LABUAN BAJO, FLORESPOS.net-Penduduk Desa Nangabere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam kelaparan karena gagal panen.
Yopy Widianti, anggota DPRD Mabar asal Fraksi Nasdem mengatakan itu kepada media ini di DPRD Mabar di Labuan Bajo, Senin (6/3/2023).
Menurut Widianti, Februari 2023 lalu dirinya reses di Nangabere. Dia dengar sendiri keluh kesah warga setempat tentang krisis pangan, beras khususnya.
“Mereka keluhkan itu pada saya. Mereka gagal panen. Sekarang mereka terancam kelaparan,” kata Widianti.
Menurut Widianti, sumber hidup masyarakat Nangabere rata-rata dari lahan kering. Selain itu dari peternakan, antara lain kambing dan kerbau. Ada pula tanaman perkebunan seperti jambu mete dan lain-lain. Penghasilan lainnya, yakni madu hutan.
Namun belakangan masyarakat Nangabere kurang bersemagata urus jambu mete karena dimanja oleh BLT (Bantuan Langsung Tunai), program dari Pemerintah Pusat (Perpus). Perhatian terhadap tanaman mete justru tidak lagi gairah seperti dulu.
“Saya dulu pembeli mete. Mete Nangabere kualitasnya bagus- bagus, ” komentar Widianti.
Masih Widianti, masalah lain yang masih lilit kehidupan masyarakat Nangabere sampai kekarang yaitu transportasi. Jalan ke sana belum diurus sempurna. Jembatan Wae Mese belum dibangun. Kendaraan dari dan ke Nangabere kecuali musim kering, yaini kendaraan roda 2/sepeda motor.
Selebihnya ikut transportasi laut, motor laut. Khusus rute Nangalili- Nangabere atau sebaliknya, waktu tempuh lebih kurang 4 jam. Itu pun tidak setiap hari. Nangalili bagian dari wilayah Kecamatan Lembor Selatan.
Lanjut Widianti, anak-anak SD setempat Nangabere pergi pulang sekolah selalu menyusuri kali/sungai Wae Mese. Dan pas banjir, hampir pasti mereka alpa, tidak ke sekolah karena takut resiko.
Ada bersama Widianti saat itu antara lain Vitus Usu yang juga anggota Fraksi Nasdem DPRD Mabar.
Seperti diketahui, Nangabere yang sering disebut Nisar itu berada di mulut Laut Sawu. Nangabere juga bagian dari Taman Nasional Laut Sawu. *
Penulis: Andre Durung / Editor: Anton Harus