ENDE, FLORESPOS.net-Ibadat Agung kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib diperingati dalam bentuk Tablo jalan salib dan dan ibadat agung di Gereja Santo Yosef Onekore, Jumat (18/4/2025).
Ibadat Agung dipimpin Pastor Vikaris Paroki Onekore, Pater Thias Banusu, SVD didampingi Pater Stef Sabon Aran, SVD. Perayaan Ibadat Agung diikuti ribuan umat Katolik Paroki Santo Yosef Onekore.
Perayaan Jumat Agung kali ini sangat berkesan di mana umat pada pagi hari larut dalam kesedihan menyaksikan tablo jalan salib yang dilakoni oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Yosef Onekore dengan sangat luar biasa. Banyak umat yang hadir meneteskan air mata ketika mengikuti prosesi Tablo jalan salib yang dimulai pukul 8.00 Wita tersebut.
Sementara di sore harinya, tepat pukul 15.00 Wita dilangsungkan Ibadat Agung penyembahan Salib Kristus. Umat kembali memadati Gereja SantoYosef Onekore.
Pater Thias Banusu, SVD dalam homilinya mengatakan, peristiwa kematian yang tidak diinginkan sangat menyayat hati.
Pater Thias menyebutkan peristiwa penyaliban Tuhan dimulai di Taman Getsemani. Yesus ditangkap di Taman Getsemani dan kemudian disalibkan.
Yesus mengorbankan seluruh hidup-Nya untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa.
“Sadar atau tidak sadar kita semua telah turut serta menjadi pelaku penyaliban Tuhan Yesus dalam pentas kehidupan setiap hari. Seperti telah kita saksikan dalam jalan salib tragedi penyaliban Tuhan pagi tadi. Saya memperhatikan ekspresi iman umat begitu mendalam. Ada derai air mata, ada wajah sedih, ada senyum yang hambar, ada mata melotot tajam menatap kejamnya para serdadu menyiksa dan memukul hingga menyalibkan Yesus”.
Di balik ekspresi ini, Pater Thias menyentuh hati umat untuk bisa berefleksi atau bertanya kepada dirinya masing-masing, kira-kira siapa atau apakah peran kita dalam peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.
“Peran seperti apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib,” kata Pater Thias.

Pater Thias kemudian menyebutkan 10 peran yang bisa saja dilakoni oleh setiap umat manusia yang oleh perbuatannya turut mengantar Tuhan menanggung semua dosa manusia di Salib.
Pater Thias menyebutkan 10 peran manusia yang mengantar Yesus untuk disalibkan;
- Barangkali kita berperan sebagai serdadu yang dengan tombak kata-kata merobek perasaan dan harga diri sesama. Kata-kata kita bagaikan paku yang menembus tangan dan kaki Yesus. Paku kata-kata kita yang menusuk ke dalam relung hati sesama, karena keangkuhan diri yang tidak terbendung.
- Barangkali kita berperan sebagai Yudas yang tega mengkhianati sesama? Sebagai Yudas yang tega mengorbankan sesama demi uang, harta, jabatan? Kita menipu sesama dengan kata-kata manis namun penh kebohongan, kepalsuan yang melahirkan kekecewaan dan kesengsaraan bagi sesama.
- Sebagai Petrus yang takut menghadapi risiko. Saking takutnya, kita tega menyangkal bahkan mengingkari Yesus.
- Seabagai wanita-wanita Yerusalem yang Cuma terharu menatap kesulitan orang lain tetapi enggan atau tidak mau berbuat sesuatu yang meringankan penderitaan sesama.
- Sebagai Pilatus yang lari dari tanggungjawab, demi mengamankan diri dan menjaga kedudukan. Kita mencuci tangan agar terbebas dari kesalahan dan dosa yang kita buat. Kita terkadang melempar tanggungjawab, mempersalahkan orang lain.
- Sebagai orang Farisi dan pemuka agama yang karena kedengkian, sesama dianggap sebagai saingan yang mesti dilenyapkan. Kita sering bersikap muka belakang, kadang lupa diri bahwa ternyata kita lebih munafik.
- Sebagai orang banyak yang Cuma ikut-ikutan saja, mudah dihasut, diperalat untuk menghancurkan sesama. Menghina orang lain, menceritakan kelemahan sesama, saling menjatuhkan bahkan mengorbankan sesama karena kesombongan dan kecongkakan hati.
- Sebagai Veronika yang berani menghadapi risiko demi cinta akan sesama. Kadang kita berani terima risiko jikalau ada yang menjanjikan atau ada sesuatu di balik perjuangan dan usaha itu. Kadang kita tidak ikhlas.
- Sebagai Simon dari Kirene yang harus meninggalkan urusan pribadi, siap menolong sesama yang membutuhkan bantuan. Kita memang kadang bersikap seperti Simon yang harus dipaksa dulu baru mau membantu sesama. Bantuan yang kecil dan sederhana itu sangat berarti bagi sesama kita yang membutuhkannya.
- Ataukah kita sebagai Yusuf dari Arimatea yang secara diam-diam menolong sesamanya. Membantu sesama adalah sikap melayani tanpa memperhitungkan untung dan rugi. Dalam kenyataan hidup kita, membantu sesama hanya dalam kata-kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk kita lakukan. Kita membantu sesama tetapi dengan penuh perhitungan akan apa yang harus kita peroleh.
“Yesus mengajarkan kita untuk membantu dengan ikhlas, Tuhan akan membalas semuanya itu tanpa kita minta dan kita sadari dalam kehidupan setiap hari.”
Pater Thias diakhir homilinya mengjak umat Katolik untuk menyadari bahwa peristiwa penyaliban Yesus mengajak umat untuk merubah diri.
Daripada menangisi dosa lebih baik membuka jalan kebaikan dan menyadari diri dan membangun niatuntuk dapat keluar dari dosa manusiawi.
“Jangan menyerah pada situasi kelam hidup kita,” kata Pater Thias. *
Penulis : Anton Harus
Editor : Wentho Eliando