LARANTUKA, FLORESPOS.net-Produk anyaman daun lontar perempuan pengrajin anyam Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menembus pasar global. Pasalnya, hasil karya tangan-tangan trampil perempuan Lamaholot dampingan Du Anyam itu telah tersebar pada 50 negara.
“Hingga September 2024, Du Anyam telah mengirimkan 13 kontainer produk untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional. Produk anyaman lontar dari NTT kini telah hadir di 52 negara, dengan target penjualan lebih dari 450.000 produk hingga 2028,” kata Founder Du Anyam, Hanna Keraf saat serimonial Pelepasan Ekspor Kerajinan Anyaman Lontar dari Kabupaten Flores Timur ke pasar global di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Jumat (13/9/2024).
Serimonial Pelepasan Ekspor Kerajinan Anyaman Lontar dari Kabupaten Flores Timur ke pasar global itu dihadiri oleh Deputi Bidang UMKM Kementerian Koperasi dan UKM, Temmy Setya Permana, Penjabat Bupati Flores Timur, Sulastri H.I. Rasyid, Direktur Utama LLP-KUMKM Wentor Rah Mada.
Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Desa PDTT, Samsul Widodo, Executive Director Head of Group Strategic Marketing dan Communication PT. Bank DBS Indonesia, Mona Monica, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia ilayah NTT, Pratyaksa Candraditya, Sekda Flores Timur, Petrus Pedo Maran, dan para pimpinan organisasi perangkat daerah di Flores Timur.
Hanna Keraf mengatakan, Du Anyam selalu percaya bahwa potensi anyaman lontar dari NTT dapat menjadi kekuatan besar yang tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga membawa dampak sosial yang signifikan.
“Dengan memanfaatkan keterampilan turun-temurun menganyam daun lontar, kami tidak hanya menciptakan produk bernilai, tetapi juga memberikan kemampuan dan kesempatan bagi perempuan untuk dapat mengambil keputusan sendiri, menjadi pemimpin bahkan merencanakan masa depan diri dan anak-anak kami,” ujarnya.
Hanna Keraf mengatakan, Du Anyam tetap berkomitmen pada nilai-nilai inti seperti pemberdayaan perempuan, keberlanjutan, dan pelestarian budaya. Perjalanan 10 tahun ini juga menjadi bukti Du Anyam sebagai kewirausahaan sosial bisa bertahan sampai sekarang dan teguh pada komitmen awal.
“Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengembangan keterampilan para penganyam, memperluas pasar, dan berinovasi dalam produk-produk kami. Ke depan, kami akan terus berupaya untuk berkontribusi pada ekonomi hijau yang berkelanjutan,” katanya.
Secara virtual, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi perjalanan 10 tahun Du Anyam yang telah berhasil memperkenalkan hasil karya para wirausaha perempuan, khususnya para mama di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT ke kancah global.
Menteri Teten mengatakan hal tersebut sejalan dengan visi Kemenkop dan UKM dalam mendukung dan mengembangkan wirausaha muda, termasuk dari kalangan perempuan.
“Peran Du Anyam patut kita apresiasi. Du Anyam telah berhasil menjadi agregator dalam menghubungkan dan mendukung produksi anyaman perempuan pengrajin NTT yang ada di desa ke pasar yang lebih luas, serta memberikan dampak ekonomi terhadap para perempuan di desa–desa terpencil dan turut melestarikan warisan budaya,” katanya.
Menteri Teten menambahkan, kemitraan strategis antara Du Anyam dan Kemenkop dan UKM telah menjadi contoh nyata, bagaimana pemerintah dapat bekerja sama dengan wirausaha sosial yang akan menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat.
Kemenkop dan UKM juga telah melaksanakan program peningkatan kapasitas wirausaha dengan memberikan fasilitasi inkubasi wirausaha melalui lembaga inkubator, baik perguruan tinggi negeri atau swasta, serta pemerintah daerah tingkat provinsi juga di kota dan kabupaten.
“Saya meminta pemerintah daerah untuk melihat dan mengembangkan potensi atau keunggulan dari daerah masing-masing. Sebagai contoh seperti apa yang dilakukan oleh Du Anyam yang berinovasi menciptakan ekonomi baru bernilai tinggi hingga produknya berhasil diterima di kancah global lewat anyaman yang terbuat dari daun lontar,” kata Menteri Teten.
Menteri Teten juga mengapresiasi Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation yang senantiasa terus mendukung dan membina wirausaha sosial melalui program mentoring dan pendanaan, untuk tumbuh dan berkembang hingga ke tingkat internasional. Ini membuktikan bahwa kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dapat memajukan industri kewirausahaan sambil mengatasi isu-isu sosial. *
Penulis : Wentho Eliando
Editor : Anton Harus