LABUAN BAJO, FLORESPOS.net – Ketersediaan beras di masyarakat /petani sepertinya kian langka, tidak terkecuali di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini memicu harga pangan satu itu naik tajam di Mabar, termasuk di Pasar Rakyat Batu Cermin Labuan Bajo belakangan, seperti dilansir media ini sebelumnya.
Efek krisis tersebut, hari-hari terakhir dikabarkan mobol-mobil pengusaha/masyarakat dari luar Mabar lalu lalang dan berbondong- bondong datangi Mabar. Bahkan masuk langsung petak-petak sawah setempat, khususnya di lokus-lokus yang sedang panen. Mereka datang cari dan membeli beras petani sawah setempat dengan harga Rp12 ribu per kilogram.
“Kemarin dulu oto-oto (mobil) dari Bajawa (Ngada Flores) datang di Lembor dan langsung masuk petak-petak sawah untuk beli beras warga. Hanya saya lupa foto otonya,” komentar Vitus Usu, anggota DPRD Mabar kepada Florespos.net di Labuan Bajo, Senin (6/3/2023).
Tetapi, lanjut Usu, para pengusaha yang mendatangi Lembor tersebut, termasuk dari Bajawa, sepertinya susah dapat beras. Karena di Lembor sekarang kesulitan beras juga, belum panen.
Adapun daerah persawahan Lembor yang panen sekarang cuma sebagian kecil saja, antara lain di Cambir dan Lembor kiri. Lembor irigasi nasional dan merupakan daerah persawahan terluas di Mabar, sekitar ribuan hektare (ha), ungkap Usu.
Sekarang, kata Usu, harga beras di Lembor juga naik tajam. Setiap kilogramnya Rp12 ribu. Padahal sebelum-sebelumnya jauh di bawah itu.
“Saya kemarin dulu beli beras di Lembor. Harganya naik sekali, dua belas ribu rupiah per kilogram. Padahal saya punya sawah di sana, tapi padinya masih bunting,” ucap Usu.
Menurut Usu, melonjaknya harga beras di Mabar sekarang, tidak terkecuali di Lembor, karena stok terbatas. Beras setempat sedang mengalami kelangkaan, kata wakil rakyat yang juga asal Lembor itu.
Anggota DPRD Mabar, Yopy Widianti, juga senada. Bahwa harga beras di Mabar hari-hari terakhir meroket tajam gegara permintaan pasar tinggi, sementara stok terbatas. Naik hampir tiap hari dan ini hukum pasar.
“Kemarin saya beli beras di Lembor seharga empat belas ribu rupiah per kilogram. Sebelumnya jauh dibawah itu, ” tutur Widianti kepada media ini di Labuan Bajo, Senin (6/3/2023).
Belakangan, kata Widianti, banyak mobil dari luar Mabar datang cari dan beli beras di Lembor dengan harga belasan ribu rupiah per kilogram. Antara lain mobil dari Maumere, Ende, dan Bajawa. Tapi susah dapat karena di Lembor juga sulit beras, ujarnya.
Widianti yang juga asal Lembor mengungkapkan, banyak sebab pemicu lonjakan harga beras di Mabar belakangan. Di antaranya karena kurang hasil ataupun gagal panen, baik untuk sawah-sawah irigasi bagus seperti Lembor maupun di sawah-sawah tadah hujan (tadahan).
Sehubungan dengan ini pula, banyak faktornya. Di antara lain akibat cuaca ekstrem. Tempo hari banyak sawah tadahan di Mabar gagal tanam atau pun terlambat tanam karena kekeringan. Tetapi kemudian curah hujan tinggi hingga menyebabkan banyak sawah ataupun irigasi rusak diterjang banjir.
Kemudian untuk sawah-sawah di irigasi permanen seperti Lembor, tanam tidak serempak sehingga membuat hama dan penyakit beranak pinak di sana, karena hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain di daerah irigasi Lembor. Akhirnya produksi padi setempat menurun tajam, terang Widianti.
Widianti dan Usu khawatir harga beras di Mabar bakal naik tajam hingga April mendatang. Jalan untuk menekan ini mungkin cuma operasi pasar, ujar mereka.
Warga Labuan Bajo bernama Matheus Ngabut kepada media ini di ibu kota Mabar itu, Senin (6/3/ 2023) membenarkan harga beras setempat sekarang naik tajam.
“Tadi pagi saya beli beras seharga tujuh ratus ribu per karung isi lima puluh kilogram. Sebelumnya jauh di bawah itu, ” katanya singkat. *
Penulis:Andre Durung/Editor:Anton Harus