MAUMERE, FLORESPOS.net-Pemerintah Kabupaten Sikka, NTT, berencana melakukan hilirisasi produk baik di sektor perikanan maupun pertanian dan perkebunan demi meningkatkan harga jual.
Banyak produk seperti kelapa dan pisang yang dijual ke luar daerah dalam bentuk bahan mentah sehingga perlu dilakukan pengolahan produk ini di Kabupaten Sikka.
“Kedepannya kita ingin agar produk dari daerah ini diolah agar bisa memberikan nilai tambah dengan melakukan hilirisasi produk,” sebut Simon Subandi Supriadi, Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Sikka, Jumat (14/2/2025).
Simon Subandi mengatakan hal itu dalam kegiatan bincang-bincang seputar pers, “AWAS Kemarin, Hari Ini dan Esok” di gedung Kantor Bupati Sikka.
Simon Subandi sepakat harus ada hilirisasi produk terutama kelapa dan pisang. Menurutnya produk perkebunan seperti kelapa dan pisang banyak dikirim melalui kapal ke Surabaya untuk diolah dan dijual kembali dengan harga yang lebih mahal.
Mantan Anggota DPRD Sikka ini menyebutkan produksi ikan di Kabupaten Sikka 22 ribu sampai 25 ribu ton per tahun tapi kehidupan nelayan masih sulit.
“Kita harus memikirkan hal ini kedepannya dan menciptakan iklim investasi yang baik.Banyak investor yang ingin berinvestasi di Kabupaten Sikka,” ungkap Simon Subandi.
Simon Subandi menyebutkan, dulu banyak investor yang menanamkan modalnya di wilayah ini namun banyak yang sudah meninggalkan Sikka.
Dia mengaku pihaknya sudah menghubungi beberapa investor dan mereka menanyakan masalah keamanan dan daya listrik apakah mencukupi.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita ke depannya agar pihak investor bisa menanamkan modalnya di Kabupaten Sikka,” ucapnya.
Sementara itu Ketua DPRD Sikka, Stefanus Sumandi mengatakan, DPRD Sikka sejak tahun 2016 sudah mendorong pemerintah membangun Sikka Inovation Center (SIC).
Stef menyebut, tujuannya agar produk bahan mentah di Kabupaten Sikka bisa diteliti di SIC bekerjasama dengan perguruan tinggi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) guna menghasilkan produk bahan jadi.
“Kelapa itu oleh LIPI bukan saja dagingnya tetapi daunnya, sabutnya, pelepah, air dan tempurungnya bisa diolah menjadi nilai ekonomis yang tinggi,” ujarnya.
Persoalannya kata Stef sapaannya, Sikka Inovation Center dalam perjalanan berubah menjadi pabrik cokelat dan ini sebenarnya disorientasi dari Sikka Inovation Center sendiri.
“Sikka Inovation Center harus menjadi lembaga penelitian dan pengembangannya berada di kelompok-kelompok masyarakat,” pungkasnya. *
Penulis : Ebed de Rosary (Kontributor)
Editor : Wentho Eliando