MAUMERE, FLORESPOS.net-Sekolah Manengah Atas Swasta Katolik (SMASK) Bhaktyarsa Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merayakan 35 tahun usia sekolah yang jatuh tanggal 15 Oktober 2025.
Dalam perjalanan hingga merayakan Ulang Tahun (Ultah) tersebut ada banyak tantangan yang dihadapi dan mimpi yang harus dicapai ke depannya agar sekolah ini menjadi sekolah yang berkualitas.
“Tidak ada hambatan yang berarti, sih, tapi kalau tantangannya kan setiap tahun selalu ada karena ada peserta didik baru dan orang tua murid juga baru,” ucap Kepala Sekolah SMASK Bhaktyarsa Maumere, Sr. Marcelina Lidi, SSpS, S.Fil, Lic, Senin (13/10/2025).
Suster Marselina mengatakan sejak memimpin sekolah ini tahun 2013 lalu ia mengusung konsep harus selalu rendah hati, sederhana, dan tidak pernah boleh merasa diri hebat.
Menurutnya, kalau sudah merasa diri hebat, itu awal dari kehancuran karena kita tidak akan belajar dan berupaya menjadi yang terbaik.
Dirinya harus membuat sebuah perubahan, membawa hal-hal baru dengan konsep dan visi misi sekolah dengan latar belakang pendidikannya sebagai seorang filsafat.
Tantangan berikutnya adalah, setiap tahun sekolah harus bertemu dengan orang tua murid dan anak didik yang baru sehingga tidak bisa menggunakan metode yang sama.
“Jadi saya harus punya stok metode.Kalau anak murid begini metodenya apa. Misalnya, 4 anak yang terlambat, tidak bisa saya pakai satu metode untuk 4 anaknya. Karena dia punya background beda. Disposisinya pun berbeda,” ucapnya.
Suster Marselina mengakui kurikulum Merdeka yang digagas Menteri Nadien Makarim bagus sekali karena ada assessment diagnotostik, mendiagnosa kondisi siswa.
Ia mengatakan, siswa boleh pintar, tapi saat ini dia merasa apa? Dan itu sudah dilakukan SMASK Bhaktyarsa jauh sebelumnya melalui sebuah kajian serius,
Tantangan lainnya pun kata dia terkait dengan karakteristik guru sebab karakter setiap guru tentu berbeda, kemampuan setiap guru berbeda.
Menurutnya meski itu tantangan luar biasa namun semua itu tergantung kepada kepala sekolahnya dalam menghadapi dan mencari solusi untuk mengatasinya.
“Itu tantangan luar biasa tapi tergantung dari kepala sekolah. Kalau saya katakan itu tantangan hebat sekali, saya tidak kreatif. Saya harus selalu punya alternatif solusi. Kalau seperti ini, saya harus bagaimana,” tuturnya.
Tantangan berikutnya terang Marselina yakni kebutuhan pihak luar, tuntutan masyarakat yang menginginkan anak didiknya akan seperti apa dan apa yang harus dilakukan sekolah.
Dia menyebutkan dalam menerapkan metode,konsepnya ia tidak melakukan kekerasan sebab bila memakai kekerasan maka tidak mungkin sebuah inovasi itu ada.
Menerapkan ISO
SMAS Katolik Bhaktyarsa Maumere merupakan salah satu sekolah di Provinsi NTT yang menerapkan International Organization for Standardization (ISO) 9001 : 2015 di tahun 2025.
Pelaksanaan sertifikasi ini menandai komitmen kuat lembaga pendidikan ini dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan kepada peserta didik.
ISO 9001:2015 adalah standar internasional untuk sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan mengimplementasikan proses yang konsisten dan efektif dalam memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholders.
“Kami ingin meningkatkan kualitas layanan kepada peserta didik yang kita sebut sebagai pelanggan.Ada sasaran mutu dan kebijakan kutu yang akan menjadi pegangan dalam penerapannya di sekolah,” ucapnya.
SMASK Bhaktyarsa Maumere sudah 5 bulan menerapkan ISO dan mungkin merupakan salah satu sekolah di Indonesia,lembaga pendidikan atau SMA yang sedang menerapkan standar internasional.
Suster Marselina katakan hal ini bagus dan bisa diterapkan juga oleh sekolah-sekolah lainnya di Provinsi NTT meskipun tidak mudah dalam pelaksanaannya sehingga pihaknya lebih banyak literasi mandiri.
Dirinya menerangkan, selama satu minggu sekali sekolah ini menerapkan kelas guru. Les guru dan itu sudah dilaksanakan sejak tahun 2016 lalu dengan mengundang naras sumber dari dalam maupun luar sekolah.
“Konsep saya guru-guru ini kan mengajar anak yang ada di kelas. Entah metode apapun itu kan kita beri energi ke anak.Jadi, guru itu kan harus selalu di-recharge agar selalu fresh,” ungkapnya.
Suster Marselina menjelaskan, dalam kelas guru yang diadakan hari Jumat setelah jam 12.30 Wita, kegiatan diawali dengan doa bersama dan dalam kelas guru itu kegiatannya les bersama dan berbagi praktek baik.
Terus, kurikulum mengupdate terbaru dari kepala sekolah karakter. Ada juga les Bahasa Inggris untuk guru. Jadi, begitu.
Apalagi sekarang dengan penerapan ISO semua guru harus memiliki teacher planner,setiap guru punya sasaran masing-masing, punya prosedur kalau mau belajar luar kelas prosedurnya apa, SOP nya seperti apa.
Suster Marselina menjelaskan, ISO itu untuk meningkatkan kualitas pelayanan, semua yang dilakukan terstruktur dan terdokumentasi dengan baik.
“Jadi, dalam ISO itu, lakukan apa yang kau tulis dan tulis apa yang kau lakukan.Semoga kami tetap menjadi penyedia jasa yang profesional. Harapan untuk anak-anak, jadilah diri sendiri dan juga selalu berusaha menjadi versi terbaik,” pesannya. *
Penulis : Ebed de Rosary
Editor : Wentho Eliando











