RUTENG, FLORESPOS.net – Kota Ruteng dengan predikat kota dingin sudah tidak lagi menjamin bebas dari nyamuk Aedes Aegypti penyebar virus dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kasus positif DBD sudah banyak ditemukan di Kota Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Manggarai, NTT.
Menurut Kadis Kesehatan Manggarai drg. Bartolomeus Hermopan melalui Sekretarisnya Marten Oman yang ditemui wartawan, Kamis (2/3/2023), dari banyak kasus DBD dari tahun lalu dan awal tahun ini, sesuai dengan data dari bagian teknis P2P bahwa ada pasien yang tidak pernah ke mana-mana. Tetapi, hasil pemeriksaan laboratorium positif DBD.
“Hal itu berarti bahwa nyamuk ini sudah di Manggarai. Virus juga ada di sekitar kita. Banyak temuan positif DBD akibat serangan lokal bukan impor,” katanya.
Dikatakan, di Kota Ruteng dan Kecamatan Ruteng, dan Wae Rii, masuk kategori wilayah dingin. Dulu tidak ada kasus, tetapi belakangan ini sudah banyak pasien positif DBD. Predikat dingin itu sudah tidak menjamin bebas nyamuk DBD lagi.
Mengapa nyamuk DBD bisa hidup di wilayah kategori dingin, demikian Sekretaris Marten, penjelasan teknisnya adalah dampak pemanasan global yang juga terasa di daerah ini. Suasana alam dan lingkungan yang terasa dingin oleh manusia, tetapi hangat dan panas oleh nyamuk.
Cuaca yang hangat dan panas itu, lanjut Sekretaris Marten, menjadi faktor pendukung hidup dan berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini hidup dan bisa bertahan dalam lingkungan seperti itu.
Faktor pendukung lain, lanjut Sekretaris Marten, alam yang selalu lembab, basah, dan berair di daerah ini. Di situlah nyamuk malaria ini hidup dan berkembang biak. Dugaan sementara ini, nyamuk itu sudah banyak hidup dan berkembang biak di Kota Ruteng ini.
Sekretaris Marten mengatakan, walaupun banyak kasus positif, serangan DBD di Manggarai masih dalam skala sporadis. Munculnya tersebar pada pada sejumlah tempat dalam kota. Lain cerita kalau dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut selalu terjadi serangan DBD pada satu titik yang sama. Yang seperti itu sudah masuk daerah endemis.
Dalam dalam kasus DBD di Kota Ruteng pada awal tahun ini, Sekretaris Marten menjelaskan, memang perlu ditelusuri lebih detail tentang riwayat pasiennya. Apakah pernah pergi ke tempat yang endemis malaria DBD sebelumnya atau tidak. Dari situ baru akan tahu, apakah DBD itu dibawa dari tempat lain atau akibat gigitan nyamuk di wilayah ini sendiri.
Untuk mengamankan diri, prinsipnya, harus melakukan hal-hal membebaskan diri dari nyamuk itu seperti membersihkan atau memusnahkan tempat-tempat yang memungkinkan nyamuk ini hidup dan berkembang. Abate yang dibagikan harus dipakai agar jentik nyamuk mati dan pada waktunya dilakukan fogging agar nyamuk dewasa mati.
Sebelumnya, seorang warga Kota Ruteng, Domi Wara mengatakan, upaya pencegahan sebaiknya dilakukan dalam gerakkan agar semua terdorong untuk membasmi semua tempat perindukkan nyamuk. Kalau tidak, orang merasa biasa-biasa saja dengan DBD ini.
“Perlu gerakan bersama agar setiap orang atau rumah tangga disadarkan akan bahaya DBD. Dengan itu, semua bergerak untuk membersihkan lingkungan agar nyamuk penyebab DBD tidak terus berkembang,” katanya. *
Penulis:Christo Lawudin/Editor:Anton Harus