RUTENG, FLORESPOS.net-Dalam surat gembala Prapaskah dan Paskah 2023, Uskup Ruteng, Mgr. Sipri Hormat meneruskan pesan dan ajakan Sri Paus, Fransiskus. Pesannya adalah semua diminta untuk menghindari hidup keagamaan hanya untuk mencari sensasi dan mukjizat.
Uskup Sipri dalam kopian surat gembala yang diterima wartawan, Kamis (9/3/2023) menegaskan, dalam pesan Prapaskah tahun 2023, Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak semua untuk sungguh terlibat dalam hidup nyata sehari-hari.
“Hindarilah hidup keagamaan yang mencari sensasi dan mukjizat. Itu terjadi karena orang takut untuk menghadapi kenyataan dengan perjuangan, pertentangan dan kesulitan sehari-hari,” katanya.
Sebaliknya, demikian Uskup Sipri, Sri Paus mengajak umat dan siapapun sebagai pengikut Kristus, untuk bangkit dan berani memberi kesaksian iman bersama-sama dalam kehidupan nyata dalam segala dinamika pergumulannya.
Hidup ini, tidak berakhir pada salib, tetapi terarah dan mencapai puncaknya dalam kebangkitan Yesus. Paskah adalah pengharapan dan kekuatan yang menyingkapkan terbitnya sinar di balik awan gelap perjuangan hidup sehari-hari.
Dikatakan, perayaan Paskah tahun ini adalah panggilan dan tugas mulia untuk semua, umat Allah Keuskupan Ruteng dalam membangun sebuah tata kehidupan ekonomi baru, yakni ekonomi SAE: Sejahtera, Adil, dan Ekologis.
Menurutnya, apa saja yang dibuat bersama Tuhan, tidak akan pernah sia-sia. Manakala semua berjalan dengan Yesus dalam peristiwa salib, siapapun boleh juga bersukacita dengan-Nya dalam peristiwa Paskah.
“Dalam kebangkitan Yesus, Allah memaklumkan kemenangan kehidupan atas kematian, kerahiman atas dosa manusia, cinta atas kebencian, solidaritas atas egoisme,” katanya.
Keyakinan inilah yang menguatkan, meresapi dan menginspirasi dalam perjuangan nyata untuk membangun dunia baru yang bersaudara dan berkeadilan.
Sebelumnya, Ketua Komsos Rm. Erik Ratu Pr, mengatakan, seperti biasa surat gembala telah dikirim ke mana-mana guna dibacakan. Dengan itu, menjadi perhatian semua di Keuskupan Ruteng ini baik atas situasi dunia, situasi di negara ini hingga keadaan riil kehidupan sehari-hari.
“Surat gembala ini harus dibacakan setiap kali ada pertemuan umat atau pada misa-misa pada masa prapaskah ini,” katanya.*
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Wentho Eliando