RUTENG, FLORESPOS.net-Guru pada era ini dituntut untuk  familiar dengan teknologi digital. Dengan itu, sang guru bisa bergerak searah zaman dalam mendidik generasi masa depan yang sudah biasa hidup dalam bermedia digital.

Karena itu, ironi terjadi kalau anak didik lebih familiar dan mahir  dengan teknologi digital dibandingkan gurunya.

Ketika berbicara dalam seminar sehari yang bertajuk ‘Mewujudkan Tata Kelola Pendidikan Yang Baik dan Bersih Untuk Mewujudkan Manusia Yang Berintegritas Menuju Indonesia Emas 2045 yang diadakan PGRI Manggarai, Selasa (21/11/2023), Sekretaris Dinas Pendidikan, Wens Sedan mengatakan, tantangan para guru banyak.

“Tidak saja berkaitan dengan kompetensi diri. Tetapi, juga berhubungan dengan teknologi digital zaman ini. Para guru harus familiar dengan teknologi digital itu,” katanya.

Mengapa? Karena memang zamannya yang mengharuskan. Zaman ini segala sesuatu selalu berhubungan dunia digital. Kalau tidak, bagaimana bisa mengakses data-data atau membuka akun-akun belajar.

Atau bagaimana bisa belajar dan mengisi form dalam akun-akun atau aplikasi-aplikasi yang disediakan secara digital.

Para guru-guru harus belajar dan terus belajar agar melek teknologi digital. Tidak bisa tidak, harus terbiasa menggunakan teknologi digital dalam melaksanakan tugas.

Menurutnya, para guru mutlak familiar digital merupakan tantangan dan tuntutan zaman agar tidak ketinggalan dalam melaksanakan pekerjaannya sehari.

Tantangan karena anak-anak usia sekarang sudah hidup dalam dunia teknologi digital. Anak-anak sudah terbiasa memanfaatkan teknologi itu.

Apa jadinya kalau anak didik lebih hebat menggunakan dengan media digital. Sedangkan gurunya gagap dan bahkan tidak bisa berbuat apa-apa dengan teknologi digital.

Bukankah  ironi jika  terjadi hal-hal seperti itu. Guru bisa menjadi penonton teknologi saja. Dan, bisa dipastikan guru itu akan sulit melakukan pekerjaannya yang berkaitan dengan teknologi digital.

“Kita yang hadir seminar ini, apakah sudah melek bermedia digital? Lalu, bagaimana dengan rekan-rekan guru di kampung-kampung,” katanya.

Guru era ini harus mempunyai kemampuan literasi yang mumpuni. Tentu bukan soal literasi membaca saja, juga literasi komunikasi digital, literasi bermedia, literasi berteknologi digital, dan lain-lain.

Mengapa itu harus? Karena guru adalah panutan utama siswa. Mau jadi apa kalau panutan utama tidak bisa berteknologi digital.

Sedangkan Dosen Unika St. Paulus Ruteng, Hendrik Midun mengatakan, perkembangan teknologi digital sudah terasa di mana-mana. Muncul fenomena baru, masyarakat lebih memilih menonton tayangan apa saja di handphone dibandingkan dengan di layar televisi.

“Menonton di handphone lebih praktis, kapan dan mana saja. Menonton pada layar TV  lama-lama bisa ditinggalkan,” katanya.

Apa yang terjadi itu merupakan dampak teknologi digital yang berkembang pesat zaman ini.

Dalam situasi itu, siapapun, apalagi para guru harus mampu  memanfaatkan teknologi digital dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga pendidikan yang bermutu dan berkualitas bisa terwujudkan di daerah ini.

Moderator Seminar, Dosen Domi Waso mengatakan, dua narasumber seminar yang tampil  bukan orang sebarang, melainkan orang  memiliki kompetensi pada bidangnya masing-masing.

“Yang satu unsur perguruan tinggi dan yang lainnya dari unsur pemerintah yang sehari-hari urus pendidikan,” katanya.

Dua narasumber pasti bisa membedah dan menguliti tema yang ada agar dunia pendidikan Manggarai bisa bergerak menuju Indonesia emas 2045. *

Penulis: Christo Lawudin I Editor: Wentho Eliando

Silahkan dishare :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *