RUTENG, FLORESPOS.net-Akhir-akhir ini terdengar adanya pariwisata murahan yang ditengarai berkembang di negeri ini. Namun, yang diinginkan di Labuan dan Flores tidak seperti itu, melainkan pariwisata yang bermartabat.
Uskup Diosis Ruteng, Mgr. Sipri Hormat ketika berbicara pada seremoni launching Festival Golo Koe tahun ini seperti data dan informasi dari Direktur Puspas Keuskupan Ruteng, Rm. Marthin Chen Pr, yang diterima wartawan, Rabu (12/4/2023) mengedepankan keinginan membangun pariwisata bermartabat. Pariwisata yang mengusung motto 3 B: Berpartisipasi, Berbudaya, dan Berkelanjutan.
“Mengapa gereja terlibat aktif membangun dan menggerakkan pariwisata? Karena kita ingin bangun pariwisata yang bermartabat,”katanya.
Seperti apa pariwisata bermartabat itu? Uskup Sipri menjelaskan ciri-ciri pariwisata bermartabat, yakni bila pariwisata itu berpartisipasi.
Berpartisipasi berarti pariwisata ini mensejahterakan rakyat jelata. Bukannya hanya menguntungkan para pemodal apalagi menyuburkan praktik mafia tanah.
Dikatakan, pariwisata super premium ini harus bermanfaat bagi petani, nelayan, peternak, pelaku UMKM, para pelaku wisata, dan publik lainnya.
Karena itu pula, demikian Uskup Sipri, tahun ini Gereja Keuskupan Ruteng meluncurkan program Pastoral Ekonomi Berkelanjutan.
Tujuannya agar umat tidak hanya dilayani dalam dahaga spiritualnya tetapi juga dipuaskan dalam lapar jasmaninya.
Menurutnya, pariwisata yang berpartisipasi tidak sekedar menjadikan warga sebagai objek yang menerima keuntungan,tetapi juga sebagai subjek, pelaku pembangunan.
Manusia adalah subjek pariwisata. Maka hindarilah “main kuda kayu” dengan membuat aturan-aturan wisata yang tidak melibatkan warga, tanpa dialog yang intensif dan mendalam dengan para pihak.
Janganlah juga membiarkan pariwisata ini jatuh dalam kendali korporasi dan dimainkan oleh pemilik duit dan kuasa demi keserakahan ekonomi semata. Warga harus terlibat dalam seluruh proses pariwisata yang berkembang.
“Pariwisata yang tepat bukanlah menyingkirkan, tetapi merangkul warga dan memberdayakannya,” katanya.
Lalu, pariwisata bermartabat bila berciri budaya. Pariwisata yang berkembang di wilayah ini mesti didesain dan dikembangkan dalam keunikan dan keindahan kultural lokal dan jati diri spiritualitas setempat.
Dalam kekayaan budaya lokal inilah pariwisata Labuan Bajo, Manggarai, Flores ini membentuk kalung mutiara yang elok bestari yang ingin dikenakan oleh setiap wisatawan yang datang berkunjung.
Kemudian, pariwisata itu bermartabat bila yang dilakukan berkelanjutan. Artinya pariwisata harus melestarikan alam lingkungan dan menjamin kehidupan generasi anak cucu kemudian. Literasi ecotourism inilah yang ingin ditulis dan dilukis di tanah subur dan molek, Nuca Lale Manggarai Raya.
Sebelumnya, Bupati Mabar, Edy Endy menyatakan apresiasi dan terimakasih atas partisipasi Gereja Keuskupan Ruteng untuk mengembangkan pariwisata secara nyata.
“Pariwisata tentu amat bermanfaat bagi kesehahteraan masyarakat dan yang berakar dalam keunikan dan kekayaan kultural-spiritual lokal,” katanya. *
Penulis: Christo Lawudin/Editor: Anton Harus