ENDE, FLORESPOS.net-Yakobus Ari bersama Amatus Peta telah menciptakan ratusan lagu daerah Ende-Lio. Lagu-lagu itu kini sedang dilestarikan generasi sekarang agar tidak hilang di tengah peradaban.
Salah satu bentuk pelestarian yang sudah dilakukan yaitu video dokumenter dan dibukukan melalui program Dokumentasi Karya/Pengetahuan Maestro (DKPM). Ini merupakan Program Merdeka Belajar dari Kementrian Pendidikan dan Kementerian Keuangan.
Ada 18 program yang disiapkan dua Kementerian ini dalam konteks mendukung Merdeka Belajar. Di Kabupaten Ende, Dinas P dan K bersama beberapa guru yang dikordinir oleh Yos Borgias mengambil program DKPM. Mengapa program ini dipilih, tentu Yos Borgias ingin tetap menjaga kekayaan budaya daerahnya dan kearifan lokal.
Setelah memilih program ini, tim DKPM menggali pengetahuan Yakobus Ari dan Amatus Peta tentang budaya dan hasil karya keduanya.
Berjalan kurang lebih dua bulan lamanya, maha karya dari kedua maestro ini akhirnya dibukukan. Tim juga menghasilkan video dokumenter tentang budaya.
Karya itu sudah diluncurkan, Sabtu (25/3/2023) pada acara peluncuran DKPM oleh Kepala Dinas P dan K Ende, Mensi Tiwe.
Pada saat peluncuran, Opa Kobus diberikan kesempatan untuk berbicara dihadapan Kepala Dinas P dan K Ende dan jajarannya, para dosen, kepala sekolah, pegiat seni budaya, undangan dan pelajar yang hadir.
Pria asal Wolotopo kelahiran 12 Februari 1941 tetap terlihat tegar menyapa audiens dan masih bisa melantunkan sebait lagu karya bersamanya dengan Ferdy Levi “Ende Deku Dengu”.
Diakhir pembicaraannya, Opa Kobus menyentil gelar maestro pencipta lagu daerah yang telah disematkan kepadanya dan Amatus Peta.
Dari gesturnya hingga kata-kata yang keluar dari mulutnya Opa Kobus rupanya masih berat dan enggan menerima gelar itu. Opa Kobus bilang gelar itu cocok untuk orang yang berkarya di Jakarta.
“Saya rasa berat terima gelar ini. Karena menurut saya gelar ini untuk orang- orang di pusat sana. Saya hanya memberikan apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga kekayaan daerah saya,” kata Opa Kobus.
Namun setelah berdiskusi dan diberikan penjelasan oleh Yos Borgias Cs, Opa Kobus baru mengerti dan menerima gelar itu. Karena menurutnya, gelar maestro itu adalah pengakuan publik bukan diberikan oleh orang tertentu.
“Saya terima dan disebut maestro apabila datang dari khalayak. Saya tidak mau itu hanya orang tertentu yang sebut,” kata Opa Kobus.
Opa Kobus mengatakan, sebagai pencipta lagu di zamannya itulah kekuatan dan kemampuan yang sudah dipersembahkan untuk Ende-Lio tercinta.
Yakobus berharap ada maestro baru di zaman modern yang tetap menjaga kearifan lokal.
“Sebagai maestro di zaman saya itu yang bisa saya berikan dan persembahkan untuk Ende. Saya berharap ada lagi yang lebih maju dan melebihi saya dan Amatus Peta di zaman ini,” katanya.
“Mari kita melakukan sesuatu yang lebih besar dan dirasakan oleh banyak orang. Mari kita bernyanyi karena bernyanyi itu bahagia,” kata Opa Kobus.
Penggagas program DKPM Ende, Yos Borgias menyampaikan terima kasih kepada kedua maestro Yakobus Ari dan Amatus Peta yang telah mengambil bagian membantu program ini.
Panitia juga menyampaikan terima kasih kepada Dinas P dan Ende yang terus mendukung dan memfasilitasi kegiatan ini.
“Terima kasih kepada Opa Kobus dan Bapak Amatus yang telah meluangkan waktu membantu dan ada bersama kami. Terima kasih ibu Kadis P dan K Ende dan seluruh jajaran yang sudah bersinergj serta selalu berada bersama kami,” katanya.* (Bersambung)
Penulis: Willy Aran / Editor: Wentho Eliando