ENDE, FLORESPOS.net-Setelah melaunching program Travel Pattern atau peta perjalanan wisata religi Katolik di Pulau Flores bersama empat keuskupan di Flores, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) melakukan audiensi dengan para pastor di Kevikepan Ende, Keuskupan Agung Ende.
Audensi dengan tujuan membangun pemahaman dan sinergitas dalam pengembangan pariwisata religi di Flores khususnya di Ende dilaksanakan di Aula Rumah Bina Kerahiman Ende, Rabu (9/10/2024).
Uskup Agung Ende, Mgr Paulus Budi Kleden SVD dan puluhan imam di Kevikepan Ende hadir pada kegiatan tersebut.
Kegiatan diskusi dan sharing pengalaman terkait pengembangan pariwisata religi dipandu oleh Vikep Ende, RD. Edi Dopo dan dihadiri oleh Kepala Dinas dan staf dari Dinas Pariwisata Kabupaten Ende.
Plt. Direktur BPOLBF, Fransiskus Xaverius Teguh di hadapan uskup dan para imam mengatakan, fungsi dari Badan Otorita yaitu membantu mengakselerasi pengembangan kepariwisataan di Flores.
Dikatakannya, saat ini BPOLBF sudah meluncurkan salah satu programnya yaitu pengembangan pariwisata religi katolik.
“Momen ini kita berdiskusi dan tukar pikiran, kita bisa melihat peluang- peluang yang bisa kita manfaatkan dalam kaitan dengan pariwisata religi,” katanya.
“Pariwisata bukan saja dilihat dari sisi industri namun yang paling utama esensi dari pariwisata sendiri adalah perjumpaan manusia,” kata Fransiskus.
Terkait pariwisata religi, kata Fransiskus, Flores memiliki jejak peradaban religi yang sangat bagus untuk didorong dan dikemas agar memiliki nilai ekonomi dan berdampak pada kehidupan masyarakat namun tetap berbasis pada budaya dan kehidupan sosial masyarakat lokal.
“Peradaban seperti gereja tua, ziarah, prosesi dan juga rumah- rumah ret ret bisa dikemas agar bisa memberikan nilai tambah pada pengembangan pariwisata religi,” katanya.
Kata Fransiskus, dengan pengembangan seperti ini maka wisatawan atau orang yang datang berkunjung tidak saja mendapatkan pengalaman dari sisi pariwisata tetapi mendapatkan pengalaman spiritualitas.
“Gereja dan tempat ziarah kita bisa kembangkan bersama jadi pariwisata religi yang secara ekonomi ada manfaatnya tapi secara sosial dan budaya tetap dipertahankan”.
“Ukuran yang kita pakai untuk pengembangan pariwisata religi tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi bagaimana spiritualitas masyarakat bisa lebih bergelora melalui hadirnya pariwisata religi,” katanya.
Fransiskus Teguh mengajak para imam agar memberikan pemahaman kepada umat bahwa pariwisata itu harus dimulai dari masyarakat atau mesti tumbuh dari masyarakat lokal.
Pada kesempatan audiensi, para imam yang hadir mengangkat beberapa gereja tua yang ada di Kabupaten Ende. Para imam mengharapakan agar program tersebut mesti ditindaklanjuti di lapangan atau tidak berakhir pada diskusi bersama.
“Program pengembangan ini sangat bagus maka diharapkan BPOLBF dan pemerintah melalui Dinas Pariwisata untuk menindaklanjuti di lapangan”. *
Penulis : Willy Aran
Editor : Anton Harus