RUTENG, FLORESPOS.net-Tragis, kisah seorang bocah di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT, keluar tak diketahui orang tua, dan kemudian ditemukan telah meninggal dunia di sungai sekitar tempat tinggalnya.
Bocah itu bernama FAU (4) beralamat di Kelurahan Pau, Kecamatan Langke Rembong. Ditemukan meregang nyawa di kali berair di bawah jembatan Wae Locak, depan gereja Katedral Ruteng.
Kapolres Manggarai AKBP Edwin Saleh melalui Humas Ipda I Made Budiarsa, Selasa (18/6/2024) malam mengatakan, bocah tersebut ditemukan mengambang dalam air sungai oleh warga yang memang mencari bocah itu yang sejak pagi menghilang dari rumahnya di kompleks Pasar Puni, Ruteng.
“Kita terlima laporan dan petugas langsung ke tempat kejadian perkara untuk melakukan penyelidikan,” katanya.
Menurutnya, jenazahnya sempat dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut sebelum dibawa kembali ke rumah orang tuanya.
Ihwal kejadian itu, demikian Humas Budiarsa, sesuai dengan keterangan di lapangan, bocah itu diketahui tidak berada di rumah pukul 09.00 Wita.
Hal itu diketahui begitu ayahnya menemukan posisi kamar tidur terkunci dari dalam.
Ayahnya mengetuk pintu kamar, tetapi tidak ada sahutan dari anaknya. Ayahnya penasaran sehingga berusaha masuk kamar dengan cara masuk melewati jendela.
Ketika masuk kamar, anaknya tidak ditemukan. Seketika itu, ayahnya langsung panik.
Keluar kamar dalam keadaan cemas, ayahnya mencari sambil juga meminta bantuan tetangga dan warga sekitar agar sama-sama melakukan pencarian.
Dikatakan, pencarian berakhir setelah seorang warga mendapati bocah itu telah mengambang dalam air dalam keadaan tidak mengenakkan baju dan sudah meninggal dunia sekitar Pkl. 13.00 Wita.
Sebelumnya seorang warga, Domi Damu mengatakan, dirinya ikut bersama warga lain mencari bocah itu ke arah utara. Bahkan sampai menyusuri kali Wae Locak.
“Kita tidak menemukan apa-apa. Ternyata anak itu mungkin jalan ke arah utara. Karena ditemukan dalam kolam kecil di jembatan Wae Locak di sebelah selatan yang cukup jauh dari rumahnya,” katanya. *
Penulis: Christo Lawudin I Editor: Anton Harus