Oleh: Wall Abulat
BERITA meninggalnya Yang Mulia Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota tersebar luas di laman media sosial: facebook, WhatsApp (WA), twitter, dan media sosial lainnya pada Minggu malam.
Berita ini begitu cepat beredar, setelah warga net/nitizen menerima pesan yang dikeluarkan Vikjen Keuskupan Agung Ende (KAE) RD. Daslan Yosef.
Demikian petikan lengkapnya, “Selamat malam para imam, dan segenap umat Keuskupan Agung Ende terkasih. Dalam rasa duka yang mendalam kami menyampaikan kabar dukacita bahwa Bapak Uskup kia Mgr. Vincentius Sensi Potokota telah berpulang ke Rumah apak pada jam 18.21 WIB (19.21 WIT). Hal-hal lain berkaitan dengan peristiwa dukacita ini akan disampaikan secara resmi oleh pihak Keuskupan Agung Ende. Kami mengajak semua pihak untuk mendoakan keselamatan Bapak Uskup kita.”
Informasi ini diteruskan ke sejumlah grup WA di antaranya Grup WA Alumni Ritapiret, Perkumpulan Alumni IFTK Ledalero, DPP St. Thomas Morus Maumere, Peduli Nian Tana Sikka, Keluarga Besar Manggarai Raya (KBMR) Maumere; dan ratusan grup WA lainnya serta laman media sosial lainnya facebook, dll.
Kepergian Uskup yang baik hati dan sangat dekat dengan umatnya ini meninggalkan rasa duka mendalam dari pelbagai elemen masyarakat luas di Indonesia.
Tak heran, ribuan ucapan duka datang dari pelbagai pelosok Indonesia, bahkan dunia memenuhi laman media sosial.
Beberapa ucapan datang dari Mantan anak didiknya saat di Tahun Orientasi Rohani (TOR) Seminari Tinggi Ritapiret Tahun 1989-1990 RD. Stefanus Wolo Itu yang saat ini menjadi Imam Projo KAE yang menjadi Misionaris Fidei Donum di Basel Swiss.
Juga ucapan duka datang dari Rektor IFTK Ledalero, RP. Dr. Otto Gusti Madung, SVD; Rektor Unika Santo Paulus Ruteng, RD. Dr. Maksimus Regus; Vikjen Keuskupan Agung Kupang RD. Dus Duka; Kakanwil Kemenag Provinsi NTT Reginaldus Serang, S.Fil., M.Th; Praeses Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret; Mantan Pastor Bantuan Militer dan Polri (Pasbanmilpol) Keuskupan TNI/Polri yang juga anak didik Uskup Sensi saat menjadi Direktur Spiritual TOR Ritapiret yang saat ini menjadi dosen tetap dan Kepala Lembaga Penjamin Mutu dan Audit Internal (LPMAI) pada Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB), RD. Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil., M.Si (Han) dan ribuan warga nitizen dari pelbagai elemen warga lintas agama, suku, ras dan golongan dari seantero jagat.
Sekilas Profil Uskup Sensi
Uskup Sensi Lahir di Saga, Ende 11 Juli 1951. Ia ditahbiskan menjadi imam 11 Mei 1980. Romo Sensi kemudian ditunjuk sebagai Uskup Maumere 14 Desember 2005, dan ditahbiskan menjadi Uskup Maumere oleh Uskup Agung Jakarta Kardinal Julius Darmaatmadja dan dua Uskup Penahbis Pendamping Mgr. G. Kherubim Parera, SVD (Uskup Weetebula) dan Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD (Uskup Pangkal Pinang) di Gelora Samador da Cunha Maumere, pada 23 April 2005.
Setelah dua tahun memimpin Keuskupan Maumere, tepatnya pada 14 April 2007, Uskup Sensi ditunjuk menjadi Uskup Agung dan ditahbiskan pada 7 Juni 2007. Uskup Sensi meninggal di RS Sint Carolus Jakarta pada 19 November 2023.
Ketika ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Maumere pada 23 April di Gelora Samador da Cunha, Uskup Sensi memilih moto dari Surat II Rasul Paulus kepada Jemaat di Timotius Praedica Verbum Opportune, Importune (Wartakanlah Firman, baik atau tidak baik waktunya).
Moto ini menegaskan komitmen kegembalaan Uskup Sensi, baik saat memimpin Umat Keuskupan Maumere (2005-2007), maupun pada saat menjalankan tugas kegembalaan di Keuskupan Agung Ende (2007-2023) yang membawahi 4 Keuskupan Sufragan yakni Keuskupan Larantuka,Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Denpasar.
Selama tenggang waktu itu, Uskup Sensi bersama kolegilitas para uskup Nusa Tenggara, dan para imam tetap mewartakan firman Tuhan baik atau tidak baik waktunya.
Media ini mencatat beberapa hal penting yang dilakukan Uskup Sensi yang selalu mewartakan Firman Allah, di antaranya ketika pada tahun awal memimpin Keuskupan Maumere, ia menyatakan komitmen untuk menolak hukuman mati.
Uskup Sensi pada saat itu, tidak hanya berbicara dari atas mimbar atau melalui surat kegembalaannya, tetapi juga Uskup perdana Keuskupan Maumere ini ikut dalam aksi menolak hukuman mati terhadap tiga terpidana mati asal Flores Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu pada September 2006.
Uskup Sensi saat itu menugaskan tim Keuskupan di antaranya Vikjen Keuskupan Maumere saat itu RD. Frans Fao,dan sejumlah pastor di antaranya RD. John Eo Towa, RP. Robert Mirsel, SVD terlibat aktif dalam aksi bersama umat lintas agama untuk menolak hukuman mati.
Uskup Sensi juga selama menjalani tugas kegembalaan secara konsisten menyuarakan penolakan tambang di Nusa Tenggara karena merusak lingkungan, serta terus menerus memperjuangkan keadilan bagi kaum termarjinal apa pun agama, suku, ras dan golongannya.
Kegigihan Uskup Sensi untuk menolak hukum mati, menolak kegiatan penambangan dan terus menyuarakan aspirasi kaum tak bersuara (voice of the voiceless), serta aksi konkretnya untuk peduli terhadap kaum termarjinalkan sekaligus mau menegaskan komitmennya sebagai Gembala Umat yang terpanggil untuk terus mewartakan Firman Allah, baik atau tidak baik waktunya sebagaimana moto yang diangkatnya saat ditahbiskan menjadi Uskup Maumere dan ketika dipercaya menjadi Uskup Agung Ende.
Wartakanlah Firman, baik atau tidak baik waktunya (Praedica Verbum Opportune, Importune).
Semoga moto Uskup Sensi ini terus membatin dalam diri kita semua, khususnya umat Katolik di Keuskupan Agung Ende, dan empat keuskupan Sufragan yakni Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng, dan Keuskupan Denpasar untuk selalu Firman Tugan, baik atau tidak baik waktunya. Praedica Verbum Opportune, Importune.
Bersama Uskup Sensi kita pun berkata Praedica Verbum Opportune, Importune, hic et nun (di sini dan sekarang) ini, di tempat kita bekerja, apa pun profesi kita, kapan dan di mana pun.
Selamat jalan Uskup Sensi, Requiescat In Pace. Doakanlah kami-Ora Pro Nobis. Deus Benedicat.Amin. ***
Penulis: Wall Abulat (Jurnalis dan Anak Didik Uskup Sensi saat Fratres TOR Ritapiret 1989-1990)
Terima kasih