MAUMERE, FLORESPOS.net-Mantan ekonom Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), memberikan penjelasan terkait berbagai komentar di media maupun media sosial soal HGU Nangahale.
Pater Yoseph Kusi, SVD memaparkan berbagai komentar dan tulisan yang mengatakan Keuskupan Maumere mencari untung, menimbun harta benda, bagaimana mungkin keuskupan memilik perusahaan dan untuk apa perusahaan itu.
“Tahun 2000 dan 2001, saya berada di Paroki Aimere, saya mendengar kesaksian langsung dari Bruder Marselus Pitang, SVD yang dulu mengurus perkebunan di lokasi tanah HGU,” ujar Pater Yoseph Kusi, SVD, Jumat (31/1/2025).
Pater Yoseph menjelaskan, hasil dari kebun di HGU Nanghalae membantu membiayai gaji para guru dan pegawai dari sekolah-sekolah misi di Keuskupan Maumere yang banyak sudah berusia lebih dari 100 tahun.
Pater yang mulai terlibat di HGU Nangahale tepatnya di Patiahu sejak 2014-2021 mengatakan, Keuskupan Maumere juga memiliki Seminari Tinggi Ritapiret, Seminari Tinggi Inter Diosesan serta Seminari Manengah Bunda Segala Bangsa.
Dia mengatakan, Keuskupan Maumere tentu harus mempunyai perhatian penuh terhadap pendidikan calon imam ini dan hasil dari kebun kelapa bisa membantu kehidupan calon imam.
“Dengan demikian menjadi jelas bahwa kebun HGU Nangahale sudah mempunyai peranan penting dan memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan di Keuskupan Maumere. Bahkan jauh sebelum negara kita merdeka,” ungkapnya.
Pater Yoseph mengatakan, siapa yang bisa membantah fakta sejarah ini dan itulah sumbangan terbesar dari kebun di HGU Nangahale.
Hasil dari kebun ini juga dipergunakan untuk membantu kehdiupan para calon imam di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero ini supaya orang tua atau keluarga tidak terbebani dengan sumbangan yang tinggi.
Kata dia, kalau dibebani dengan biaya yang sangat mahal,lama-lama orang tua tidak memasukan anak menjadi calon imam lalu kita mengeluh kekurangan imam.
Penulis : Ebed de Rosary (Kontributor)
Editor : Wentho Eliando
Halaman : 1 2 Selanjutnya