Oleh: Wentho Eliando
DUA tahun lebih, Kabupaten Flores Timur tak punya bupati dan wakil bupati (Wabup) definitif. Selama transisi itu, dalam banyak hal dan aspek, Kabupaten Flores Timur ibarat sedang dalam kondisi sakit kronis.
Kabupaten Flores Timur redup dari perkembangan dan hiruk pikuk kemajuan di bandingkan daerah/kabupaten lain, minimal di Pulau Flores dan Lembata, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Belum lagi, terdengar nyaring, dan tercatat dalam lembar sejarah, sejumlah pejabat penting daerah ini berbondong-bondong masuk bui karena tersandung kasus “makan uang” alias korupsi.
Perputaran uang dan perekonomian masyarakat lemah letih dan lesu, meningkatnya angka pengangguran, meningkat drastis angka stunting, dan berbagai sorotan terkait penyakit serta pelayanan kesehatan masyarakat, konflik sosial antar warga tegal tanah dan warisan mengorbankan jiwa dan harta benda.
Silih berganti bencana alam, banjir bandang, angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan serta kebakaran rumah-rumah warga.
Teranyar bencana letusan Gunung Lewotobi laki-laki di awal November 2024 lalu. Letusan dahsyat ini seakan ‘memaksa’ 13 ribu lebih jiwa, orang tua dan orang muda, anak-anak, perempuan dan laki-laki di dua kecamatan di lereng gunung api itu lari keluar kampung halaman dan mencari perlindungan, di Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka dan kabupaten tetangga terdekat lainnya.
Sampai detik ini, sedikitnya masih terdapat 5.000 ribu lebih jiwa warga terdampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki mengungsi di luar Kabupaten Flores Timur yang belum bisa kembali. Mereka, ibarat anak ayam kehilangan induk. Sedih dan Pilu.
Sekelumit kisah-kisah kecil tersebut segera berakhir. Ditandai dengan perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2024 memilih Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) Flores Timur definitive periode 2024-2029.
Ada 4 Pasangan Calon Bupati dan Wabup maju dalam Pilkada Serentak ini. Y. A. T. Lukman Riberu-Zakarias Paun (LaZkar Ribu Ratu), Antonius Doni Dihen-Ignasius Boli Uran (ADDIBU), Antonius Hubertus Gege Hadjon-Matias Werong Enai (Breun24) dan Stephanus Ola Demon-Rofinus Baga Kabalen (Stori).
Delapan putra terbaik ini bersaing begitu ketat memperebutkan kursi bergengsi, menjadi orang nomor dan orang nomor dua di kabupaten ini.
Dan, Rabu, 27 November malam, meski masih bersifat sementara, toh akhirnya ketahuan juga, siapa bupati dan wakil bupati Flores Timur.
Meski belum resmi ditetapkan, baik sebagai bupati dan wabup terpilih oleh KPU Flores Timur, namun mampu dipastikan, dari empat paslon tersebut, ada satu paslon bupati dan Wabup yang ikut mendulang suara terbanyak dari tiga paslon lainnya.
Merujuk pada Pilkada, 27 November 2024 itu, hasilnya adalah pemimpin baru, wajah baru dan gaya baru. Sementara ini unggul dengan perolehan suara terbanyak diraih oleh Paslon Bupati-Wabup Antonius Doni Dihen-Ignasius Boli Uran atau Paket ADDIBU. Itu data perolehan suara sementara dihimpun dari berbagai sumber.
Sebuah bukti kuat dan menyakinkan, bawasan seluruh masyarakat Flores Timur ingin sebuah perubahan yang nyata. Mereka, secara sadar memilih pemimpin baru, gaya baru dan pikiran baru serta tindakan yang baru pula.
Ingin Perubahan
Kabupaten Flores Timur harus berubah dan mengalami perubahan dalam banyak hal dan aspek agar sembuh dari sakit kronis. Warga Flores Timur minimal lima tahun kedepan harus mengalami perubahan dan maju secara ekonomi, sosial, pendidikan, pariwisata, pertanian dan perikanan serta seabrek aspek pembangunan lainnya.
Ada sebagian kecil dari sekian banyak penyakit kronis yang perlu diobati dan anak ayam kehilangan induk yang perlu ‘diselimuti’ oleh pemimpin baru Flores Timur yang tercatat minimal dalam pantauan selama dua tahun lebih ini.
Kota Larantuka semrawut. Penataan Larantuka sebagai ibukota Kabupaten Flores Timur menjadi keharusan. Ruas jalan-jalan utama dalam kota minim dan sempit. Sehingga yang terjadi, kemacetan total saat hajatan besar seperti karnaval, pagelaran iven-iven tahunan Semana Santa dan berbagai festival yang dipusatkan di kota ini.
Tidak tersedia parkir kendaraan, dan belum lagi toko, kios, dan kegiatan usaha lainnya yang berdiri di kiri kanan mata jalan utama tidak menyediakan parkiran khusus bagi para pengunjung. Hanya berdiri tiang listrik tanpa lampu penerangan jalan, kabel telepon dan kabel listrik bergelantungan dan sangat semrawut.
Air dari perusahaan daerah ‘malas’ mengalir mengalir dengan baik ke rumah-rumah warga, dua atau tiga hari sekali bahkan ada yang mengalir seminggu sekali, sampah berserakan di badan jalan, karena lemahnya kesadaran dan mampetnya drainase.
Kawasan Monumen Hermawan Fernandez menjadi terminal liar untuk bus antar kabupaten, angkutan dalam kota-luar kota, mobil travel, dua terminal kota tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Minimnya kawasan atau pusat ekonomi kota, Pasar Inpres Larantuka semrawut dalam penataan, bangunan Pasar Lamawalang tanpa aktivitas ekonomi seharian, serta ruang terbuka hijau yang hampir hilang.
Sarana dan prasarana olah raga yang kurang dari memadai, ruang-ruang kreasi dan kreatif orang muda begitu sempit, redupnya ekonomi kreatif dan kerajinan. Lapangan kerja serta balai latihan kerja yang minim, dan pengangguran usia kerja membludak.
Selain itu, hasil komoditi pertanian dan kelautan yang seenak dewe “dibawah lari’ keluar lalu dilabel nama daerah lain. Jalan pedesaan dan kecamatan banyak berlubang dan becek saat musim hujan.
Sarana dan prasarana penunjang pariwisata dan pendukung terbengkalai serta biota laut yang setiap saat terancam rusak dan punah.
Potensi untuk Ekonomi dan PAD
Tak dipungkiri, bahwa Flores Timur punya potensi yang luar biasa banyaknya. Potensi-potensi ini mesti dikelola dan dikembangkan agar bisa menggerakkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)—biar PAD tidak hanya dari Rumah Sakit Daerah Larantuka. Masa, orang sakit beri pendapatan bagi daerah (PAD).
PAD Kabupaten Flores Timur harus meningkat dari tahun ke tahun. Caranya, bukan ‘berburu di kebun binatang’, tetapi berburu di hutan rimba. Artinya, harus kreatif dan inovatif mengelola potensi-potensi daerah untuk peningkatan PAD.
Salah satu yang bisa meningkat harga dan PAD dalam hal komoditi, misalnya dengan kebijakan dan ketegasan menutup pintu keluar dan pintu masuk di perbatasan-perbatasan. Setiap pengangkut atau membawa keluar hasil komoditi (mente, asam, kemiri, vanili, kakao, ikan, dan lain-lain) wajib dikenakan tarif (boarding) perbatasan.
Selain itu, masih banyak lahan-lahan kosong yang perlu dimaksimalkan untuk pertanian dan perkebunan. Termasuk petak-petak persawahan yang masih banyak kosong, tidak dimanfaatkan dengan baik untuk peningkatan produksi.
Lalu, satu hal yang saat ini ada di depan mata, yakni 13 ribuan lebih warga terdampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki masih mengungsi–tidur di tenda-tenda dan bangunan sekolah, di antaranya terdapat 5.000 lebih di luar Kabupaten Flores Timur. Mereka harus kembali ke tempat yang baik, layak, aman dan nyaman dalam banyak hal kehidupan.
Sekali lagi, ini hanya sebagian kecil dari sekian banyak yang perlu diobati agar Kabupaten Flores Timur segera sembuh dari penyakit kronis.
Akhirnya, sejak awal, dalam banyak kesempatan dan diskusi kecil di warung kopi mengemuka, “Kedepan, atau minimal lima tahun kedepan, Flores Timur ini harus dipimpin oleh pemimpin yang berpikir dan bekerja di luar dari biasa. Di situ, Flores Timur diyakini bisa mengalami perubahan signifikan dalam banyak hal dan aspek.”
Ada keyakinan dan seyakin yakinnya, warga Kabupaten Flores Timur punya pandangan dan pemikiran—minimal sama seperti diskusi kecil di atas: Kabupaten Flores Timur mengalami perubahan signifikan, maju sejahtera dan berkelanjutan, kalau pemimpin baru berpikir dan bekerja di luar dari biasa. Semoga! *
Editor : Anton Harus