MBAY, FLORESPOS.net-Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di hadapan para siswa dan guru dalam kunjungannya di SMAS Katolik Fransiskus Xaverius Boawae, Kamis ( 30/1/2025) mengatakan, Literasi mesti kembali ke Buku.
Perkembangan dunia yang makin modern memungkinkan semua orang termasuk para siswa melakukan kegiatan dengan hal-hal yang instan.
Kata dia, dalam dunia literasi teknologi, selalu mempunyai dua sisi yang berbeda yakni sisi baik dan buruk. Hal ini tergantung pada manusia yang menggunakannya.
“Handphone Android yang diberikan oleh orang tua untuk mendukung kegiatan pendidikan bisa membuat anak menjadi baik, namun bisa pula membuat jadi rusak. Ibarat pisau dapur, jika berada di tangan orang yang tepat akan dipakai hal yang baik. Misalnya oleh seorang ibu untuk mengiris bawang. Namun, pisau dapur akan menjadi alat yang berbahay jika berada ditangan orang yang salah,” katanya.
“Di tangan seorang ibu dipakai untuk mengiris bawang namun oleh penjahat bisa dipakai untuk mencelaki orang lain,” jelasnya.
Menurur Ambros, tiga pilar pendidikan yakni guru, siswa dan orang tua harus dapat bekerja sama. Menurut Kadis Ambros, terkait literasi, terutama yang berkaitan dengan membaca dan menulis masih banyak sekolah yang kunjungan perpustakaannya masih rendah bahkan sepi peminat.
“Saat ini Negara Finlandia sudah kembali ke buku. Siswa kembali diwajibkan membaca buku. Hal tersebut juga mengingatkan kita akan pentingnya buku dalam literasi”.
Kadis Ambros menjelaskan, bila membaca di Android, tablet atau Laptop ada cahaya yang bisa mengganggu mata atau radiasi.
Menggunakan jaringan internet untuk literasi, maka godaan untuk keluar dari bahan bacaan sangatlah mungkin sehingga mengganggu konsentrasi.
“Bila kalian membaca dan fokus pada buku, lebih nyaman dan akan selesai,” tambahnya.
Penulis : Wim de Rozari
Editor : Anton Harus
Halaman : 1 2 Selanjutnya