RUTENG, FLORESPOS.net-Dengan mendasarkan diri pada seruan “Berilah Aku Minum”, Uskup Ruteng, Mgr. Sipri Hormat menyentil tentang kondisi riil dunia saat ini.
Uskup Sipri bersuara prihatin dengan perang Rusia dan Ukraina dan gempa bumi di Turki dan Ciganjur.
Dalam kopian Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2023 yang diterima wartawan dari Komsos Puspas Keuskupan Ruteng, Kamis (9/3/2023), Uskup Sipri mengatakan, “Berilah Aku Minum” merupakan simbol rintihan orang-orang zaman ini yang terpuruk dalam lembah kesengsaraan mendalam.
“Yesus menyuarakan duka derita setiap orang yang menjerit akan pembebasan dan pertolongan. Begitu banyak orang tak bersalah menjadi korban peperangan yang masif dan mengenaskan di berbagai belahan bumi seperti di Ukraina,” katanya.
Dikatakan, fakta penuh duka juga berupa puluhan ribu orang terjepit dalam puing-puing kehancuran gempa bumi di Turki dan Syria, dan juga di Cianjur, dalam wilayah tanah air ini.
Lalu, tak terbilang jumlah orang-orang yang mengalami kemiskinan dan kelaparan akibat resesi ekonomi dunia. Tak terhitung anak-anak dan perempuan menjadi korban kekerasan di tengah masyarakat dan bahkan di dalam keluarga.
Kemudian, sekian banyak keluarga migran dan anak stunting menderita di keuskupan ini. Begitu banyak orang zaman ini yag haus akan perhatian, dukungan dan kasih sayang.
“Yesus mengajak kita semua untuk bergerak menolong semua orang yang menderita. Kita didorong untuk bergandengan tangan merangkai rajutan solidaritas di tengah-tengah dunia yang haus dan lapar ini,” katanya.
Menurutnya, “Berilah Aku minum” adalah juga rintihan Tuhan yang mendorong pastoral ekonomi berkelanjutan di Keuskupan Ruteng pada tahun 2023 ini.
Program pastoral ini sangatlah kontekstual. Sebab data aktual memperlihatkan bahwa sekitar 21 persen warga di Manggarai Raya masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Dalam situasi kemelaratan umat ini, lanjut Uskup Sipri, semua dipanggil untuk gencar dan kreatif bersama-sama membangun kesejahteraan ekonomi dan terlibat dalam program mengentaskan kemiskinan di bumi Nucalale ini.
Dalam keseharian, lanjut Uskup Sipri, semua saja tidak hanya melakukan karya diakonia karitatif, yang memberikan bantuan material langsung kepada korban yang membutuhkan, tetapi juga karya diakonia transformatif yang menganimasi dan memfasilitasi umat agar dapat mengembangkan ekonomi yang mensejahterakan “di atas kaki sendiri”.
Uskup Sipri mengingatkan semua bahwa Prapaskah dan Paskah bukanlah sekadar perayaan liturgis yang berakhir dengan gegap gempita nyanyian halleluya, melainkan sebuah momentum transformatif.
Perayaan kebangkitan Tuhan merupakan perutusan bagi untuk memperbarui diri dan merajut dunia dengan peradaban kasih.
Sebelumnya, Ketua Komsos Rm. Erik Ratu Pr, mengatakan, seperti biasa Surat Gembala telah dikirim ke mana-mana guna dibacakan. Dengan itu, menjadi perhatian semua di Keuskupan Ruteng ini baik atas situasi dunia, situasi di negara ini hingga keadaan riil kehidupan sehari-hari.
“Surat gembala ini harus dibacakan setiap kali ada pertemuan umat atau pada misa-misa pada masa prapaskah ini,” katanya.*
Penulis: Christo Lawudin / Editor: Wentho Eliando