
“Mewakili masyarakat, saya menyampaikan terima kasih kepada Penjabat Bupati, para kepala dinas, dan semua kita yang berkunjung di Desa Watodiri sekaligus ikut dalam peresmian Pasar Tradisional Wule Badu. Kunjungan ini juga dalam satu rangkaian Festival Lamaholot tahun 2024,” kata Robertus Sayang Ama, Kepala Desa Watodiri saat launching Pasar Tradisional Wule Badu, Sabtu (19/10/2024).
Launching Pasar Tradisional Wule Badu di Desa Watodiri, Kecamatan Ile Ape merupakan satu rangkaian iven Festival Lamaholot Tahun 2024 yang digelar Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lembata.
Festival Lamaholot Tahun 2024 yang melibatkan tiga kabupaten rumpun Lamaholot, yakni Lembata, Flores Timur dan Alor dalam kemasan Kharisma Even Nusantara (KEN) ini berlangsung selama empat hari, 16-19 Oktober 2024 yang dipusatkan di Eks Harnus Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata.
Sayang Ama pada kesempatan itu juga menggambarkan sedikit mengenai kondisi topografis, geografis dan masyarakatnya. Desa Watodiri di Kecamatan Ile Ape, kata dia, kering kerontang tetapi sangat romantis.
“Kondisi kami kering kerontang, tapi sangat romantis. Kami punya kekayaan alam baik di darat maupun di laut. Di antaranya, ada Tradisi Muro Badu atau buka pantai larangan dan kini kami punya pasar tradisional yang dilaunching ini dan masih banyak lagi,” katanya.
Sayang Ama mengatakan, Pasar Tradisional Wule Badu beroperasi pada setiap hari Jumat dan hari Minggu dalam satu pekan. Pada setiap hari pasar, masyarakat akan menjual semua hasil laut dan hasil pangan lokal serta lainnya.
“Kalau mau makan hasil laut, datanglah di Pasar Wule Badu. Juga makan hasil pertanian pangan lokal, datanglah ke Pasar Wule Badu. Pasar ini beroperasi setiap Jumat dan Minggu,” ajak Kades Sayang Ama.
Penjabat Bupati Lembata Paskalis Tapobali pada kesempatan melaunching mengapresiasi Desa Watodiri yang melakukan terobosan dengan menghadirkan Pasar Wule Badu.
Kehadiran pasar ini sungguh diharapkan dapat membantu menggerakkan perekonomian masyarakat Desa Watodiri.
“Kita apresiasi Pemerintah Desa Watodiri yang menghadirkan Pasar Wule Badu. Tadi kita buka Badu, tanam mangrove, terumbu karang, dan kini launching pasar. Ada nilai lebih di sini, isu lingkungan dan kemanusiaan. Ada dampak ekonomi berkelanjutan. Pemdes dan masyarakat mengarah ke tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Paskalis Tapobali.
Paskalis Tapobali juga mengajak seluruh masyarakat, Pemdes dan Pemerintah Kecamatan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan agar dapat terus berkelanjutan.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk datang menikmati segala jenis makanan laut di Pasar Wule Badu pada hari pasar. “Kalau mau yang berbasis laut, datanglah ke Pasar Wule Badu,” ajak Paskalis Tapobali.
Disaksikan Florespos.net, Sabtu (19/10/2024), saat kegiatan launching, para penjabat kabupaten dan pengunjung yang hadir disuguhi makanan tradisional hasil laut dan pangan lokal.
Saat itu, masyarakat setempat juga membuka lapak-lapak jualan. Para pejabat dan pengunjung membeli makanan hasil laut dan pangan lokal untuk dibawah pulang. Hari itu, semua makanan hasil laut dan pangan lokal dijual satu harga, Rp 10.000. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Anton Harus