MAUMERE, FLORESPOS.net-Siswa-siswi SMAN 1 Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bertanding mewakili berbagai cabang olahraga saat berlaga di tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan internasional meraih prestasi yang membanggakan.
Tercatat 3 atlet karate dari Shoto Kai Sikka yakni Elisabeth Febronensia Rodriques, Lorenso Daseto Rodriques dan Margareth Souchin Tiwa asal SMAN1 Maumere meraih prestasi membanggakan.
“Atlet Margareth Souchin Tiwa dan Lorenso Daseto Rodriques dipersiapkan untuk mengikuti seleksi mengikuti PON tahun 2027 di NTB dan NTT,” sebut Maria Getrudis Alestri Tiwa pelatih dari Dojo Tiwa Shoto Kai Sikka, Rabu (5/11/2025).
Arye menjelaskan, atlet Elisabeth Febronensia Rodriques belum cukup umur sehingga belum bisa mengikuti seleksi untuk berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) tersebut.
Siswi SMAN1 Maumere ini sebut dia, meraih prestasi membanggakan dengan mengikuti kejuaraan karate tingkat Asia dan turun di kelas -53 kilogram junior puteri dan meraih rangking 4 besar.
Lanjutnya, atlet Lorenso Daseto Rodriques mengikuti kejuaraan dunia karate World Karate Federation (WKF) di Malaysia untuk mencari peringkat dunia dan dirinya bisa masuk peringkat 17 dunia.
“Ketiga atlet karate dari SMAN 1 Maumere ini selalu meraih medali emas baik di berbagai kejuaraan di tingkat provinsi maupun di tingkat nasional,” ungkapnya.
Sekolah Memberi Dukungan
Kepala Sekolah SMAN 1 Maumere Johanes Jonas Teta, mengaku bangga siswa-siswi dari sekolahnya bisa meraih berbagai penghargaan baik di tingkat kabupaten,provinsi, nasional bahkan internasional.
Jonas mengatakan, sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Maumere dirinya berpikir agar bisa mengambil peran dalam pembinaan atlet muda asal Nian Tana Sikka.
Dan itu kata dia, sudah kami buktikan dari berbagai ajang dimana awalnya program itu berupa ekstra kurikuler yang terpantau, dari segi kuantitas, maupun dari segi kualitas pelaksanaannya.
“Jadi ekstra kurikuler di sini itu kita laksanakan di sekolah, satu kali. Di induk organisasi masing-masing, atau kalau di bela diri berarti di perguruan atau di klub bagi cabang-cabang tertentu dan itu kita terus dorong,” ungkapnya.
Jonas menyebutkan, bagaimana pihaknya memberikan motivasi kepada atlet-atlet asal sekolahnya selain ekstra kurikuler yang terlaksana dengan baik juga mendukung mereka secara finansial dan moril.
Ia menjelaskan, mendukung secara finansial berupa pemberian uang saku untuk siswa-siswi ini ketika mereka mengikuti suatu kejuaraan.
Uang saku yang diberikan pun berbeda dari tingkat provinsi,terus meningkat tingkat nasional bahkan tingkat internasional.
“Itu juga satu bentuk motivasi. Kemudian kalau dia pulang dengan membawa hasil kejuaraan, kita akan memberikan reward, penghargaan kepada prestasi anak didik,” ucapnya.
Jonas mencontohkan tiga atlet karate dari SMAN1 Maumere yang mana saru atlet putra tembus ke seleksi tingkat dunia, satu atlet puteri ke tingkat Asia dan kedua atlet tersebut ikut seleksi mewakili NTT di PON tahun 2027 mendatang.
Dia memaparkan, selain karate juga futsal terdapat dua atlet asal SMAN 1 Maumere sementara mengikuti seleksi mewakili NTT untuk tingkat nasional.
Dirinya berharap dan berdoa semoga dua atlet ini tembus tingkat nasional serta berterima kasih kepada ketua Asosiasi Futsal Kabupaten (AFKAB) Sikka.
“Afkab Sikka menunjuk kami untuk mewakili Kabupaten Sikka guna bersaing dengan klub-klub futsal dari kabupaten dan kota se provinsi NTT dalam kejuaraan yang dilaksanakan pertengahan bulan ini di Kota Kupang,” ungkapnya.
Jonas mengakui sebagai kepala sekolah dirinya sangat mendukung pembinaan prestasi anak didik dalam berbagai bidang baik akademik dan non akademik untuk mengharumkan nama SMAN 1 Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT serta Indonesia di tingkat dunia.
Siswa Tetap Belajar
Jonas menjelaskan, saat mengikuti kejuaraan atau ajang olahraga,para siswa akan mengikuti pembelajaran secara daring (online) seperti yang sudah dilaksanakan saat pandemi Covid-19.
Dirinya menerangkan, untuk jangka waktu singkat maka pembelajaran secara daring sementara bila siswa tersebut harus meninggalkan sekolah dalam jangka waktu lama maka siswa tersebut akan dititipkan di sekolah terdekat.
“Kalau harus menjalani pemusatan latihan dan jangka waktunya lama maka kami akan berkoordinasi dengan sekolah setempat. Siswa tersebut akan dititipkan sementara di sekolah itu untuk mengikuti pembelajaran tatap muka dan kami tinggal mendapatkan nilai,” jelasnya.
Jonas menerangkan, sekolah bukan hanya sekadar mengejar ijazah tetapi bersekolah juga untuk mengembangkan minat dan bakat.
Dia menekankan, akademik dan non kademik penting agar anak didik bisa survive di masyarakat nantinya, sebab bersekolah itu bukan soal mengejar nilai saja.
Dirinya memaparkan, hampir semua cabang olahraga sekolahnya mengirimkan atlet untuk terlibat seperti saat Pekan Olahraga Pelajar daerah (Popda) Provinsi NTT sekolahnya mengirimkan 18 siswa-siswi untuk berlaga.
“Saat Popda kirim atlet terbanyak 18 orang untuk berlaga di 4 cabang olahraga yakni karate, silat, taekwondo dan tinju,” jelasnya.
Jonas mengakui apabila mengikuti kejuaraan atau turnamen mewakili pemerintah maka biaya atlet asal sekolahnya ditanggung oleh pemerintah tetapi bila antar sekolah maka semua biaya ditanggung sekolah.
Dirinya bangga karena untuk cabang olahraga sepakbola antar SMA atau sederajat tingkat Kabupaten Sikka sekolahnya merupakan juara bertahan termasuk bola voly putri sedangkan bola voly putra meraih juara dua.
Selain olahraga, sekolahnya juga mengirimkan anak didik guna mengikuti lomba cerdas cermat 4 Konsensus Kebangsaan tingkat Provinsi NTT dan meraih juara dua serta mengirimkan anak didik mewakili NTT dalam lomba debat tingkat nasional.
“Harapan saya, kolaborasi kerjasama antara pemerintah, sekolah dengan orang tua harus terus kita tingkatkan. Komunikasi baik antara pimpinan cabang olahraga dan pihak sekolah terus dijaga agar ketika ada kendala-kendala, kita sama-sama diskusi untuk mencari solusinya,” pungkasnya. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando











