RUTENG, FLORESPOS.net – Tokoh awam Katolik Viktor Selamet yang menjadi salah satu narasumber pada sidang pastoral post Natal 2022 Keuskupan Ruteng memberikan rekomendasi agar lahan-lahan keuskupan yang tidak dimanfaatkan agar digunakan untuk usaha horti dan ternak.
Berbicara pada momen sidang pastoral post Natal 2022 di Rumah Retret Wae Lengkas Ruteng, Selasa (10/1/2023), tokoh awam Katolik yang juga CEO PT Rembu Tedeng Trinusa, Viktor Selamet memberikan banyak rekomendasi untuk dipertimbangkan masuk program dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan di Keuskupan Ruteng.
“Salah satu saran konkret saya adalah pemanfaatan tanah-tanah milik Keuskupan yang selama ini tidak dimanfaatkan secara baik. Hanya dengan itu, lahan yang ada bisa memberi manfaat baik untuk gereja lokal maupun umat,” katanya.
Dikatakan, untuk lahan yang tidak digunakan itu baiknya menjadi tempat untuk usaha horti secara profesional dan pengembangan ternak seperti sapi perah, babi, kambing, ayam buras, dan lain-lain.
Selain itu, demikian pensiunan PNS di Kementerian Pertanian RI di Jakarta itu, saran lain adalah kelompok – kelompok basis paroki diarahkan untuk menjadi kelompok usaha tani organik di bawah bimbingan paroki.
Lalu, paroki bisa menjalin kerja sama dengan pelaku usaha dan para petani, terutama dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil produk pertanian organik.
Menurutnya, paroki-paroki bisa dijadikan sebagai penangkar atau sumber bibit tanaman, ternak babi dan ayam buras dengan memanfaatkan lahan sekitar paroki atau kerja sama dengan kelompok tani.
Dan, paroki, lanjut Viktor Slamet bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk menjadi pusat informasi system pembangunan pertanian di wilayahnya.
Putra Satar Mese Barat itu mengatakan, konsep pertanian berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar, yakni dimensi ekonomi (profit), dimensi sosial (people), dan dimensi ekologi (planet); keragaman hayati, daya lentur, ekosistem, konservasi alam, kesehatan lingkungan.
“Dan, prinsip pertanian berkelanjutan adalah pertanian ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik, dan penggunaan pupuk hayati yang memanfaatkan teknologi mikroba penyubur tanah,” katanya.
Sebelumnya, Dosen Unika St. Paulus Ruteng, Rm. Marthin Chen Pr, mengatakan, kesadaran dimensi ekologis dalam pembangunan ekonomi mendorong orang dan bangsa-bangsa dewasa ini untuk mengembangkan model ekonomi hijau (green economy).
“Sistem ekonomi ini ingin menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia yang berkelanjutan. Segala aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa tidak merusak lingkungan dan menjamin kebutuhan generasi mendatang,” katanya. *
Penulis: Christo Lawudin/editor:Anton Harus