Tirai Bambu. Terminologi yang lazim didengar dalam ziarah perjalanan dunia. Terminologi ini merupakan julukan yang dialamatkan kepada negara Cina.
Ada dua alasan mengapa negara yang memilki penduduk terbanyak di dunia ini dijjuluki negara tirai bambu.
Pertama, karena Cina menjadi icon bambu berkualitas tinggi di dunia. Bambu Cina (Bambusa multiplex) sangat terkenal dengan kualitasnya yang sangat kuat dan tidak mudah patah.
Konon petani bambu cina harus menyiram bibit bambu yang ditaruh di pot setiap pagi sebelum terbit matahari dan setelah terbenamnya matahari selama 6 tahun.
Jika tidak rajin melakukan hal ini maka tanaman ini akan mati dan tidak akan tumbuh. maka dibutuhkan kesabaran dalam melakukannya dan setelah 6 tahun menyayangi tanaman ini barulah keluar tunasnya, dan dalam waktu 6 bulan tanaman bambu ini memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari tanaman di sekitarnya.
Kedua, julukan itu tidak terlepas dari eksistensi Cina selama beberapa dekade silam yang berpaham solialis sehingga sangat tertutup dengan dunia luar.
Mengapa Cina menutup diri? Karena pada saat itu negara itu merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan kemajuan teknologi yang sampai-sampai negara-negara di Eropa sangat ingin menirunya, namun berbeda dengan negara di Eropa, Cina malah menolak untuk meniru teknologi barat dan bersikap menutup diri dari perdagangan barat dengan alasan dianggap membawa pengaruh buruk buat negerinya. Setelah membuka diri, Cina mendobrak perekonomian dunia dan mulai dikenal sebagai raksasa ekonomi.
Lain Cina yang nota bene Negeri Tirai Bambu, lain pula Ngada, salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki sejarah yang agak unik tentang bambu.
Kabupaten Ngada merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang sejak zaman nenek moyang hingga saat ini, warganya selalu mengembangkan tanaman bambu.
Nama Kabupaten Ngada dengan bambunya menjadi viral ketika Presiden Jokowi mengunjungi wilayah itu pada 1 Juni tahun 2022.
Saat itu orang nomor satu di RI ini mengenakan pakaian adat Bajawa (Sapu Lu’e) yang terbuat dari serat bambu.Busana bambu ini dibuat/ditenun oleh seorang nenek warga Langa, Kecamatan Bajawa bernama Monika Ngadha.
Pakaian adat yang dibuat oleh nenek berusia 67 tahun saat itu disiapkan secara khusus oleh Bupati Ngada Paru Andreas, S.H.M.H.
Pakaian adat yang didesain secara khusus ini terbuat dari aneka bahan alam di antaranya daun jati putih, daun ketapang, batang bakau, dan aneka bahan lainnya. Materi-materi yang disiapkan ditenun dengan menggunakan benang dari serat bambu.
Perihal busana khusus yang terbuat dari serat bambu yang dikenakan Presiden Jokowi ini dikisahkan kembali oleh Bupati Ngada Paru Andreas saat tatap muka dengan Pimpinan dan Staf Florespos.net online dan Florespos.net cetak di Rumah Jabatan Bupati Ngada, pada Sabtu 25 Februari 2023.
Bupati Andreas Paru pada kesempatan ini secara gamblang menjelaskan pelbagai potensi dan kakayaan yang dimiliki daerahnya di antaranya bambu.
Bupati Paru Andreas pada kesempatan ini menjelaskan secara detail enam jenis bambu yang ada di Kabupaten Ngada.Pertama, bambu yang dalam bahasa setempat disebut Bheto, dan memiliki nama umum Betung, dari Famili Gramineae dengan nama genus Dendrocalamus dan nama ilmiah Dendrocalamus asper
Kedua, bambu yang dalam bahasa lokal disebut Peri (ngura/sese) dengan nama umum ater / pering, dari Famili Gramineae dengan nama genus Gigantochloa dan nama ilmiah Gigantochloa atter.
Ketiga, bambu yang dalam bahas alokal disebut Guru (ngura/sese) dengan nama umum Ampel /gurung Bambusa dari Famili Gramineae, genus Bambusa, dan nama ilmiah Bambusa vulgaris.
Keempat,bambu yang dalam bahasa lokal disebut To’e gaa dan memiliki nama yang lazim disebut Aur duri, dari Familia Gramineae, nama genus Bambusa, dan nama ilmiah Bambusa blumeana.
Kelima, bambu yang dalam bahasa lokal disebut Peri kedhi, sementara nama umum disebut bulu/talang dari Famili Gramineae, nama genus Schizostachyum, dan nama Ilmiah Schizostachyum brachyladum.
Keenam bambu yang dalam bahasa lokal disebut Yea dan memiliki nama umum wulu Bulu tipis/Suling dari famili Gramineae, nama genus Schizostachyum, dan nama ilmiah Schizostachyum blumei.
Menurut Bupati Paru Andreas, dari enam jenis tanaman bambu yang sudah ada di Kabupaten Ngada sejak zaman dahulu hanya ada tiga jenis bambu yang dominan dibudidayakan dan digunakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu dan dikenal dengan sebutan bambu Ngada.
Ketiga jenis bambu yang dimaksudkan itu, urai Bupti Paru Adreas adalah Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan sebutan lokal Bheto; Bambu Pering (Gigantochloa atter) dengan sebutan lokal Peri, dan Bambu Gurung/Aur (Bambusa vulgaris) dengan sebutan lokal Guru.
Data Potensi Bambu di Kabupaten Ngada
Bupati Paru Andreas membeberkan data riil bambu yang ada di Kabupaten Ngada posisi tahun 2020.
Pertama, Betung / Bheto ada 75.570 dan jumlah batang ada 27.619.214.
Kedua, Peri/ Ater dengan jumlah rumpun 10.680 dengan jumlah batang 384.340.
Ketiga, Guru/ Ampel dengan jumlah rumpun 10.423 dan jumlah batang 304.773. Dengan demikian total rumpun bambu untuk tiga jenis di atas posisi tahun 2020 sebanyak 96.672 dengan jumlah batang 28.308.327.
Bupati Paru Andreas menggarisbawahi ketekadannya untuk terus mengembangkan tanaman bambu dengan budidaya bambu berbasis masyarakat setempat dengan tujuan.
Pertama,untuk melestarikan lingkungan dengan program penghijauan dan pemanfaatan lahan kritis melalui budidaya bambu betung (Dendrocalamus asper), sebagai bentuk konservasi tanah dan air.
Kedua, sebagai bentuk penyediaan bahan baku industri berkelanjutan dan bentuk kegiatan riil pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat, dan sebagai penyediaan bahan baku industri dan sumber energi biomasa bagi masyarakat desa.
Ketiga, melahirkan industri kerajinan rumah tangga yang dapat dilakukan oleh generasi muda dan masyarakat desa yang secara tidak langsung dapat meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan positif dan mendatangkan income.
Keempat, Secara global, penanaman bambu mampu berkontribusi terhadap isu perubahan iklim yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca (green house effect), serta dalam jangka panjang menghadirkan sumber mata air baru.
Bupati menyebut beberapa hal yang diharapkan dari pengembangan bambu dan manfaatnya.
Pertama, mengkonservasi tanah dan air, bahan baku bioenergi, industri dan kewirausahaan masyarakat, serta meningkatkan nilai sosial budaya dan klaim kepemilikan lahan secara komunal
Kedua, mampu meningkatkan daya serap tenaga kerja, khususnya generasi muda yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
Ketiga, selain mampu berperan sebagai tumbuhan yang berfungsi secara ekologi, bambu betung ini juga diharapkan mampu meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Keempat, jangka panjang, menghadirkan sumber mata air baru.
Dalam upaya mengembang tanaman bambu, Bupati Paru Andreas melakukan kebijakan penanaman bambu yang sudah dilaksanakan sejak bulan Januari 2022 sebanyak 12.534 bibit anakan bambu.
Bupati juga telah membuat program pengembangan tanaman bambu di sejumlah lahan kritis di Kabupaten Ngada selama masa kepemimpinannya, termasuk di lahan kritis milik masyarakat seluas ±23.146,75 Ha dengan jarak tanam 5 x 5 meter dibutuhkan bibit anakan bambu sebanyak ±9.258.700 koker.
Sedangkan perkiraan untuk gambaran perkembangan jumlah rumpun bambu dan batang bambu pada saat yang akan datang apabila penanaman bambu dapat dilakukan pada lahan kritis yang ada dilahan masyarakat seluas ±23.146,75 Ha dan dalam kawasan hutan seluas ±19.180 Ha, lanjut Bupati maka dalam kurun waktu 5 – 7 tahun ke depan jumlah rumbun bambu di Kabupaten Ngada sebanyak 184.506 rumpun bambu dengan 70.959.523 batang bambu.
“Dengan kondisi ini maka Ngada tidak akan mengalami kesulitan bahan baku bambu yang dikelola dengan pendekatan Hutan Bambu Lestari untuk memasok kebutuhan Sentra Industri Bambu yang akan dibangun di wilayah Kabupaten Ngada,” kata Bupati Paru Andreas.
Presiden Jokowi Jatuh Cinta dengan Bambu Ngada
Telah digambarkan pada awal tulisan ini bahwa saat orang nomor satu di RI mengunjungi Kabupaten Ngada pada 1 Juni 2022 lalu, Bupati Ngada menyiapkan secara khusus busana adat untuk Presiden Jokowi.
Uniknya pakaian adat yang ditenun secara khusus oleh salah seorang warga Ngada Ibu Monika Ngadha (alm) ditenun dengan menggunakan serat bambu.
Bupati Ngada Paru Andreas saat ini menjelaskan secara sekilas tentang pakaian adat yang disiapkan itu, serta bagaimana Kabupaten yang dipimpinnya memiliki banyak potensi bambu.
Melalui diplomasi pakaian adat terbuat dari aneka bahan lokal dan dijahit dengan serat bambu ini, Bupati Ngada Paru Andreas mau menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa Kabupaten Ngada merupakan Kabupaten Tirai Bambu di Provinsi NTT, khususnya, dan Indonesia umumnya.
Awal perjumpaan ini membuat hati Presiden Jokowi berbunga-bunga dan merasa bangga dengan pelbagai potensi alam dan budaya di negeri ini.
Pesan busana adat yang dibuat dari jerat bambu ini selalu membekas dalam hati Presiden RI sekembalinya dari kunjungan kerja di Kabupaten Ngada.
Ibarat sudah jatuh cinta pada pandangan pertama ala Bupati Ngada Paru Adreas, maka Presiden Jokowi mengutus Menteri PUPR Basoeki Hadimuljono ke Kabupaten Ngada pada 11 September 2022 atau empat bulan sekembalinya Preside Jokowi dari Ngada.
Menteri Basuki yang didampingi Bupati Ngada Paru Adreas saat itu mengunjungi beberapa lokasi potensi bambu di Ngada di antaranya Kampus Bambu Turetogi di Desa Ratogeasa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
“Pada kesempatan itu, Menteri PUPR Basuki meminta Kabupaten Ngada untuk menyiapkan bibit anakan bambu untuk ditanam di seluruh bendungan di Indonesia,” kata Bupati Paru Andreas dalam acara tatap muka dengan seluruh wartawan dan bagian bisnis Flores Pos Net di Rumah Jabatan Bupati Ngada, Sabtu (25/2/2023).
Tak hanya untuk lokasi bendungan di seluruh Indonesia, lanjut Bupati Paru Andreas, bahkan orang nomor satu RI ini juga menginformasiakan agar Pemkab Ngada juga menyiapkan anak bambu untuk ditanam di calon ibu kota negara di Kalimantan.
“Bapak Presiden Jokowi juga telah meminta kami untuk menyiapkan anakan bambu untuk ditanam di seluruh bendungan di Indoensia dan di calon Ibu Kota Negara di Kalimantan,” kata Bupati Paru Andreas.
Bupati Paru Andreas menambahkan pihaknya telah didatangi sejumlah utus kementerian dan instansi terait dari Pemerintah Pusat dengan misi yang sama agar bambu-bambu dari Ngada icon/model untuk dibudidayakan di sekitar bendungan di pelosok negeri dan di calon Ibu Kota Negara di Kalimantan.
“Bapak Presiden sangat mencintai produk-produk yang terbuat dari bambu, termasuk pakaian adat dari bambu, sepeda dari bambu, dan aneka produk yang terbuat dari bambu. Presiden sangat mencintai produk-produk dari bambu, termasuk bambu dari Ngada,” kata Bupati Paru Andreas.
Demikianlah gambaran sekilas produk bambu dari Ngada, beberapa produk dari bambu yang sudah dipasarkan secara luas, bahkan sudah menjadi icon untuk dikenakan oleh sejumlah pejabat, termasuk Presiden Indonesia, Jokowi.
Apa yang sudah, sedang dan akan terus dilakukan Presiden Jokowi melalui sejumlah kementerian dan para bupati, termasuk Bupati Ngada Paru Andreas memberikan sinyal kuat bahwa bambu menjadi produk yang bakal memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi warga, khususnya warga Kabupaten Ngada.
Dengan komitmen Presiden Jokowi agar semua bendungan di Indonesia di calon Ibu Kota di Kalimantan ditanami anak bambu dari Ngada maka hal ini juga menegaskan bahwa Ngada menjadi locus lirikan pertama dari Presiden Jokowi untuk dijadikan icon pengembangan bambu di Indonesia.
Bila program pengembangan bambu ini berjalan sesuai rencana maka bukan tidak mungkin Ngada merupakan daerah yang bisa dijuluki Kabupaten Tirai Bambu di Indonesia.
Kita berharap agar tekad bersama ini cepat terealisasi sehingga Tirai Bambu tidak saja menjadi branding negara raksasa Cina, tetapi juga bisa disematkan kepada Ngada sebagai Kabupaten Tirai Bambu di Indonesia. Semoga berhasil-wait and see-Tunggu dan Nanti Lihat. *
Oleh: Walburgus Abulat (Wakil Pemred Flores Pos Net, Kolumnis, dan Penulis Buku)