LABUAN BAJO, FLORESPOS. net – Nasib petugas Instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL) Kampung Air/Pasar Lama, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) miris juga. Sebab mereka kerap “mandi” tinja. Itu bagian dari hari-hari mereka saat kerja/Dinas.
Apa yang mereka lakoni memang demi hidup, mendapat upah, gaji/honor. Tetapi lebih dari itu, yang mereka lakukan sesunggunya luhur, menjalani karya kemanusiaan. Merawat dan melestarikan lingkungan sosial kemasyarakatan melalu kerja nyata jadi pekerja IPAL.
“Hampir setiap kali turun ke IPAL kami temui banyak kotoran dari sambungan rumah (SR). Ada cairan tinja, pembalut, pakaian dalam, dan lain-lain. Semua itu harus kita angkat buang dan bersihkan, ” ucap Koordinator Plan IPAL Labuan Bajo, Demetriana Jelita Hanu kepada Florespos. net di Labuan Bajo baru-baru ini.
Diungkapkan, secara teknis air limbah dialirkan secara gravitasi dari SR warga menuju ke unit pengelolaan IPAL Labuan Bajo manakala sistim berjalan normal.
Luapan air limbah yang muncul disebabkan karena dalam jaringan pipa IPAL terjadi penyumbatan oleh sampah maka akan terjadi peluapan pada manhole (lubang kontrol) sehingga menimbulkan aroma tidak sedap, bau busuk. Situasi ini sering terjadi pada lokasi yang sama dengan penyebab yang sama pula.
Penyebab utama masalah penyumbatan adalah sampah plastik, celana dalam, pembalut, popok dan sampah-sampah rumah tangga lainnya yang masuk dalam jaringan IPAL.
Untuk memotivasi agar kejadian tidak berulang lagi, pihak IPAL mengajak para stakeholder dan masyarakat untuk ambil bagian dalam menjaga kebersihan jaringan IPAL dengan tidak membuang sampah pada saluran air guna mencegah terjadinya penyumbatan dan luapan air yang mengganggu masyarakat.
“Ini juga sebagai hak jawab kami atas dua berita yang telah dimuat Florespos. Net sebelumnya yang berjudul IPAL meluap, warga Labuan Bajo tanpa henti hirup bau busuk, serta artike berjudul Pemkab Mabar jangan biarkan bencana kemanusiaan gegara IPAL, Suhardi: bisa rusak ASEAN Summit, ” tutur Ita.
Masih Ita, IPAL Labuan Bajo menggunakan bakteri sebagai pembantu untuk mengurai proses pengolahan air limbah. Rumah bakteri ini menggunakan mesin blower yang berproses selama 24 jam. Pengoperasian IPAL dilakukan selama 24 jam karena air limbah yang dihasilkan rumah tangga terus menerus tanpa henti.
Proses pengoperasian IPAL dimulai dari air limbah dari setiap rumah tangga, lalu dialir secara gravitasi menuju setiap manhole atau bak kontrol. Dari bak kontrol air limbah akan disedot menggunakan pompa untuk ditampung di bak pengumpul IPAL untuk kemudian mulai diolah dan diproses agar bisa layak dibuang ke badan air, tutup Ita.
Pada kesempatan yang sama Kepala Bidang (Kabid) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dan Permukiman pada Dinas Cipta Karya, Sumber Daya Air dan Tata Ruang Mabar, Yuvenalis Gregorius menambahkan, instansinya butuh anggaran Rp. 2 miliar untuk pengelolahan IPAL setempat (Labuan Bajo/Kampung Air/Pasar Lama) Tahun 2023. Dan ini sudah diajukan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPI) Mabar. Mudah-mudahan diterima, katanya.
Diberitakan media ini sebelumnya, Kepala Dinas Cipta Karya Mabar, akui bau busuk tinja dari IPAL Kampung Air Cemari Lingkungan. *
Penulis:Andre Durung/Editor:Anton Harus