MATAHARI sungguh terik, Sabtu 18 November 2023 pukul 09.00 Wita. Maklum, saat ini Provinsi NTT umumnya dan Kabupaten Flores Timur di ujung paling timur Pulau Flores khususnya sedang dilanda kemarau panjang.
Saya tidak sendirian. Hari itu, saya bersama salah satu rekan wartawan di Flores Timur, jalan-jalan atau bahasa lokal kami orang Lamaholot, lega-lega ke sebuah kampung kecil yang terletak di pesisir pantai selatan Flores Timur.
Desa Lewobunga, Kecamatan Tanjung Bunga. Desa ini tidak terlalu jauh–sekitar 30 kilometer dari Kota Larantuka, pusat Pemerintahan Daerah Kabupaten Flores Timur.
Untuk bisa sampai di desa ini, kita melintasi sejumlah desa dengan kondisi jalan yang lumayan baik. Desa-desa itu, yakni Halakodanuan, Watotutu, Painapang, dan Kolaka.
Ruas jalan yang lumayan baik ini hanya sampai di Laka, Desa Kolaka.
Selanjutnya hingga Desa Lewobunga, bahkan sampai ujung timur pantai selatan Desa Gekeng Deran, ruas jalan mulai dari badan jalan tanah liat pun dalam kondisi rusak berat, bebatuan kecil dan besar. Sempit dan cukup rawan.
“Jalan yang sudah aspal baik hanya sampai di Laka, Desa Kolaka. Selebihnya dalam kondisi rusak berat meski jalan tanah dan bebatuan. Kita masih bisa melintas kalau di musim kemarau. Kalau sudah musim hujan jalannya becek dan bisa saja tidak bisa dilalui kendaraan bermotor,” ungkap beberapa pengojek di pertigaan Desa Painapang dan Desa Kolaka.
Informasi singkat dari beberapa pengojek itu benar adanya. Roda dua yang kami kendarai mulai ektra hati-hati setelah lepas dari jalan mulus di ujung Laka, Kolaka, desa penghasil ikan sembe (ikan campur garam batu lalu dikeringkan).
Tak jauh dari ujung jalan baik itu, terpampang sebuah papan kegiatan proyek–Pengerjaan Jalan Mulobahang-Walang.
Pada papan proyek jalan sepanjang satu kilometer ini, tertulis pekerjaan peningkatan kapasitas infrastruktur jalan Mulobahang-Walang, Kecamatan Tanjung Bunga.
Proyek pengerjaan jalan itu mulai kontrak kerja tanggal 3 Mei 2023 dan waktu pelaksanaan 210 hari kalender. Nilai kontrak proyek Rp 3.172.231.000 dan dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana CV Eveline.
Proyek tahun anggaran 2023 ini tampak sudah tidak dikerjakan lagi. Sepanjang ruas jalan terdapat begitu banyak material pasir dan batu.
Ada talud bahu setinggi kira-kira 20-40 meter dari dasar tanah yang belum selesai dikerjakan. Di lokasi tidak aktifitas pekerja. Jadi, melintas di ruas jalan sepanjang satu kilometer itu perlu kehati-hatian.
“Proyek Jalan Mulobahang-Walang dikerjakan hanya sampai 18 persen. Kami sudah evaluasi sebanyak tiga kali dan tidak ada peningkatan. Rekanan kami PHK awal November lalu.”
Begitu kata Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Flores Timur, Apolonia Corebima, SE., M.Si., ketika kami temui Kamis (9/11/2023).
Nia Corebima yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Flores Timur itu mengatakan, akan menggunakan mekanisme penunjukkan langsung (PL) ke kontraktor lain melanjutkan pekerjaan jalan tersebut.
Perjalanan yang sedikit melelahkan itu akhirnya sampai juga di Lewobunga, desa yang dihuni oleh 90 kepala keluarga atau 380-an jiwa yang tersebar pada tiga dusun itu.
Lewobunga merupakan desa induk pemekaran Desa Gekeng Deran dan Desa Kolaka.
“Mari kita duduk di sini saja. Saya sedang kerja sedikit di kebun dan rumah ini. Pasti ada sesuatu yang luar biasa e, teman berdua datang ke kampung kami ini,” sapa Kepala Desa (Kades) Lewobunga, Heribertus Poi Aran ketika kami tiba di pekarangan rumahnya.
Bukan Poi Aran, kalau tidak memanfaatkan momen perjumpaan itu dengan baik. Sambil Ngopi santai, dia lantas mengungkapkan sejumlah kesulitan yang dialami Desa Lewobunga.
“Tidak hanya jalan. Kami juga sulit air bersih, apalagi di musim kemarau panjangan ini. Jaringan telepon juga sulit. Kalau mau telepon kami harus cari tempat yang ada jaringan. Jaringan telepon yang bisa masuk di sini hanya dari Pulau Adonara,” ungkap Kades berambut gimbal ini.
Tak hanya Kades Poi Aran. Kesulitan jaringan telepon juga diungkap warganya.
“Saya sementara cari jaringan telepon pak. Saya mau telepon keluarga di luar sana. Selain jalan, jaringan telepon di desa kami ini juga sangat sulit,” ungkap Agustinus Notan Hurit, warga Dusun Sadi Bunga yang kami temui sedang duduk santai di pinggir jalan sambil mengangkat handphone mencari jaringan.
“Di sini ada tower jaringan telepon, tapi mesti tambah satu atau dua lagi sehingga bisa jangkau semua wilayah di pesisir pantai selatan ini. Sebagai Kepala Desa, saya sudah komunikasi dan koordinasi dengan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika tapi sampai sekarang belum ada tindaklanjut. Tentu kami berharap bisa diatasi masalah ini,” kata Poi Aran.
Soal jalan satu kilometer yang belum selesai dikerjakan, Poi Aran tidak bicara banyak. Kata dia, khusus untuk transportasi jalan di Kecamatan Tanjung Bunga, hampir semua desa sepakat untuk prioritas membuka akses jalan di wilayah Desa Latonliwo dan Desa Patisirawalang.
Ya, betul juga. Meski jalan di wilayah pesisir pantai selatan itu sulit tapi tidak sesulit jalan menuju Desa Latoliwo dan Desa Patisirawalang.
“Urusan Pemerintah Daerah atasi masalah itu. Harapan kami segera dilanjutkan pengerjaan jalan itu untuk antisipasi musim hujan. Saat hujan jalan berlumpur tanah liat,” katanya.
Sesungguhnya, hanya satu dua kilometer saja yang dibangun oleh Pemerintah Daerah, Provinsi maupun Pusat di sepanjang wilayah pesisir pantai selatan, warga sangat bersyukur.
Warga menyayangkan, hanya satu kilometer saja, tapi kerja tidak selesai.
“Kami rugi berkali-kali—rugi jalan tidak selesai dan rugi tidak dapat Inpres untuk tambahan bangun jalan di wilayah kami ini. Mau musim hujan, kami pasti sangat kesulitan keluar masuk kampung,” kata Poi Aran.
“Kami sudah sangat bersyukur dapat satu kilo. Mudah-mudahan satu dua kilo terus sampai tuntas ujung Desa Gekeng Deran. Urusan jalan kami di Kecamatan Tanjung Bunga sebenarnya fokus dorong selesaikan di ujung Desa Latoliwo dan Desa Patisirawang,” tambah Poi Aran.
Selain jalan dan jaringan telepon, Desa Lewobunga juga selalu mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau. Sumur (perigi) sering kering.
“Kita air sumur juga kering kalau musim kemarau. Di sini hanya sumur. Sudah berulang-ulang disurvei, tapi sampai sekarang belum ada sumur bor hasil survey,” kata Poi Aran.
Di Akhir obral kami, Poi Aran menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Flores Timur yang sudah memberi perhatian.
“Tak lupa, kami menyampaikan terima kasih kepada Pemda, karena tahun anggaran 2023 ini, Desa Lewobunga mendapatkan alokasi anggaran untuk pembangunan dua lokasi Jalan Usaha Tani (JUT),” katanya.
Pesisir pantai selatan ini punya potensi pertanian dan kelautan yang luar biasa. Desa Gekeng Deran merupakan salah satu pusat produksi tanaman jagung hibrida dan kacang-kacangan, tripang dan ikan segar.
Tidak itu saja. Desa Lewobunga merupakan salah satu kantong produksi tanaman komoditi jambu mente, dan kelapa. Serta produksi ikan Sembe Laka warga Desa Kolaka.
Ole-ole kecil dari Kampung Lewobunga dan pesisir Pantai Selatan ini tentu bisa berdaya ungkit bagi ekonomi masyarakat, kalau transportasi jalan yang baik, ketersediaan air dan jaringan telepon yang memadai.
Ya, mesti ada perhatian serius dan khusus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur soal jalan, air bersih dan jaringan telepon. *
Penulis: Wentho Eliando I Editor: Anton Harus