BAJAWA, FLORESPOS.net-Dalam mendukung Program Tante Nela Paris (Tani, Ternak, Nelayan dan Pariwisata), Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus melakukan berbagai kebijakan.
Selain telah dibagikan sejumlah alat mesin pertanian, kapal penangkap ikan, Pemda Kabupaten Ngada juga mengadakan alat pemecah kemiri untuk wilayah potensi tanaman kemiri.
Alat pemecah kemiri itu, diujicoba, Rabu (8/3/2023), di kompleks Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Ngada. Uji coba alat itu disaksikan langsung oleh Bupati Ngada, Andreas Paru dan Wakil Bupati Raymundus Bena.
Tampak hadir juga, Sekda Ngada, Theodisius Yosefus Nono, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Ngada, Laurensius Ngiso Godja, para Camat, para kepala desa dan pengurus BUMDes yang memiliki potensi Kemiri.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Ngada Laurensius Ngiso Godja, mengatakan alat pemecah kemiri itu melalui pengadaan yang dilakukan oleh di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngada.
Dia menjelaskan, Pemda Kabupaten Ngada melalui dana pinjaman daerah Tahun 2022 mengadakan alat pemecah kemiri dalam satu paket terdiri dari 5 unit yaitu Genset 7 KW, alat pemanas atau pengering kemiri gelondong, freezer atau pendingin, alat pemecah dan penyaring senilai Rp 1,8 miliar.
Alat tersebut diadakan tentu karena potensi kemiri di Kabupaten Ngada cukup besar tersebar di 9 kecamatan. Total produksi 9.000 ton per tahun dan tertinggi di wilayah Kecamatan Bajawa Utara, yakni Desa Inegena.
Laurensius Ngiso mengatakan, secara faktual, dalam tata niaga kemiri masyarakat masih menjual kemiri gelondong dengan harga gelondong Rp.9.000 lebih per kg.
Di pasaran saat ini, kemiri yang sudah diolah berkisar Rp.54.000 hingga Rp.56.000 per kg, bahkan buah setengah jadi atau 50 persen pecah dijual dengan harga Rp.47.000 per kg. Daging kemiri dalam bentuk menir dengan harga Rp.18.000 per kg dan yang halus Rp.12.000 per kg.
“Ini artinya perbedaan nilai dengan kemiri gelondong sangat tinggi. Sehingga dihadirkan peralatan ini untuk diserahkan kepada desa-desa melalui BUMDes,” kata Laurensius Ngiso.
Laurensius Ngiso mengatakan, setelah uji coba akan turun ke desa bersama teknisi dan operator untuk dilakukan perakitan dan uji coba di lapangan.
Bupati Ngada Andreas Paru mengatakan, peralatan tersebut merupakan tindak lanjut dari Program Tante Nela Paris. Ini untuk pemberdayaan petani. Hal lain agar nilai jual dari produksi kemiri dapat lebih terjamin.
Menurutnya, harga kemiri di pasaran cukup baik sehingga diharapkan dengan adanya alat tersebut akan memberikan nilai tambah juga kepercayaan dari para pedagang kemiri bahwa di Ngada tidak lagi menggunakan peralatan tradisional.
Peralatan modern yang digunakan tentunya juga dapat meningkatkan kualitas kemiri itu sendiri saat dijual oleh masyarakat.
Bupati Andreas Paru mengatakan, satu paket peralatan juga ada Genset di mana ada beberapa desa produksi kemiri tidak memiliki jaringan listrik PLN sehingga dapat juga dimodifikasi untuk penerangan.
Alat pemecah kemiri ini, juga menjadi contoh bagi desa-desa lainnya sehingga dapat dialokasikan dari dana desa.
Bupati Andreas Paru meminta agar tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut harus dipersiapkan dengan baik agar dapat bertahan lama. Untuk itu perlu pelatihan bagi tenaga operator yang mengoperasikan peralatan tersebut.
Bupati Andreas Paru mengatakan, peralatan tersebut bersumber dari pinjaman daerah juga merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Untuk itu jaga dan rawat perlatana tersebut secara baik.*
Penulis: Wim de Rozari / Editor: Wentho Eliando