ENDE, FLORESPOS.net – Kebijakan baru Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat terkait jam masuk sekolah khusus SMA/SMK dinilai sangat kontroversi. Sebagian besar sekolah di Pulau Flores, khususnya Kabupaten Ende keberatan dengan kebijakan tersebut karena tidak melalui kajian matang atau program dadakan.
Salah satu sekolah favorit di Kabupaten Ende dan bahkan di Provinsi NTT, SMAK Syuradikara tegas menyatakan keberatan dan menolak kebijakan Gubernur NTT.
Kepala SMAK Syuradikara, Pater Stefanus Sabon Aran SVD, kepada Florespos.ne, Rabu (1/3/2023) pagi mengatakan, Syuradikara keberatan dengan kebijakan ini.
Kebijakan ini tidak berdasarkan pada sebuah hasil kajian yang matang dan tidak sesuai dengan konteks atau kebutuhan sekolah, guru, siswa dan orangtua.
Selain itu, kebijakan ini tidak ada sosialisasi sebelumnya dan hanya program atau kebijakan untuk mencari dan mendapatkan branding dadakan. Proses pendidikan itu harus berpusat pada peserta didik bukan pada jam masuk sekolah atau yang lainnya.
“Kebijakan sekolah jam 05.00 pagi terkesan minim riset dan hanya mau cari branding dadakan maka perlu dipending dulu penerapannya,” kata Pater Stef Aran SVD.
Kata Pater Stef, jika tujuan sekolah jam 05.00 pagi untuk meningkatkan mutu pendidikan maka perlu didiskusikan lagi dengan seluruh stakeholder pendidikan bukan langsung dibuat kebijakan. Kepala SMAK Syuradikara juga mengatakan kebijakan ini belum didukung dengan hasil riset.
“Apakah sudah ada hasil penelitian jika masuk sekolah jam 05.00 pagi anak- anak NTT bisa cerdas dan mutu pendidikan meningkat? Jika mau buat branding pendidikan di NTT maka dengan ada hal “pembeda” dengan provinsi lain maka ciptakan branding yang lain saja”.
“Banyak negara yang mutu pendidikan sudah bagus bukan sekolah jam 05.00 tetapi jam 08.00 atau jam 09.00,” kata Kepsek Syuradikara.
Pater Stef juga mengatakan kebijakan gubernur tersebut lebih tepat pada seminari atau sekolah yang berasrama dan sekolah itu dijadikan model. Tetapi pola di seminari saat ini adalah anak – anak bangun pagi jam 04.30, mandi lalu pergi misa. Setelah misa sarapan lalu ke sekolah. Jadi sekolahnya jam 07. 15 bukan jam 05.00.
Dilansir dari berbagai media penolakan terkait kebijakan ini datang dari sebagian besar sekolah, pengamat dan pemerhati pendidikan.
Sementara Kepala Dinas P dan K Provinsi NTT, Linus Lusi mengatakan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari proses pendisiplinan generasi muda melalui jalur pendidikan.
Kebijakan ini sudah berjalan tiga hari bagi 10 sekolah di Kota Kupang dan sekolah lain masih pada tahap sosialisasi.*
Penulis:Willy Aran/Editor:Anton Harus
Yang perlu diperbaiki adalah Kualitas dan Metode pengajarannya dan bukan masalah waktu nya.
Zaman dan Generasi sudah berubah,tidak bisa metode pengajaran dan waktu generasi lama dipaksakan untuk generasi saat ini.
Saya sependapat dgn Pater Stef. Bagi Saya kebijakan atau program yang di buat oleh Gubernur NTT bertentangan dengan IKM yang di programkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, yang di sebut dgn Kurikulum Merdeka Belajar. Tujuan
merdeka belajar adalah Anak diberi kesempatan untuk menentukan Bakat dan Minatnya masing -masing untuk meraih mimpi yg di harapkan oleh anak itu sendiri, bukan jam masuk sekolah jam 5 pg. Ini berarti kemerdekaan anak di paksakan . Soal orang NTT bisa masuk di UI atau UGM Saya kira sdh sangat banyak orang NTT yg jebolan dr sana bahkan menjadi Dosen di UGM ada yg beasal dari Ende. Kita harus berbangga bahwa di NTT tersimpan mutiara di dunia pendidikan yg membawa nama harum di mata Dunia Internasional.
Sekolah unggul sudah memulai dengan implementasi kurikulum secara holistik.
Tri pusat pendidikan, diperhatikan betul dan sudah membuahkan hasil.
Program belajar jam 5pagi ini tidak termasuk dalam kurikulum yg berlaku di indonesia saat ini yaitu K13 atau kurikulum merdeka. Ini hanya bagian dari kolonialisme moderen yg harus kita antisipasi. Kemerdekaan yg kebablasan