Opa Yakobus Tidak Sekolah Musik, Tapi Ciptakan Ratusan Lagu Ende-Lio (1)

- Jurnalis

Sabtu, 25 Maret 2023 - 19:09 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ENDE, FLORESPOS.net-Nama sang maestro pencipta lagu daerah Ende-Lio, Yakobus Ari tidak asing lagi di telinga masyarakat Kabupaten Ende, NTT.

Ia adalah salah seorang pencipta lagu daerah Ende-Lio dan budayawan yang sudah melegenda pada beberapa generasi di Kabupaten Ende.

Opa Kobus, sapaan akrab di keluarga dan seniman selalu hadir dalam setiap festival lagu daerah dan seminar tentang budaya yang digelar di Ende.

Setiap kali hadir, Opa Kobus selalu memberikan gagasan dan motivasi kepada generasi muda untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya lokal agar tidak pupus di makan zaman.

Karya dan pengetahuan Yakobus Ari bersama Amatus Peta kini telah digali melalui program Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro (DKPM) yang digagas oleh Yos Borgias Cs.

Karya dan pengetahuan dari kedua maestro ini telah dibukukan dan dibuat dalam video dokumenter yang diluncurkan pada Sabtu (25/3/2023), di Aula Mautapaga oleh Kepala Dinas P dan K Kabupaten Ende, Mensi Tiwe.

Opa Yakobus Ari hadir pada acara peluncuran itu. Mengenakan busana adat Lio, Maestro yang mulai menciptakan lagu daerah sejak 1957 ini diberikan kesempatan berbicara, menceritakan alasannya menciptakan lagu daerah dan pesannya untuk generasi muda.

Satu kalimat yang membuat semua orang dalam ruangan aula itu terdiam saat Opa Kobus bilang begini, “Saya tidak sekolah musik tetapi bisa ciptakan banyak lagu maka kalian yang sekolah musik harus lebih dari saya”.

Baca Juga :  Kopdit Obor Mas Berikan Andil Signifikan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di Ende

Meski demikian, Opa Kobus tetap menekankan pada lagu daerah Ende – Lio.

Meski sudah berusia 82 tahun, Opa Kobus tetap terlihat semangat saat berbicara dan menyanyi. Jiwa musik dan budaya sudah mengakar dalam dirinya sehingga usia bukan jadi penghalang baginya untuk berkarya dan berbagi pengetahuan.

Opa Kobus menceritakan mulai menciptakan lagu pertama pada tahun 1957 saat masih duduk di kelas 1 Sekolah Guru Agama (SGA) Ndao.

Lagu itu diciptakannya setelah banjir melanda Wolotopo. Saat itu tidak ada alat musik maka ia hanya mengandalkan senandung di kesunyian.

Setelah lagu itu mulai dinyanyikan, Opa Kobus tertantang dan kembali melahirkan sederet lagu yang syairnya tetap dalam bahasa daerah Ende- Lio. Mengapa lagu daerah Ende – Lio karena Opa Kobus sangat mencintai budaya lokal dan tak ingin budayanya pupus dimangsa zaman.

Dari ratusan lagu yang telah ia ciptakan ternyata ada satu lagu yang paling berkesan. Lagu itu adalah karya bersama Opa Kobus dan Opa Ferdy Levi yang berjudul “Ende Deku Dengu”.

Baca Juga :  Ini 15 Penyakit yang Bisa Diatasi dengan Daun Sirih Merah

Lagu ini tentang Ende dan menggambarkan jiwa Opa Kobus yang sangat mencintai budaya Ende- Lio. Lagu ini tetap populer lintas generasi dan menjadi lagu wajib pada lomba pop Singer tingkat SD dan SMP beberapa waktu lalu.

Meski melahirkan ratusan lagu dalam bahasa daerah Ende – Lio tapi Yakobus Ari sadar bahwa tidak pernah belajar khusus di sekolah atau sekolah musik.

Semua karya itu ia hasilkan karena kemauan dan cintanya terhadap budaya lokal serta bisikan Tuhan.

“Saya tidak sekolah musik dan belajar musik liturgi. Saya hanya dengung dan senandung saja akhirnya jadi karya. Saya percaya bahwa ini adalah suara atau bisikan tuhan dalam diri,” kata Opa Kobus.

Opa Kobus mengharapkan kepada generasi sekarang khususnya yang belajar tentang musik harus melebihi dirinya. Harus lebih banyak melahirkan karya-karya untuk tetap menjaga budaya dan kearifan lokal.

“Kalian yang sekarang harus lebih hebat dari saya dan Amatus Peta. Kalian harus menjadi maestro mudah yang harus melebihi saya tetapi tetap menciptakan lagu daerah Ende-Lio,” kata sang Maestro. *(Bersambung).

Penulis: Willy Aran / Editor: Wentho Eliando

Berita Terkait

Gunung Api Anak Ranaka di Manggarai NTT Naik Status Ke Level Waspada
5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo
Dewan Minta Pemkab Manggarai Barat Evaluasi Perumda Bidadari
Reses di Desa Nuaone Detusoko, Nando Watu Dorong Pemdes Selesaikan Masalah Adminduk
Pemungutan Suara Ulang Pilgub NTT di Flores Timur, Ini Jumlah DPT Dua TPS Pukentobi Wangibao
Pandangan Mariana Lusia Tentang Permaculture
FLC: Pengembangan Pertanian Regeneratif dan Permaculture Dukung Pariwisata Berkelanjutan
Kantor KPU Nagekeo Didatangi Kasat Intelkam, Ada Apa?
Berita ini 85 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 Desember 2024 - 07:42 WITA

Gunung Api Anak Ranaka di Manggarai NTT Naik Status Ke Level Waspada

Selasa, 3 Desember 2024 - 19:23 WITA

5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo

Selasa, 3 Desember 2024 - 18:55 WITA

Dewan Minta Pemkab Manggarai Barat Evaluasi Perumda Bidadari

Selasa, 3 Desember 2024 - 13:02 WITA

Reses di Desa Nuaone Detusoko, Nando Watu Dorong Pemdes Selesaikan Masalah Adminduk

Selasa, 3 Desember 2024 - 12:09 WITA

Pemungutan Suara Ulang Pilgub NTT di Flores Timur, Ini Jumlah DPT Dua TPS Pukentobi Wangibao

Berita Terbaru

Peserta tes PPPK 3 Manggarai NTT 2024 sedang menunggu giliran tes di ruang tunggu Kantor Bupati Mabar di Labuan Bajo, Selasa (3/12/2024).

Nusa Bunga

5.741 Warga Manggarai Raya Ikuti Tes PPPK di Labuan Bajo

Selasa, 3 Des 2024 - 19:23 WITA

Anggota DPRD Manggarai Barat, Bernadus Ambat

Nusa Bunga

Dewan Minta Pemkab Manggarai Barat Evaluasi Perumda Bidadari

Selasa, 3 Des 2024 - 18:55 WITA