RUTENG, FLORESPOS.net-Tahun ini Gereja Keuskupan Ruteng menyelenggarakan satu festival baru di Kisol, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) yaitu Festival Lembah Sanpio Maria Bunda Segala Bangsa.
Festival “lembah” ini melengkapi dua Festival “gunung” yakni Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara Labuan Bajo di Mabar dan Festival Golo Curu Maria Ratu Rosario Ruteng di Manggarai.
Festival Pariwisata Holistik ini diramu erat dengan tradisi “pesta family” Sanpio, yang merupakan sebutan khas untuk Seminari Pius XII Kisol yang terletak di hamparan lembah indah antara Poco Lando dan Poco Ndeki.
Festival Lembah Sanpio ini juga dipersembahkan kepada Maria Bunda Segala Bangsa yang adalah Pelindung Kevikepan Borong dan Kabupaten Matim.
Dalam keterangan yang diterima wartawan dari Ketua Komsos Puspas Keuskupan Ruteng, Rm. Erik Ratu Pr, Jumat (30/8/2024) menyatakan, puncak perayaan Festival Lembah Sanpio akan berlangsung, Rabu tanggal 4 sampai dengan Minggu, 8 September 2024 di Seminari Pius XII Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba.
Namun rangkaian prosesi religi akan dimulai 1 September 2024 yang diawali dengan perarakan Patung Maria Bunda Segala Bangsa dari Pusat Pastoral (Puspas) Keuskupan Ruteng ke Paroki Mano.
“Setelah sehari di Paroki Mano, prosesi Maria Bunda Segala Bangsa berlanjut melewati rute Paroki Sita, Paroki Sok, Paroki Borong, dan berakhir di Paroki Kisol, 5 September 2024,” ujar Romo Erik yang mengutip keterangan Ketua Umum Panitia Plt. Sekda Remigius Gonza Tombor.
Menurutnya, perayaan festival ini diselenggarakan oleh Keuskupan Ruteng dalam kerja sama dengan Pemerintah Daerah Matim.
Rangkaian kegiatan Festival ini akan diikuti oleh peserta tetap 1.000 orang dari paroki-paroki se-Manggarai Timur (Paroki di Kevikepan Borong dan 7 Paroki Kevikepan Reo), komunitas biara dan lembaga pendidikan se-Paroki Kisol, dan dari Paroki Waerana dan Paroki Borong.
Tidak ketinggalan partisipasi dari aneka paguyuban adat dan etnik, kelompok agama, UMKM dari wilayah Manggarai Timur, serta puluhan ribu umat Katolik.
Secara khusus festival ini ingin melibatkan dan mempersatukan para alumni dan orangtua/keluarga siswa Seminari Pius XII Kisol.
Festival Lembah Sanpio ini bertujuan mewujudkan pariwisata holistik di wilayah Keuskupan Ruteng, Manggarai Raya dengan motto 3B. Pertama, berpartisipasi berarti melibatkan dan mensejahterakan masyarakat lokal.
Kedua, berbudaya berarti pariwisata yang berakar dan bertumbuh dalam keunikan dan kekayaan kultural lokal dan spiritualitas kristiani yang inklusif. Festival ini ingin merangkul semua anak bangsa dari pelbagai suku, bahasa, dan agama untuk bersama-sama memuliakan Sang Khalik, Allah pencipta dan pengasih umat manusia.
Ketiga, berkelanjutan berarti pariwisata yang merawat dan melestarikan alam ciptaan.
Secara khusus dalam program pastoral tahun 2024, Keuskupan Ruteng mengusung tema Ekologi Integral: Harmonis, Pedagogis, dan Sejahtera (HPS).
Melalui festival ini umat Allah Keuskupan Ruteng ingin bergandeng tangan dengan semua anak bangsa untuk mewujudkan harmoni seluruh alam ciptaan, antara ciptaan dan Sang Khalik, kesejahteraan umum dan pedagogi pelestarian lingkungan hidup.
Karena itu perhelatan akbar religi yang diisi dengan pameran 100 UMKM dan pentas seni dari aneka komunitas etnik-kultural dari wilayah Manggarai Timur diresapi dan diwarnai oleh spirit ramah lingkungan.
Secara khusus dalam fokus ekologis ini, panitia akan menyelenggarakan kegiatan penghijauan di Gua Maria Neno Riwu Paroki Kisol dan pedagogi ekologis bagi generasi muda.
Kekhasan dari Festival Lembah Sanpio Maria Bunda Segala Bangsa terletak pada aspek pedagogisnya, yang berinspirasi pada Seminari Pius XII Kisol yang terkenal dengan kultur edukasinya dan telah menghasilkan banyak lulusan yang telah menjadi uskup, imam dan awam handal di seantero Nusantara dan penjuru dunia.
Dalam mengembangkan aspek pedagogis ini, Panitia festival telah melaksanakan aneka kegiatan, seperti pertandingan bola kaki antara sekolah dasar se-Paroki St. Yosef Kisol;
Pelatihan penguatan kemampuan literasi untuk kepala sekolah dan para Guru SMP pada MKKS Kota Komba, pelatihan penguatan kemampuan nuimerasi untuk kepala sekolah dan para guru SMP pada MKKS Kota Komba, dan pelatihan MC (Master Ceremony) pada aiswa-siswai utusan beberapa SMA di Matim.
Pekan Puncak Festival Lembah Sanpio akan dimulai dengan pembukaan pameran dan pentas seni, 4 September 2024 di Lapangan Sepak Bola Seminari Pius XII Kisol.
Kemudian warna kultural-spiritual ditoreh dan dirayakan secara anggun meriah dalam karnaval budaya Maria Bunda Segala Bangsa, 6 Agustus 2024.
Dan, dalam karnaval kultural dari lapangan bola kaki Sere menuju lapangan bola kaki i Seminari Kisol ini, akan disajikan pagelaran keunikan dan kekayaan budaya Manggarai Timur. Karnaval budaya ini berpuncak pada tari kolosal Maria Bunda Segala Bangsa.
Nuansa ekonomis-kultural-ekologis Festival Lembah Sanpio ini dibingkai oleh karakter spiritual.
Vikep Borong, Rm. Simon Nama mengatakan, festival ini mengajak semua orang untuk mengendus jejak Allah dalam alam ciptaan yang molek, kemagisan musik, suara, dan tari, perjumpaan penuh sukacita insan manusia dari segala penjuru bumi yang berpuncak dalam perjumpaan dengan Allah sumber kekuatan dan tujuan seluruh ziarah kehidupan.
Hal ini terungkap dalam dua kegiatan akbar berikut, yaitu Prosesi Maria Bunda Segala Bangsa, 7 September 2024 dari Kapela Seminari Pius XII Kisol, menuju Gua Maria Neno Riwu-Paroki St. Yosef Kisol dan Misa Agung Maria Bunda Segala Bangsa dan Ulang Tahun Seminari Pius ke-69, 8 September 2024 di lapangan bola kaki Seminari Pius XII Kisol.
Dalam diri Maria Bunda Segala Bangsa, yang kelahirannya diperingati pada hari tersebut, Allah melahirkan sukacita sejati dalam hati setiap insan melalui kelahiran Sang Penebus, Yesus Kristus, Sang Fajar Keselamatan, yang merekah melalui kelahiran Sang Bunda.
Melalui Sang Bunda pula, Allah ingin merangkul anak-anak dari segala bangsa dalam pelukan lembut kasih Ilahi.
“Kami mengajak semua, termasuk teman-teman insan pers untuk terlibat dan mempublikasikan Festival Lembah Sanpio Maria Bunda Segala Bangsa 2024 ini demi mewujudkan pariwisata holistik di Keuskupan Ruteng, Manggarai Raya, Flores-NTT,” katanya. *
Penulis : Christo Lawudin
Editor : Anton Harus