“Menjalankan usaha itu butuh keberanian dan kemauan, tanpa itu sebaiknya urungkan niatmu”.
SABTU, 21 Januari 2023 siang, di tengah terik mentari yang menyengat di Kota Ende, saya dan Gian Aran (putraku) menuju ke pinggiran, tepatnya di Kilometer (KM) 10, Desa Ndungga Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende.
Dengan motor Yamaha X-ride yang sudah mulai rewel, kami membutuhkan waktu 15 menit menempuh perjalanan dan tiba di sebuah tempat cuci sepeda motor dan mobil di Jalan Negara KM 10 arah timur Kota Ende.
Suasana cukup ramai. Ada warga yang sedang mencuci sepeda motor, ada yang mencuci mobil dan ada juga yang bersantai di tempat duduk yang terbuat dari bambu sambil menikmati pemandangan dan suasana di sekitarnya.
Tak mau membuang waktu, saya dan Gian langsung menuju ke pondok yang terletak di lokasi atau tempat cuci kendaraan menemui sang pemilik, Urbanus Memba. Kami pun memulai obrolan kecil.
Awalnya, Urbanus Memba yang sudah berusia 58 tahun, warga Desa Ndungga, Kecamatan Ende Timur itu canggung ngobrol (maklum baru pertama kali bercerita dengan wartawan, apa lagi saya ditemani anak yang super cerewet dan lebih dominan bertanya).
Lima menit berlalu, dan obrolan pembuka alias basa basi pun berlalu, suasana semakin cair dan akrab. Urbanus ditemani Fransiena malah lebih banyak bicara.
Dia mulai menceritakan cikal bakal usaha, kendala dan buah dari usahanya yang mulai dirintis pada tahun 2005. “Baru Mekar” adalah nama tempat usahanya. Tempat usahanya itu, kini menjadi pilihan favorit warga dari luar kota dan warga lainnya untuk mencuci kendaraan.
Saat itu, ia melihat air yang terbuang dari bukit di lokasi itu lalu memasang selang berukuran setengah dim sepanjang 20 meter. Maksud Urbanus hanya iseng saja sambi membantu pengendara dari luar kota untuk mencuci kendaraan agar terlihat bersih saat masuk Kota Ende.
Selang satu bulan kemudian, ia melihat apa yang dilakukannya bisa mendatangkan cuan (uang). Melihat peluang mendapatkan rupiah didepan mata, ia mulai menyiapkan lokasi parkiran dan menambah selang.
Warga semakin ramai singgah di tempat itu dan dengan rasa malu, Urbanus menerima seribu dua ribu rupiah dari orang-orang yang mencuci kendaraan di tempat itu.
Uniknya, di tempat ini pengendara mencuci sendiri menggunakan selang dan perkiraan yang disiapkan.
“Sekitar tahun 2005, saya mulai dengan satu selang. Iya, awalnya saya siapkan selang dan akhirnya ada yang singgah dan cuci. Awalnya saya malu saat mereka tanya bayar berapa. Tapi ada yang kasih dan satu hari saya bisa dapatkan sekitar belasan ribu,” cerita Urbanus sambil tertawa.
Melihat peluang itu, insting bisnisnya mulai keluar agar usahanya lebih besar dan mendapatkan hasil yang lebih besar. Setelah satu tahun berlalu, Urbanus dan istri beranikan diri meminjam KUR di BRI.
Pengajuan pinjaman disetujui, dan ia mulai merenovasi halaman parkir dengan lantai semen, menambahkan selang, menyiapkan tempat cuci yang layak dan membuka kios kecil di lokasi cucian.
Dengan fasilitas yang cukup banyak, ia mulai memasang tarif, satu sepeda motor Rp 3.000, mobil ukuran kecil Rp 5.000, ukuran sedang Rp 10.000 dan ukuran besar seperti truck expedisi Rp 25.000.
Di kios itu, Urbanus juga menyiapkan sabun cuci, spon bahkan kopi/teh cemilan serta buah- buahan untuk menambah rupiah.
Usahanya semakin ramai dikunjungi. Satu hari minimal, ia meraup rupiah sekitar Rp 300.000, dan saat ramai cuan yang dibawa pulang sekitar Rp 700.000.
Dibalik sukses ini, ternyata ia pernah mengalami musibah. Selang yang dipasang di tempat cuci dicuri orang. Meskipun mengalami musibah, Urbanus tetap bangkit karena tak ingin peluang ini diambil orang.
Ia membeli selang dan berkomitmen tidak patah semangat dengan masalah kecil seperti ini, anggap saja ini adalah tantangan usahanya.
“Waktu itu sangat ramai dan orang curi selang. Tapi saya tidak semangat dan dalam hati saya bilang kau curi satu saya beli dua, kalau kau curi lagi saya beli lebih banyak lagi. Saya tidak takut karena usaha ini saya bangun sendiri tanpa minta atau curi orang punya,” cerita Urbanus.
Kuliahkan 3 Anak
Dari usahanya ini, Urbanus bertekad anak-anaknya harus mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah. Saat ini, dua anaknya sudah wisuda dengan gelar sarjana.
Anak pertama, menyelesaikan pendidikan dengan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Flores, anak keduanya meraih gelar sarjana sosial di STPM St Ursula dan yang ketiga sedang menyusun skripsi program teknologi informasi di Universitas Flores.
Selain menyekolahkan ketiga anaknya, dari hasil usaha yang awalnya ia pikir sekadar iseng tersebut bisa bangun rumah untuk keluarga kecilnya.
Tak terasa kami menghabiskan waktu sekitar setengah jam. Di akhir obrolan di pondok kecil yang jadi tempat bertedu dari panas dan berlindung, Urbanus berpesan, “Jika mau usaha maka, harus berani dan ada kemauan, jika tidak maka lebih baik mundur karena usaha itu ada tantangan atau risiko”.*
Penulis: Willy Aran / Editor: Wentho Eliando