RUTENG, FLORESPOS.net – Petani dua desa di Kecamatan Satar Mese, Manggarai, NTT, terpaksa harus memperbaiki sendiri saluran irigasi teknis Wae Mantar yang bersumber dari Wae Cecu akibat longsoran beberapa pekan lalu. Material perbaikan ditanggung sendiri petani tanpa bantuan Pemprov NTT dan Pemkab Manggarai.
Seorang petani, Rony Sahur per telepon di Ruteng, Rabu (21/12/2022) malam mengatakan, para petani dari Desa Ulu Belang dan Desa Papang terpaksa menyikapi sendiri apa yang terjadi dengan saluran irigasi yang hancur akibat longsoran. Setelah beberapa pekan tidak ada kabar perhatian dari pemerintah.
“Para petani dua desa sepakat untuk kerja swadaya memperbaiki saluran yang rusak. Semua swadaya mulai dari tenaga dan material seperti semen, batu, dan pasir,” kata mantan anggota DPRD Manggarai ini.
Dikatakan, perbaikan titik yang hancur dilakukan selama tiga hari. Hasil kerja sudah mulai terasa dengan mulainya mengalirnya kembali air pasca perbaikan. Tetapi, air belum dilepas karena semen belum kering dan masih ada titik yang harus dikerjakan.
Perbaikan harus dilakukan, demikian politisi dari Partai Perindo ini, mengingat sekarang ini musim kerja sawah. Kalau menunggu perhatian dari pemerintah sampai kapan. Padahal, kebutuhan di lapangan sangat mendesak karena sawah hendak dikerjakan lagi.
Dalam kerja swadaya itu, lanjut Rony Sahur, peran sejumlah tokoh patut diapresiasi mulai dari mengagas hingga pelaksanaan di lapangan. Patut disebut seperti mantan Kades Papang, Siprianus Jangka dan proaktifnya Kepala Dusun Papang Hubert Ganggur dalam memimpin dan menggerakkan warga bekerja di lapangan.
Petani Rony Sahur mengatakan, saluran irigasi Wae Mantar dari sumber Wae Cecu memang rawan longsor karena melewati lereng yang terjal. Saluran irigasi teknis itu mudah rubuh begitu terkena hujan terus menerus sekarang ini. Faktanya banyak titik longsor yang membuat aliran air menuju sawah macet total.
Sebelumnya warga di Ruteng, Daniel Don mengatakan, apa yang dilakukan warga dua desa patut diapresiasi tinggi di tengah tingginya mental proyek di tengah masyarakat. Spirit kerja gotong royong perlu dihidupkan lagi.
“Salut untuk warga dua desa itu. Atasi bencana yang dialami dengan biaya dan tenaga sendiri yang kerja,” katanya. *
Penulis: Christo Lawudin/Editor:Anton Harus