BAJAWA, FLORESPOS.net-Kabar duka datang dari Bajawa, Kabupaten Ngada. Ibunda Uskup Maumere Mgr. Ewaldus Sedu, Mama Maria Dhone meninggal dunia dalam usia 88 Tahun.
Mama Maria Dhone meninggal dunia di kediamannya, Kelurahan Ngedukelu, Kecamatan Bajawa, Sabtu (8/6/202).
Anak sulung dari almarhumah, Rosalina Bupu Gapi saat ditemui di rumah duka kepada Florespos.net menjelaskan, almarhumah meninggal pada pukul 03.15 dini hari pada hari Sabtu, (8/6/2024) di rumah dalam usia 88 tahun. Almarhumah lahir di Mangulewa pada 19 Februari 1936.
Dijelaskannya, Mama Mia menikah dengan Bapak Niko Gapi memiliki 11 orang anak dan salah satu di antaranya adalah yang saat ini menjadi Uskup Maumere Mgr. Ewaldus Sedu.
Ke 11 orang anak tersebut masing-masing adalah dirinya dan adik- adiknya, yakni Suster Wigberta Gapi, MC, Fransiskus X. Keo, Mgr.Edwaldus M.Sedu, Anamaria FM.Gapi, Silvester Basi, Suster Maria Christina MC, Felix Yoh.Wea, Maria Adel M. Gapi, Hendrikus Y. Djawa dan Ernesta E.Gae.
Dari 11 orang anak itu, satunya menjadi Pastor dan kini Uskup saudarinya menjadi Suster yang menjadi anggota komunitas Misionaris Claris.
Lanjutnya, sebagai anak sulung dari 11 bersaudara dirinya beserta adik-adiknya banyak mengambil hikmah dari kehidupan orang tuanya.
“Mama sungguh menjadi panutan bagi kehidupan kami anak-anaknya dan juga orang lain. Baginya doa dan gereja adalah kewajiban dalam hidup,” ungkapnya.
Semangat doa yang ada pada mamanya juga ayahnya menjadi inspirasi hidup yang tidak pernah akan dilupakan dan menjadi pelajaran hidup yang sungguh wajib diikuti.
Kebiasaan berdoa dilakukan setiap hari dan setiap hari pula saat dirinya masih kuat untuk berjalan maka bersama Bapak misa pagi merupakan sebuah kewajiban.
Hal lain yang diajarkan dan juga dilakukan adalah kehidupan untuk saling mengasihi, baik di dalam keluarga maupun bagi sesama sehingga siapapun yang datang meminta bantuan ataupun yang ditemui dan mengalami kesulitan mamanya akan berjuang untuk membantu.
“Mama selalu katakan, jangan lihat dia orang kaya atau miskin tetapi semua orang yang datang minta bantuan harus dibantu. Itu yang diajarkan kepada kami,” tambahnya.
Rahmat Tuhan yang luar biasa juga dibuktikan dengan tiga orang adiknya berkarya di ladang Tuhan, di mana dua orang menjadi suster dan seorang menjadi pastor bahkan menjadi seorang Uskup.
“Dua jadi Suster dan satu menjadi Pastor. Sungguh keluarga tidak sangka bahwa yang Pastor akhirnya menjadi Uskup. Kami yakin itu karena ketekunan Doa dari Bapa dan Mama,” katanya.
Kesetiaan hidup rumah tangga dari orang tuanya hingga mencapai usia senja juga menjadi pelajaran hidup bagi dirinya dan adik-adiknya serta semua keluarga.
Hal yang unik adalah Bapak dan Mamanya tidak pernah berkelahi atau bertengkar di depan anak-anak atau orang lain.
Dirinya mengalami itu walaupun telah hidup rumah tangga namun rumah berdekatan dengan orang tuanya hal tersebut sungguh luar biasa dialami dalam keluarganya yang ditunjukkan oleh orang tuanya tersebut.
Walaupun rumah masing-masing, namun makan bersama sehingga dirinya mengetahui tentang kehidupan orang tuanya yang tidak pernah bertengkar.
Kalaupun berbeda pendapat keduanya berbicara sendiri di kamar dan hal itu diyakini membuat orang tuanya berumur panjang.
Pada kesempatan yang sama, suami almarhumah Mama Maria Dhone yakni Bapak Niko Gapi yang ditemui di kamarnya sambil berbaring kepada Florespos.net menjelaskan, Alhamarhumah istrinya Maria Dhone adalah sosok perempuan hebat, berdoa dan sering membantu sesama.
Bapak Niko mengatakan, dirinya mengenal Mama Mia istrinya pada tahun 1952 saat dirinya pertama kali menjadi guru di Mangulewa yang saat itu berada di Kecamatan Golewa dan saat ini menjadi Kecamatan Golewa Barat.
Saat itu perkenalannya hanya sebagai teman biasa ketika ketika tamat SGB ditempatkan di SDK Mangulewa.
Tahun 1954 dirinya jatuh cinta dengan gadis Desa Mangulewa yakni Mama Maria Dhone sehingga pada tahun itu resmi bertunangan.
Agar ada keterampilan sebelum menikah maka Mama Maria belajar keterampilan rumah tangga seperti memasak, menjahit, cuci, setrika dan urusan rumah tangga lainnya di Susteran CIJ Mataloko dan harus tinggal di asrama Susteran.
Bapak Niko mengatakan, dirinya berasal dari Kampung Maghilewa yang saat itu masih Kecamatan Aimere yang sekarang Kecamatan Inerie dan menikah pada tahun 1957.
Berkenalan tahun 1952, bertunangan tahun 1954 dan menikah tahun 1957 sungguh disiapkan secara baik untuk memasuki kehidupan rumah tangga.
Dirinya membenarkan bahwa almarhum istrinya memang sejak muda sudah tertanam kehidupan rohani yang kuat terutama dalam hal doa.
“Saya yang melihat bahwa sebagai seorang guru yang tinggal di sekitar Gereja saat itu Mama Mia memang paling rajin ke Gereja,” ungkapnya.
Kondisi saat itu orang-orang yang tinggal di lingkungan Gereja justru malas ke Gereja namun Mama Mia tekun ke Gereja.
Mama Mia sangat aktif juga dalam organisasi rohani Gereja sampai menjadi ketua Organisasi Kongregasi Santa Maria sejak dahulu.
Ditanya tentang kehidupan rumah tangga yang tidak pernah bertengkar dirinya mengatakan bahwa hal itu memang benar.
Menurutnya, itu sudah menjadi komitmen juga bawaan dalam kehidupan. Baginya itu merupakan sebuah nilai yang harus diwujudkan dan diyakini bahwa persoalan hanya bisa diselesaikan dengan doa.
“Saya dan Mama tidak ke Gereja saat kami tidak bisa lagi jalan ke Gereja. Saya harus akui Mama lebih dari saya dalam hal Doa,” tambahnya.
Pria yang telah berusia 91 tahun ini mengatakan, Mama Mia kalau hendak berdoa Rosario melantunkan hingga semua peristiwa mulai dari sedih, gembira, mulia dan terang.
Usia Pernikahan yang sudah mencapai 66 tahun dan menurutnya bahwa apabila tidak ada halangan pada bulan September nanti akan merayakan usia perkawinan yang ke-67.
Informasi yang disampaikan oleh anak-anaknya bahwa Almarhumah Mama Maria Dhone direncanakan akan dimakamkan pada hari Senin ( 10/6/2024).
Florespos.net juga sangat mengenal dengan sosok Almarhumah karena kurang lebih 9 tahun salah satu rumah almarhumah dijadikan sebagai Kantor Flores Pos Biro Bajawa.*
Penulis: Wim de Rozari I Editor: Anton Harus